19

1.4K 213 35
                                    

Warning: mengandung adegan dewasa!

.

"S-Seokjin-aahhh"

"Mmmph"

Seokjin memejamkan matanya, badannya tertelungkup, sementara kedua lutunya menyangga tubuhnya.

Demi Tuhan, Seokjin lebih memilih dibunuh oleh Jungkook daripada harus merasakan siksaan hina ini.

"Sayang, k-kenapa kau begitu sempit, huh?"

Panas badan Seokjin meningkat, sekujur tubuhnya memerah dan tak henti-hentinya ia menggigit bibir bawahnya demi menahan sakit yang tercipta dari dinding rektumnya.

Seokjin tidak merasakan kenikmatan, melainkan sakit yang tak terperi dan nyeri pada ulu hatinya.

"S-Sandeul.., kumohon.."

"Kenapa, Seokjin?"

"H-Hentikan..."

Sandeul tidak menggubris perkataan Seokjin, pinggangnya justru bergerak lebih cepat, membuat Seokjin mengerang kesakitan. Tak kuasa, Seokjin hanya mampu menitikkan air mata ditengah-tengah kegiatan yang penuh dengan kefasikan tersebut.

Kumohon, jangan mengeluarkannya di dalam, kumohon...

Sandeul mengecupi punggung Seokjin, meninggalkan gigitan-gigitan berwarna merah padam, lantas menarik kejantanannya dan mengeluarkan cairan hangatnya di ranjang.

Tuhan, terimakasih..

Sandeul menggulingkan tubuh Seokjin, menggerayangi tubuhnya, lalu menatap Seokjin sejenak.

"Bahumu. Apa sesuatu terjadi?"

Seokjin tertegun.

"Bukan urusanmu"

Sandeul terkekeh, "Tak apa, tidak masalah. Lagipula, bukan hakku untuk bertanya. Mungkin saja itu privasi bagimu"

Tentu saja, keparat.

"Tapi kau harus mengetahui ini, Seokjin. Kau tetap indah dimataku"

Sandeul menggenggam pundak Seokjin, memaksa Seokjin untuk duduk.

"Apa yang kau--"

Seokjin membelalak, ia dibuat bungkam oleh Sandeul.

Keparat ini baru saja membenamkan kejantanannya ke dalam mulut Seokjin.

"Mmhh S-Seokjin--"

Tidak bisa. Seokjin tidak dapat berkutik. Ia hanya bisa mengikuti permainan Sandeul, dan yang membuatnya jauh lebih terpukul, kenyataan bahwa Seokjin menyerah terhadap dirinya sendiri.

PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang