9

1.5K 260 36
                                    

Namjoon berlari sekencang mungkin ke halaman belakang, tempat dimana mobil Ford Lynx-nya diparkirkan.

Namjoon membaringkan Seokjin di jok belakang, menyelipkan helaian rambut yang jatuh di dahinya ke belakang telinganya.

"Kau aman, Seokjin"

Namjoon membantingkan pintu mobil, lalu bergegas ke kursi pengemudi.

Namjoon pergi, meninggalkan gedungnya, meninggalkan tempat tinggalnya.

.

.

.

Seokjin perlahan membuka matanya, sinar matahari menyeruak masuk, tersisip melewati garis matanya.

"Eunggh?"

"Kau sudah sadar?"

Seokjin perlahan duduk, menumpu badannya menggunakan kedua tangannya, "Namjoon?"

Namjoon tersenyum, lalu ia turun, perlahan membuka pintu penumpang.

"Kau merasa pusing?"

Seokjin mengangguk, "Sedikit. Apa yang-- astaga!"

Seokjin dengan sigap menyentuh rahang Namjoon, "Rahangmu bengkak. Apa yang terjadi?!"

Namjoon menggeleng, "Bukan apa-apa. Aku tidak apa-apa"

Seokjin mengernyit, tak lama ia menyadari bahwa ia sedang mengenakan baju-- Seokjin tidak tahu apa namanya, tetapi terlihat seperti baju-baju yang disediakan oleh rumah sakit.

"Apa yang terjadi padaku...?"

Namjoon mendekati Seokjin, lalu Namjoon memeluk Seokjin dengan sangat erat. Seokjin dapat mendengar detak jantungnya yang menderu, serta napas hangatnya yang berhembus di rambut hitamnya.

"Maafkan aku"

Seokjin menenggelamkan wajahnya di dada Namjoon, hangat.

"Maaf? Untuk apa...?"

Namjoon menghirup aroma rambut Seokjin, sekali lagi ia dibuat mabuk kepalang oleh pria cantik ini.

"Maaf karena telah membahayakanmu"

Seokjin menarik pelukannya, lalu memandang Namjoon lekat-lekat.

"Namjoon, ini bukan salahmu. Kenapa kau meminta maaf?"

Namjoon menggeleng, "Aku memintamu bercerita padaku, Seokjin. Seharusnya aku membiarkanmu saja"

Seokjin tergelak, "Hei, itu hal yang wajar. Sudah seharusnya kau menuntut penjelasan dariku,"

Seokjin mengusap pipi Namjoon dengan pelan, "Lagipula, orang gila mana yang akan membiarkan seseorang yang telah terinfeksi berjalan bebas di dalam gedung yang steril?"

Namjoon terkekeh, lalu mengecup dahi Seokjin dengan lembut.

"Kau membuatku takut"

Seokjin terkejut. Benar-benar terkejut.

"Kenapa kau merasa takut? Aku bukan siapa-siapamu, Namjoon"

"Aku tahu"

"Dan?"

"Dan aku ingin melindungimu"

"Aku bisa melakukannya sendiri"

"Bodoh. Jika kau bisa melakukannya sendiri, mengapa saat aku datang ke laboratorium kau sedang terbaring tak sadarkan diri? Kau nyaris terbunuh, sialan!"

PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang