Luna kembali terjebak dengan Yudha dalam suasana yang canggung untuk kedua kali nya. Tadi, Yudha mengajak Luna untuk bertemu di restoran tempat mereka makan siang dulu.
Luna pikir ada sesuatu yang penting jadi ia mengiakan tawaran Yudha.
“Maaf sebelumnya, Pak. Tapi saya nggak punya waktu banyak. Jadi bisa langsung kasih tau saya bapak ada perlu apa sama saya?” ujar Luna. Bahkan ia tidak melahap sedikit pun makanan yang tersaji di depan nya.
“Saya.. mau minta maaf.”
“Kenapa bapak minta maaf sama saya?”
“Karena saya pikir saya juga salah sama kamu. Sebenernya dari awal saya tau kalo temen kamu itu pacar nya tunangan saya. Tapi saya memilih buat bungkam.” jawab Yudha.
“Lalu kenapa bapak nggak kasih tau saya waktu itu? Kenapa bapak malah milih buat bungkam?”
Yudha diam sejenak. Ragu untuk mengatakan apa yang ia pikirkan saat itu. Mungkin ia bodoh dan terlalu gegabah dengan perasaan nya.
“Karena saya mau deket sama kamu. Kalo kamu tau tunangan saya adalah pacar nya temen kamu pasti kamu menjauh dari saya.”
“Saya sudah tau dari awal kalo bapak punya tunangan kalau bapak nggak tau,” ada jeda sejenak sebelum Luna melanjutkan perkataan nya. “Makanya saya mencoba buat menjauh dari bapak.”
Yudha membelalakan mata nya, “Kamu tau darimana?!”
“Tau darimana nya bapak nggak perlu tau. Tapi yang jelas bapak nggak seharusnya seperti itu. Apalagi dengan fakta bahwa bapak sudah bertunangan.”
“Saya memang salah. Tapiㅡ”
Suara dering telepon Luna berbunyi. Sejenak wanita itu mengernyit kala nomor tak diketahui yang menghubungi nya. Pun ia izin pada Yudha sebelum mengangkat nya.
“Halo?”
“Benar ini dengan Nona Talitha?”
“Iya dengan saya sendiri. Ada apa, ya?”
“Kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahu anda bahwa Nyonya Marisa, ibu anda mengalami kecelakaan. Kami sudah berusaha menghubungi anggota keluarga yang lainnya namun tidak bisa. Kami harap Nona bisa segera datang karena kami membutuhkan persetujuan untuk melakukan operasi Nyonya Marisa.”
“Lakukan. Lakukan semua nya yang bisa menyelamatkan nyawa ibu saya.”
ㅡ
Luna terisak sembari mengemudi mobil nya. Ia tidak bisa seperti ini. Luna terlalu panik. Padahal seharusnya ia bisa lebih tenang menghadapi hal seperti ini dan tidak bertindak gegabah.
Jemari nya langsung mencoba menghubungi Baskara. Satu-satunya yang bisa ia mintai tolongㅡkarena Alvaro pasti sedang mengurus masalah Hanna. Dan Jeffrey, ia masih tidak berani memberitahu kakak nya tersebut.
“Bas...”
“Halo? Luna? What happened? You okay?” balas Baskara di sebrang sana.
“Help me please.” lirih Luna.
“Luna, listen. You need to calm down yourself first. Sekarang lo dimana? Gue samperin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin. ✔
FanfictionNOMIN ╱ JENO JAEMIN (GS) Baskara kira Luna tidak akan pernah menyadari perasaan yang telah ia pendam selama bertahun-tahun lama nya pada perempuan itu. Ketika ia sadar bahwa perasaan nya memang lahir untuk dimiliki perempuan itu, walau sempat ragu...