Talitha Luna Patmairini atau yang biasa dipanggil Luna adalah seorang designer dari salah satu perusahaan yang cukup besar di Ibu kota.
Luna sudah berteman dengan Baskara dan Alvaro dalam waktu yang lama karena kebetulan mereka menimba ilmu di universitas yang sama sebelum beberapa tahun lalu Alvaro pindah ke Kanada.
Setelah lulus, Luna segera melamar kerja di perusahaan tempat ia bekerja sekarang. Sedangkan Baskara memilih untuk membangun café bersama dengan Alvaro.
Karena Luna tidak terlalu dekat dengan beberapa teman kantor nyaㅡkecuali dengan beberapa orang yang berada di team design yang samaㅡjadi Luna memilih untuk menghabiskan waktu makan siang nya di café Baskara.
“Good afternoon!” Luna tersenyum lebar sembari memasuki café bernuansa kayu kecoklatan itu. Baskara ini punya selera estetika yang tidak main-main. Makanya café nya banyak dikunjungi untuk spot foto Instagram anak zaman sekarang.
“Hey, you come?” Baskara balas tersenyum. Luna mengangguk, “Kantin kantor udah terlalu bosen. Oh iya, gue pesen Iced Americano 4 shot.” pesan Luna pada Baskara.
Baskara terlihat tidak senang, “Kan gue udah bilang, jangan minum gituan banyak-banyak apalagi sampe 4 shot. Nggak bagus buat kesehatan! Gue bikinin vanilla smoothie aja.” omel Baskara.
Luna juga tak terima, “Kok gitu??? Gue tuh hari ini harus lembur, Bas. Kalo gue minum vanilla smoothie yang ada bukannya lembur malah pelor pas lagi kerja.”
Baskara menghela napas panjang. “Tapi nanti kesehatan lo menurun. Apalagi lo mau lembur. Gue nggak mau lo sampe sakit-sakitan, Na.”
“Yaudah. Ini yang terakhir. Gue janji, deh. Soalnya deadline nya malem ini banget. Oke?” Luna memohon pada Baskara yang lantas membuat laki-laki sipit itu gemas. Pun ia mengiyakan pesanan Luna.
“Janji yang terakhir?” tanya Baskara memastikan. Luna mengangguk. Setelahnya Baskara membuatkan segelas Iced Americano. Yah, selain pemilik café, Baskara juga menjadi barista nya. Karena Baskara juga suka membuat kopi.
Tak terhitung dulu semasa mereka kuliah seberapa banyak Baskara meminum kopi di pagi hari sebelum kelas dimulai. Hingga membuat Alvaro berpikir bahwa Baskara itu bucin kopi.
“One iced americano with 4 shot for the beautiful woman,” Baskara menyodorkan gelas kopi itu. Luna terkekeh. “Aw, am i beautiful?” tanya Luna.
“Enggak.”
“Cih, tsundere!” cibir Luna sembari mempoutkan bibir nya lucu. Lalu menyedot minuman di gelas itu.
“Lo bawa mobil ke kantor hari ini?” tanya Baskara. Karena Luna ini seringkali lebih memilih untuk menaik taksi atau angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi nya.
Itu membuat Baskara khawatir apalagi Luna kerap pulang malam diatas jam 9. Bagaimana kalau ada yang berbuat jahat padanya?
Luna menggeleng sebagai jawaban. Kontan membuat Baskara menghela napas frustasi. “Lo mau lembur tapi nggak bawa kendaraan pribadi? Gimana kalo malem-malem ada yang jahat sama lo?” cerca Baskara bertubi-tubi.
“Enggak, kok. Udah biasa juga.” enteng Luna.
“Nggak boleh pokoknya. Malem ini gue jemput.” tegas Baskara.
Luna mengernyit, “Eh nggak usah. Gue bisa sendiri, Bas. Lo juga pasti capek abis ngurusin café.”
“Gue cuma capek doang. Tapi kalo lo misalnya dijahatin, siapa yang bakal nolongin hah? Gue nggak mau ambil resiko untuk yang kesekian kali nya ya, Na. Ini tuh Jakarta, kriminal dimana-mana.” kekeuh Baskara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin. ✔
FanfictionNOMIN ╱ JENO JAEMIN (GS) Baskara kira Luna tidak akan pernah menyadari perasaan yang telah ia pendam selama bertahun-tahun lama nya pada perempuan itu. Ketika ia sadar bahwa perasaan nya memang lahir untuk dimiliki perempuan itu, walau sempat ragu...