Play the music for better experience
Warning! Terdapat sedikit adegan dewasa!
Please read the note after reading this chapter
.
.
.
19 September 2018
"Kita akan kemana?"
"Lihat saja"
Laki-laki itu menggandeng tangan Seokjin dengan erat, melewati gelapnya malam dan tentunya, melanggar jam malam pemukiman.
"Ini sudah jam malam, tidakkah kau takut?"
Laki-laki itu tersenyum, matanya menyipit tiap kali ia tersenyum. Seokjin benar-benar menginginkan laki-laki itu, sekarang.
"Apa gunanya jalan tikus, Seokjin? Jangan khawatir"
Seokjin mengerucutkan bibirnya. Jujur saja, ia sedikit takut jika tertangkap tengah berjalan-jalan di luar pemukiman tengah malam seperti ini. Laki-laki disebelahnya ini sudah gila rupanya.
"Hei, ada apa dengan wajahmu?"
"Aku takut, Ken"
Laki-laki itu tergelak, "Hei, hei. Dimana Seokjinku yang tadi memegang pistolnya dan menembaki bandit yang berusaha memalakmu? Kau berbeda seratus delapan puluh derajat tiap kali bersamaku. Apa kau memiliki gangguan bipolar?"
"Kau tahu? Kau terlalu banyak berbicara, Ken. Sekarang cepat bawa aku ke tempat rahasiamu"
Ken tersenyum, "Kau akan menyukainya"
Ken memandu Seokjin, tidak sedetikpun melepas genggamannya dari telapak tangan Seokjin. Seokjin sempat berpikir, apakah ia pantas untuk mencintai seseorang?
Ditengah petaka seperti ini?
Tapi, setiap kali Seokjin merasa lelah, setiap kali Seokjin merasa hidupnya tidak berguna, setiap kali Seokjin ingin menyerah, laki-laki ini selalu berhasil membuatnya bertahan.
Ken.
Seokjin bahkan tidak mengerti darimana asalnya malaikat seperti Ken, ia seperti diutus oleh Tuhan dan datang hanya untuk Seokjin.
Naif sekali, bukan?
Seokjin tidak peduli. Ken membuat hidupnya lebih bermakna.
Ken memasuki salah satu rumah dengan halaman yang cukup luas didepannya, lalu mengisyaratkan Seokjin untuk diam. Berjaga-jaga apabila ada Runners, atau lebih parahnya, Clickers yang sedang menunggu mangsanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petaka
Action[NAMJIN, BL] COMPLETE. Kim Seokjin hidup ditengah-tengah manusia yang telah kehilangan fungsi otaknya, dan itu bukanlah sebuah pilihan, melainkan suatu keharusan. "Jadi, apa rencanamu?" Ujar Seokjin seraya memandang Kim Namjoon lekat-lekat. Note: ce...