32. "Iyadeh iya kita pacaran"

168K 7K 1.9K
                                    

“Fika makan ya nak?” bujuk Mona.

Sendari tadi ia menunggu satu suapan masuk ke dalam mulut Fika, namun Fika enggan membuka mulutnya, sehingga hampir membuat Mona putus asa.

“Fika kenapa sayang? Fika masih marah sama Mama?” Fika tidak menjawab, matanya yang melihat ke arah lain, ia melamun.

Tok.. tok.. tok

Arkan?

“Biar Arkan aja Tante” ucapnya mendekati Mona, lalu mengambil alih nampan yang berisi makanan.

“Beneran gapapa?”

“Iya Tante, biar Arkan aja yang jagain Fika” jawab Arkan

“Yaudah Tante keluar ya” Arkan mengangguk, matanya langsung melihat Fika. Fika yang diam sejak tadi.

“Mau makan gak?” Fika tetap tak menjawab.

“Gue suapin” Fika tetap tidak menjawab.

“Aaaaa?” arah Arkan supaya Fika membuka mulutnya. Namun bukan membukanya, Fika malah menutup rapat-rapat mulutnya, dan menggeleng pelan, matanya yang sayu menatap Arkan.

“Kalo lo gak makan, ntar sakit, pangeran lo kasian kan?” pancing Arkan, semoga saja dengan cara ubal-ubalan nya Fika mau makan, walaupun hanya satu sendok.

“Fika gak punya pangeran” lirihnya.

“Punya” jawab Arkan sambil mengorak arik makanan didalam piring.

“Siapa?” tanya Fika melihat Arkan.

“Makan dulu ya?”

“Pait” jawab Fika pelan, namun didengar oleh Arkan.

“Enggak, coba dulu ya?” Arkan menyuapi Fika, bagai seorang pasang kekasih tua, kakek dan nenek. Nenek yang sedang sakit dan kakek menyuapinya. Sangat sedikit. Fika menelan nasi itu.

“Siapa pangerannya?” tanya Fika, surau suara nya yang begitu penasaran.

“Orang di depan lo” di depannya? Berarti Arkan? Boong banget.

“Bo’ong” Fika menatapnya malas.

“Serius, gue kan dah bilang, gue milik lo, lo milik gue. Jadi gue sama lo sekarang pa--” Arkan menggantung ucapan nya.

Pa?? Pa apaaaaaaaaaa

“Pa?” eja Fika.

“Pa?” tanya balik Arkan.

“Pa apa lo?” akhirnya suara Fika kembali bersemangat, tidak seperti tadi yang lesu. Nadanya seperti orang yang kesal.

“Ya pa apa?” Arkan meledek.

“Kan lo yang bilang”

“Emang mau nya gimana?” tanya Arkan.

“Tau ah” Fika ngambek.

“Ngambek?”

“Gak jelas” ujar Fika secuek-cueknya.

“Yakinnn?"

“Gatau”

“Iyadeh kita pacaran” 3 kata yang diucapkan Arkan membuat Fika terdiam. Fika ga bisa gerak tiba-tiba. Senyum dimulutnya ga bisa ditahan. Sampai suara Arkan membuatnya sadar.

“Kenapa diem?” tanya Arkan.

“Gak percaya” Fika yakin Arkan cuman boongan, biar Fika tenang.

“Dalam suatu hubungan harus ada yang namanya kepercayaan, jika kepercayaan hilang, ngapain berhubungan?”

Guru Privat Gilak! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang