Epilog

2.2K 248 94
                                    

Ayo comment dan vote untuk chapter terakhir!^^

Ps: Baca notes dari aku setelah selesai baca ya!<3

.

.

.

29 Juli 2020

Seokjin mengitari balkon apartemennya, kedua tangannya tertaut di belakang pinggang.

Mengamati hiruk pikuk kota Kansas, yang semakin hari berangsur membaik. Begitu banyak yang berubah. Perekonomian yang membaik, tak ada lagi clickers maupun runners, bahkan sudah ada beberapa toko yang telah memulai usaha mereka.

Mereka semua tampak telah keluar dari lubang neraka.

Aku, berhasil keluar dari lubang neraka.

Harapan yang selama ini hanya sebatas angan tersangkut pada ujung pikiran kini menuaikan hasil.

Dunianya tak lama lagi akan kembali normal, kembali menjalani hari-hari menyenangkan, kembali membangun pundi-pundi kebahagiaan yang sempat terkubur 21 tahun lamanya.

Menghembuskan napas, Seokjin menangkup kedua pipinya menggunakan telapak tangannya.

Seokjin turut bahagia karena Jimin ingin segera melaksanakan pernikahan dengan Yoongi—segera setelah Savior mengumumkan bahwa mereka telah menemukan vaksin.

Awalnya tidak ada yang percaya dengan pernyataan gila tersebut, tetapi setelah Yoongi menginjeksikan imun pada tubuh Jimin, seluruh masyarakat sontak gempar dan memuja Savior, mengangung-agungkan Savior.

Lalu, Yoongi mendapatkan sebuah penghargaan karena kerja kerasnya.

Akhir cerita yang bahagia, sungguh klasik.

Seokjin masih dapat menghirup oksigen dengan bebas, tentu saja. Seseorang telah menyelamatkannya.

Seseorang yang begitu ia cintai dengan sepenuh hati.

"Seokjin"

Seokjin membalikkan badannya, lantas melihat lelaki yang selama ini selalu menjadi tempat berkeluh kesahnya—Kim Namjoon.

Ah, Seokjin ingat betapa kesadarannya menyeruak masuk seperti jiwa yang terkejut saat melihat Namjoon berbaring tak berdaya di sebelahnya, dengan sekujur tubuh yang sangat dingin dan bibir yang sangat pucat.

Yoongi bahkan perlu menenangkan Seokjin selama satu jam lamanya.

Seokjin salah, bukan dirinya yang menjadi kunci dunia.

Melainkan Namjoon.

Seokjin melingkarkan tangannya pada leher Namjoon, menarik Namjoon kedalam sebuah kecupan basah penuh rasa cinta.

Sinting, Seokjin tampaknya akan mati tanpa keberadaan lelaki itu disisinya.

"Kau kemana saja?"

"Menghampiri Hoseok. Berbicara padanya sedikit"

Seokjin mendengus, "Aku masih tidak percaya dia sempat ingin membunuhku"

Namjoon tergelak pelan, "Begitulah kenyataannya, sayang. Yang penting kau sekarang tak lagi berada dalam bahaya, dan Hoseok telah menyadari kesalahannya"

Seokjin menjauhkan dirinya dari pelukan Namjoon, lalu kembali menatap kebawah balkon. Seokjin sangat menyukai angin sepoi-sepoi saat senja datang menghampiri.

PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang