1.0.4

1 0 0
                                    

Sudah seminggu Samuel magang disekolah itu. Sekarang hari sabtu yg berarti libur. Dia bersiap dengan bawahan jins panjang, atasan kaus merah lengan pendek dan alasan sendal. Dilehernya menggantung kamera kesayangannya. Tak lupa topi hitam bertengger dikepalanya.

Dia meninggalkan rumah menuju pesawahan yg tak jauh dari rumahnya. Suasana yg damai dan sejuk. Matahari pagi menghangatkan kulitnya, dia mulai membidik setiap kegiatan penduduk atau hanya sekedar pemandangan. Ramai, begitulah. Tampak para petani yg sibuk memanen padi pagi2 begini, padahal baru pukul 9 pagi.

Dia terus membidik sampai bidikannya tepat pada sosok yg lumayan familiar. Dia menjauhkan kameranya dari wajahnya memastikan apa yg dilihatnya. Dan benar saja dugaannya.

Didepan sana, dengan jarak tak terlalu jauh tepat mengarah ketempat pemanen padi. Sosok itu berjalan kesana, dengan kedua tangan membawa jinjingan. Rantang susun dan bakul nasi yg dibawa 2 orang gadis. Sam yakin pernah melihat keduanya.

Yg satu berambut gelombang sepinggang dengan tampilan ala kadar dan yg satu rambut sepunggung penampilannya terlihat kecewekan.

Mereka berjalan depan belakang melewati jalan kecil pembatas sawah. Sam kembali membidik berkali2 dan tepat dibidikan terakhir sirambut panjang menoleh tapi tak mengarah pada kamera, tepat pada arah lain namun wajahnya terlihat jelas tertangkap kamera.

Seorang gadis yg berambut pendek cepat2 pergi setelah sedikit berbicara dengan para pemanen. Sedangkan sirambut panjang berjalan kearah lain. Kaki Samuel tergerak mengikutinya tanpa sadar.

Samuel kembali membidik gambar, dia tertegun kala lensa kameranya menangkap sosok yg diikuti. Gadis itu terpejam menikmati mentari oagi dengan senyum dibibirnya. Tak ingin melewatkan Samuel menangkap fotonya.

"Kak Sam" panggil gadis itu. Samuel yg awalnya memperhatikan hasil bidikannya mengangkat kepala, dia mengulas senyum pada gadia didepannya yg menatapnya seolah bertanya, 'sejak kapan disitu?'.

"Hay. Lira. Aku sedang mencari suasana baru. Pemandangannya bagus. Kau sedang apa?" Tanyanya dibumbui sedikit kebohongan. Padahal dia tahu gadis itu datang mengantar sarapan untuk pekerja.

"Emm. Habis nganter sarapan. Terus jalan2 dikit" ucapnya apa adanya.

Sam tersenyum tipis. "Bisa antar jalan2. Aku belum terlalu kenal daerah sini" pinta Samuel.

Lira tampak berfikir tapi tak urung mengangguk. "Boleh. Lagi nggak ada kegiatan juga" lira memimpin langkah mengitari pesawahan lalu berkeliling komplek. Hening mereka sama2 diam, Lira hanya sesekali menjelaskan jalan yg dilewati dan Samuel masih asik membidik gambar.

"Capek?" Lira mengangguk sambil menghalau sinar matahari. Sam dengan inisiatifnya melepas topi yg dipakai lalu memakaikannya dikepala Lira.

"Loh kog?" Bingung Lira.

"Biar nggak kepanasan" Lira menunduk. "Makasih kak" Samuel hanya tersenyum lalj menepuk pundak Lira.

"Istirahat dulu atau jalan?"

"Jalan aja. Nanti istirahat ditempatku" ucap Lira lalu mereka berjalan lagi.

"Yuk kak" Ajak Lira saat sampai didepan warungnya. Samuel mengerutkan alisnya antara bingung dan heran.

"Kenapa?" Tanya Lira saat Samuel hanya terdiam.

"Ini warung kamu?" Lira mengangguk. "Bukan sih. Punyanya Ibu" ucap Lira lalu mengedik kedalam warung.

Samuel hanya mengikuti dari belakang, kebetulan warung lumayan sepi jadi dia tidak merasa bingung.

"Kakak duduk aja. Aku kebelakang dulu" Sam hanya mengangguk lalu Lira melesat kedalam dapur. Sam duduk dimeja dekat dengan jendela, dia menaruh kameranya dimeja.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang