“AAAAAAAAAAAA…..!”
Mereka yang berlalu lalang, menghampiri Fika yang berteriak setelah melihat isi dari dalam loker.
Loker yang berisi bangkai tikus berdarah. Bisa dibayangkan? Jika kalian phobia terhadap binatang? Seperti macam halnya Fika.
Tiba-tiba entah angin dari mana, bangkai tikus berdarah itu jatuh dihadapan Fika.
Alhasil Fika jatuh dan terduduk di bawah, wajahnya yang tadi tersenyum kini menjadi pucat pasi, dan tubuh yang gemetar. Mata yang masih menatap bagaimana seramnya bangkai tikus itu, matanya tak salah liat ketika, dibadan tikus itu terdapat bacaan ‘Jalang’.
Fika membulatkan matanya, siapa yang berani melakukan ini? Kenapa tega sekali dengannya? Hanya satu orang yang mengetahui phobianya kecuali Mamanya dan Meta.
Meta yang sedang berjalan tidak jauh dari posisinya, melihat kerumunan siswa-siswi yang mendekati loker. Ada apa? Rasa penasaran meliputi otak Meta, ia mendekati kerumunan tersebut.
Sampai matanya membulat, karena melihat Fika yang beringsut dengan bertumpu pada lututnya, sehingga rambutnya menutupi wajahnya.
Meta melihat tubuh Fika yang gemetar hebat. Memang tadinya ia tidak mengetahui siapa gadis itu, namun setelah melihat lebih jelas lagi, ternyata itu adalah Fika.
“Fika? Fik?! Lo? Lo kenapa?!” namun Fika tak membalas, lirik mata Meta melihat bangkai tikus itu.
Masi dengan menggoyangkan tubuh Fika, Meta langsung menarik Fika sahabatnya ke dalam pelukannya, ia tahu, Fika phobia terhadap tikus, karena traumanya dulu.
“Fik? Fika bangun! Fika?!!” Fika pingsan, karena sangking takutnya. Meta menepuk-nepuk pipi Fika, namun nihil Fika tidak bangun. Tiba-tiba dari mana Aland datang.
“Meta? Fika?!” khawatirnya, matanya menatap Meta meminta penjelasan.
“Ntar gue jelasin! Ayo! Bawa ke UKS” Aland dengan sigap mengendong Fika.
Fika diperiksa oleh guru penjaga UKS, sebut saja Bu Rani.
“Bagaimana Bu? Apa Fika baik-baik saja?”
“Keadaanya kurang baik, apa dulu Fika mempunyai trauma? Saya sarankan Fika harus beristirahat, karena trauma tersebut sudah memenuhi otak dan pikirannya” jelas Bu Rani, lalu permisi pergi.
Tak lama kemudian Arkan datang dengan ngos-ngosan, bak dikejar setan.
“Fika? Man..mana?” ngosnya menstabilkan nafasnya.
“Di.. di dalem” jawab Meta. Arkan masuk, saat Aland hendak mencegah Arkan, lebih dahulu Meta mencegah niatya.
“Biarin, lo mau gue jelasin gak?”
“Ck, yaudah ayok” dengan berdecak sebal.
___Disisi lain.
“Gimana? Rencana gue buat neror Fika good gak?” yaps. Kalian tau itu. Nenek lampir. Ralatnya Melva. Melva dengan gaya mencuntil-cuntil kukunya.
“Hebat bangettt, aku suka!!” Fara dengan antusias.
“Tapi Va? Kamu tau dari mana kalo Fika phobia sama tikus?” tanya Fara, sedangkan Melva terkekeh kecil.
“Ma—kepo banget si lo!” tukas Melva tajam, yang membuat Fara cemberut.
“Iya deh, kamu emang hebat, tapi tikus itu kamu dapet dari mana? Kamu masuk-masuk ke selokan buat ambil tuh tikus?” mendengar itu Melva melotot
Enak aja ngomong kalo gue ngambil diselokan? Idihh! Gue beli kalii!
“Ya beli lah! Enak aja lo ngomong gue ngambil di selokan, orang kaya mah bisa ngelakuin apapun” Melva dengan bangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Privat Gilak!
Romantizm"1 Salah 5 Ciuman" "enak aja lo,gak gue gak mau!" "terserah" "ehh lo mau apa!?" "ngelaporin lo ke pak Bima" "ehh setan jangan! iya udah iya! gue mau" *** Fika Lavina Maureen. murid yang terkenal bodoh dalam pelajaran matematika, nilai nya yg selalu...