#15: Farewell

3.2K 411 11
                                    

"Jangan nangis gitu dong. Nanti aku nggak jadi pergi nih." Baskara terkekeh. Akhirnya hari dimana ia pergi untuk menimba ilmu di negeri lain tiba. 

Dan tentu saja Luna menangis sembari memeluk Baskara erat. Ia jelas tidak ingin kehilangan Baskara, "Apaan sih jangan bercanda! Kalo kamu nggak jadi pergi gara-gara aku nangis nanti aku nangis sampe seminggu."

Baskara tertawa, "Yah, jangan dong!! Nanti muka nya jelek nggak ada yang mau lho."

"Biarin jelek. Biarin yang lain nggak mau. Kan ada Baskara yang mau sama Luna." ucap Luna seraya sesenggukan.

"Ih emang aku bilang mau sama kamu?" goda Baskara.

Luna menghentakkan kakinya, "Ihhh! Baskaraaa!"

Baskara mendekap Luna kembali ke dalam pelukkan nya, "Iya iya. Baskara mau kok sama Luna. Tapi, sekarang nggak bisa lagi. Luna harus bahagia sama yang lain, ya?"

Luna mendongak menatap wajah Baskara yang lebih tinggi darinya. "Nggak mau!"

"Nakal, ya!" Baskara menunjuk hidung Luna gemas. Tak perduli dengan orang yang berlalu-lalang di bandara. "Mana nih Nona Talitha yang katanya CEO perusahaan besar Ibu kota, hm? Kok berubah jadi anak TK gini???"

"Ih bodo amat!"

"Kok bodo amat, sih?" Baskara tertawa hingga matanya menghilang.

Tak lama, panggilan untuk penerbangan maskapai Baskara terdengar. Pun Baskara mengurai pelukkan nya.

"Janji sama aku untuk selalu bahagia, ya?" Baskara mengulas senyum tipis. Mengusap air mata yang berjatuhan di pipi Luna.

"Aku bahagia kalo kamu juga bahagia," jawab Luna. "Bahagia selalu, oke?"

"I will."

Luna tahu semua itu hanya kebohongan. Baskara tidak pernah benar-benar merasa bahagia ketika dia pantas mendapatkan semua itu.

"Hati-hati disana. Jangan lupa makan. Jangan tidur malem-malem. Jaga kesehatan. Kalo kamu sakit nanti aku samperin lho. And promise me to be happy. Get a new girlfriend that will make you happier than what I did. Farewell, Bara." ucap Luna.

Bara.

Panggilan pertama yang Luna berikan pada Baskara waktu itu.

"Pokoknya gue lebih suka manggil lo Bara!"

"Ngeyel banget sih baru pertama kali ketemu juga. Udah sana masuk. Ntar dicariin Mami."

"Apaan sih Mami mami. Emang gue anak Mami????"

"Elah bacot. Udah sana masuk!"

"Iye iye. Hati-hati di jalan. Awas lo diserempet sama mobil terus maot dijalan. Goodbye, Bara!"

Baskara tersenyum lalu memutar balik badan nya. Luna berdiri di belakang sana sembari menahan air mata nya. Ia harus kuat setidaknya untuk Baskara.

Sedangkan Baskara, ia juga menahan tangis nya. Sulit untuk melepas semua. Sulit untuk melepas apa yang ia kejar selama bertahun-tahun.

Labirin. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang