#02: The Day We Met

4.2K 545 27
                                    

Semenjak kejadian malam itu, Luna lebih sering dijemput oleh Baskara. Tentu saja, laki-laki itu tidak ingin mengambil resiko jika saja Luna akan mengalami kejadian yang sama lagi.

Pun begitu dengan hari ini.

"Laper nih. Mau makan dulu nggak?" ajak Luna. Perut nya daritadi sudah minta untuk diisi dengan makanan.

"Boleh. Mau makan dimana?" tanya Baskara seraya mengemudi. Luna berpikir sejenak, menimbang-nimbang untuk memilih tempat makan yang enak.

"Oh, di perempatan sana. Ada tukang bubur, enak banget. Nggak rame juga." usul Luna. Baskara mengangguk paham. Mengemudi menuju tempat yang diusulkan oleh Luna tadi.

Akhirnya mereka pun tiba. Luna segera turun dari mobil sesaat setelah Baskara memarkirkan mobil nya.

"Mas, bubur nya dua dong. Yang satu agak banyakkin kecap manis nya. Terus yang satu jangan dikasih daun bawang. Kerupuk nya yang banyak ya, Mas." pesan Luna.

Wanita itu lalu mengajak Baskara untuk duduk, "How's your day?" tanya Baskara tiba-tiba.

"Hm?"

"You look happy today." Baskara tersenyum gemas, "Is there something good happen?"

Luna mengangguk antusias, "Design baju yang gue ajuin bulan kemarin finally di accept sama atasan gue. And that means dalam beberapa bulan ke depan, design baju gue bakal rilis." jawab Luna.

"Congrats for that." ujar Baskara tulus.

Tak lama, bubur pesanan mereka pun tiba. Luna berucap terima kasih sebelum melahap makanan itu dengan cepat.

"Should we celebrate this on a party? Ajak Alvaro sekalian and Hanna! It would be amazing," usul Luna. "Alright then, gue bakal kasih tau Alvaro nanti."

"Emang nya nggak ada acara resmi dari perusahaan lo?" tanya Baskara sembari melahap makanan nya juga.

"Oh iya! Ada," balas Luna. Ia baru teringat karena teman satu tim nya tadi baru saja memberitahu nya sore ini. "Ah, but they told me it will be better if i get a partner to the party. But you know, i don't have one." Luna tertawa.

"Really? Selama kerja di kantor besar itu lo nggak ada cinlok atau gimana gitu? Masa nggak ada yang bisa diajak."

Luna mengangguk, "Nggak ada. Miris banget ya gue. My love life nggak pernah berjalan semulus itu."

"Gue nggak bisa bayangin gimana lo nanti dateng sendirian disaat yang lain bawa pasangan. Gue yakin 100% lo bakal jadi bahan tawaan temen-temen lo." Baskara tertawa.

Luna mendesis, "Kurang ajar. But I hope one day nanti ada yang bakal ngajak gue atau seenggaknya gue punya pasangan untuk diajak ke pesta nya."

Padahal, Baskara ingin sekali menjadi partner Luna dalam pesta itu.

"Aku denger kemarin Baskara suka sama Luna? Kamu tau?" Kini Hanna dan Alvaro tengah berjalan bersama. Rutinitas pasangan di malam Minggu.

Alvaro mengangguk, "Iya. Aku tau sejak kuliah mungkin, ya? Tapi aku nggak pernah tau jelas sejak kapan dia suka sama Luna. Aku salut sama Baskara. Dia bisa nyembunyiin perasaan nya sama Luna selama itu. Coba kalo aku ke kamu, mana bisa." Alvaro menatap Hanna. Membuat wanita itu salah tingkah sendiri.

"Ih kamu tuh apaan sih!" Hanna memukul lengan Alvaro kesal. Lantas membuat Alvaro tertawa puas.

"Kalian tuh deket sejak kuliah dulu, ya? Andai aku juga kenal kamu sejak dulu." Hanna mempoutkan bibir nya. Membuat Alvaro gemas.

Labirin. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang