4

1.8K 276 22
                                    

9 Agustus 2019

19:24

Seokjin mengitari kamarnya dengan gugup. Ia sudah berkali-kali mencoba berkomunikasi dengan dirinya sendiri bahwa pekerjaan ini akan baik-baik saja, bahwa ia sudah terbiasa melakukan hal keji.

Sama seperti dulu, kala ia masih bekerja dengan majikan gilanya. Seokjin sudah terbiasa menyelundup dan menyurvei tempat dimana orang-orang tidak bersalah tersebut akan disergap dan dibunuh.

Tetapi, Seokjin tidak pernah menerima tawaran untuk membunuh manusia-manusia itu. Seokjin hanya akan mengawasi tempat sekitar pembunuhan tersebut.

Sederhananya, Seokjin takut.

Di dalam pikirannya, orang-orang tersebut tidak pernah mengganggunya dan menghalangi jalannya. Jadi, untuk apa Seokjin membunuh?

Walaupun Seokjin tahu, hanya dengan menjaga tempat pembunuhan tersebut ia telah ikut berpartisipasi dalam pembunuhan keji yang dilakukan oleh majikannya.

Setidaknya bukan Seokjin yang membunuh orang-orang itu secara langsung.

"Sudah waktunya"

Namjoon menghampiri Seokjin, pemuda itu terlihat sedikit pucat dan sorot matanya menunjukkan ketakutan, walaupun Seokjin dengan pandai menutup perasaan kalut tersebut.

"Dimana Taehyung?"

"Dia sedang berbicara dengan Jimin di lobby," Namjoon menyeringai, lalu menepuk pundak Seokjin dengan pelan, "Kau gugup?"

Seokjin tertawa renyah, "Siapa bilang? Aku sudah terbiasa dengan hal-hal keji seperti ini, Namjoon"

"Oh ya? Matamu berkata padaku secara terus terang bahwa kau sedang gelisah"

Seokjin mengumpat, "Diamlah, keparat."

Namjoon tergelak, lalu menggapai pistol el diablo milik Seokjin dan menyerahkannya kepada Seokjin, "Ada aku. Tenang saja"

Seokjin berdecih, "Tanpa kaupun, aku juga bisa"

.

.

.

Udara di Kansas malam itu sangat dingin. Namjoon dapat mendengar derap sepatu boots-nya ditengah aspal yang hancur.

Namjoon merasa sedikit sesak karena ia sedang memakai rompi anti peluru, belatinya tersimpan rapi di pinggangnya, begitu juga dengan pistol Revolver miliknya.

Namjoon telah membawa stok amunisi di kantongnya apabila sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Selain itu, Namjoon juga sedikit bersemangat. Namjoon ingin tahu kemampuan menembak dan tak-tik Seokjin.

Namjoon melirik pria itu sesaat.

Dahinya berkerut, membuat alis simetrisnya berdempetan. Namjoon juga bisa melihat kedua bola matanya seakan menggelap dan hanya diterangi oleh remang-remang lampu jalanan yang mulai rusak.

"Haruskah aku melewati jalan yang diawasi penjaga? Atau jalan tikus?"

Taehyung akhirnya membuka pembicaraan.

"Jalan tikus memiliki lebih banyak preman dan bandit. Bukankah itu akan lebih sulit? Maksudku, kau bahkan telah kenal dengan penjaga pemukimanmu sendiri"

Taehyung mengangguk-angguk, memahami pernyataan Namjoon.

"Baiklah. Aku akan berbelok dan segera menuju--"

Namjoon menegang. Ia segera merentangkan tangannya untuk menghentikan derap langkah kedua pemuda itu.

Namjoon samar-samar dapat mendengar suara erangan dan suara teriakan menjijikkan yang berasal dari makhluk itu. Makhluk yang telah terinfeksi.

PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang