1.1.4

3 0 0
                                    

Cittt!

"Eh. Gila lo ngerem dadakan. Untung kepala gue nggak mentok helem lo, Kampret" maki Jira saat motor berhenti begitu saja.

Lira mendelik tak merespon ucapan Jira. "Berisik. Liat tuh, siapa yg motong jalan" ucapnya sedikit ketus.

Jira refleks mendongak menatap depan. Matanya membelalak. "Pak Sam" cicitnya.

"Maki sana. Gue males ngomong" ucap Lira bete.

Jira meringis. Bagaimana ini, Samuel berdiri tepat didepan motor Lira dengan bersedekap dada. Matanya menyorot tajam kemereka ber2.

Ya Allah. Baru liat tatapannya aja gue merinding. Mana bisa gue deketin dia..

Tanpa Jira duga. Lira melepas helmetnya dan turun dari motor, menyisakan dirinya diatas motor menatap horror guru magangnya itu.

Lira merapikan rambutnya, melangkah kedepan Sam beberapa langkah. "Kak Sam ngapain? Nggak sopan. Aku mau pulang ya.. jangan ngajak berantem ditengah gerbang ginian. Aku capek. Nggak ada waktu buat ngomel"

Jira melotot, segitu santainya Lira benar2 memaki mahasiswa sekaligus guru magang mereka itu. Mana pake aku-kamu lagi. Lo habis makan apa sih Ra?..
Sedangkan Samuel beda lagi. Dia menggeleng miris. Apa tadi dia bilang.. capek dan nggak ada waktu buat ngomel?.. lah terus barusan apa Naelira?..

"Saya nggak ngajak berantem. Saya cuma mau ingetin. Temen kamu nggak pake helmet. Bahaya" ucapnya memberikan alasan.

"Oh. Lalu, apa kabar Bapak Samuel yg waktu itu nebeng saya.. saya rasa anda masih ingat" cibir Lira sengaja berbahasa formal. Tanpe menunggu respon Samuel Lira langsung kembali kemotornya memasang helmetnya. Menekan klaksonnya.

Samuel menghembuskan nafasnya lalu menyingkir dari depan motor Lira.

"Bye pak guru" ucap Lira lalu melaju dengan Jira diboncengannya.

"Cewek itu.. makin hari bikin gue pengen cepet halalin" gerutunya lalu masuk dalam mobil.

.

"Bego. Li berani banget sama tuh mahasiswa" cerocos Jira saat rurun dari motor Lira.

Lira memutar bola mata malas. "Nggak perlh ditakutin. Dia juga nggak galak. Kenapa? Lo takut. Mundur aja" ucapnya meremehkan.

"Eh.. nggak lah. Gue bakal kejar tuh mahasiswa" ucap Jira penuh tekat.

Diam2 Lira merasa bersalah melihat jeantusiasan Jira. "Jir. Kalo semisal gue ngasih tau sesuatu ke elo.. lo percaya gak?"

Jira mengernyitkan alisnya, "tergantung sih. Emang lo mau ngomong apa?"

Ragu2 Lira ingin berucap. Tapi, apa Jira percaya. "Lo percaya nggak kalo Kak Sam.."

"Suka sama lo gitu?" Jira tergelak. "Gue percaya. Cuma orang buta yg nggak nyadar sama tataoannya ke elo pas digerbang tadi. Tapi, selagi janur kuning belum melengkung, dan lo juga nggak jelas. Gue bisa salip kapam aja" ucap Jira enteng tanpa msngindahkan ekspresi datar Lira.

"Terserah lo lah. Gue nggak mau pusing2. Gue pulang dulu. Bye, Jir"

"Bye" seru Jira melambaikan tangannya seiring motor Lira yg mulai menajuh dari depan rumahnya.

Gue nggak tau takdir Lira. Tapi, gue berharap lo dapetin jodoh yg tepat. Bukan seperti cowok2 fuck yg deketin lo karena putus asa... dengan perasan palsu mereka...

***

Brum brum..

"Kakak. Ambilin handuk. Cepetan"

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang