1.0.9

4 0 0
                                    

Lira menoleh pada Sam tak jauh didepannya. Otak cantiknya kerap menebak apa yg akan disampaikan Sam sampai mengajaknya.

"Bisa ikut saya" ucapan Sam menginterupsi.

Entah perasaannya saja atau memang. Lira merasa udara sekitarnya menjadi sangat dingin.
Rilex Ra. Dia nggak makan orang.. batinnya menenangkan.

Lira mengangguk lalu mengikuti langkah Samuel. Dia menebak2 akan dibawa kemana. Karena jalan yg diambil berbalik arah dengan tujuan awalnha tadi. Detak hantungnya tak menentu, tiba2 dia merasa gugup.

Lira mengernyitkan alis saat langkah Sam berhenti disudut sekolah. Sebuah taman yg jarang dikunjungi siswa siswi karena letaknya yg terlalh jauh dari kelas2. Disana ada pohon besar yg rindang menjadikannya sejuk dan menenangkan.

"Emm. Kita ngapain disini? Bukannya Kakak bilang ada urusan ya?" Tanya Lira diliputi kebingungan.

Sam menoleh pada Lira lalu tersenyum tipis, teramat tipis bahalan Lora tak tahu kalau pria itu tengah tersenyum. "Urusan saya sama kamu" icapnya santai membuat Lira menggaruk hidungnya yg tak gatal.

"Urusan apa ya. Kog aku nggak tau?" Tanyanya bingung. Meski rasa gugup itu lagi2 datang tapi dia harus seberani mungkin.

"Duduk dulu" Sam menunjuk kursi panjang dibawah pohon. Lora mengangguk lalu keduanya duduk bersisian tentu dengan jarak.

Lira memilin ujung dasinya, jantungnya bertalu2 meski jarak duduknya lebih dari 3 jengkal. Pandangannya berputar2 menatap segala arah dengan ujung sepatu yg diketuk2kan ditanah.

Sam mendeham, memecah kecanggungan diantara keduanya. Jujur saja kalau dia cukup menahan cara kerja jantungnya yg tak biasa. Ditoleh 'kannya kepalanya kesamping kanan. Tepat dimana Lira duduk dengan kesibukan yg dibuat2.

"Lira" panggilnya lembut.

"Iya" refleks Lira menolehkan kepalanya dan tatapan ke2nya bertemu, saling mengunci sebelum Lira mengerjapkan matanya lalu membuka suara. "Kenapa?"

Sam menumpukan keduan tangannya dikiri kanan tubuhnya sembari mengetuk2kan jari telunjuknya dikursi kayu itu.

"Kenapa kamu menghindari saya?" Tanyanya to the point.

"Maksud kakak?" Tanya Lira meski sudah jelas kalau dia memang menghindari gurunya itu.

"Saya tahu kalau kamu sengaja menghindari saya karena kejadian waktu itu. Saya minta maaf karena sudah lancang sama kamu. Tapi,,, saya mohon jangan hindari saya" ucap Sam dengan sekali tarikan nafas.

Lira melebarkan matanya. Maksudnya apa? Apa masalahnya kalau dia ngindarin Samuel. Toh mereka hanya guru dan murid 'kan? Kog aneh ya..

"Kenapa?" Tanya Lira heran. Kedua pasang mata mereka beradu, sama2 menatap dalam netra lawan bicaranya seolah menggali sesuatu disana untuk dipendam.

"Karena... saya tidak bisa jauh dari kamu"

Lira tercengang, bibirnya sedikit terbuka. Lalu dia menggeleng pelan. "Kak Sam bilang apa sih?" Ucapnya lalu mengalihkan pandangan kembali menatap lurus kedepan.

Katakan Lira bodoh karena tak paham maksud terselubung dari perkataan Samuel.

"Lira"

"Eh.."

Lora dikejutkan karena Samuel berjongkok didepannya dengan sebrlah kaki dilipat dan sebelahnya bertumpu pada tanah. Pria itu menatap dalan manik kecoklatan Lira sembari mengenggam kedua tangan gadis itu. Jujur saja, jantung keduanya sama2 berdetak tak menentu.

"Saya tahu ini terlalu cepat. Tapi, saya rasa kalau saya harus mengatakan ini sekarang" ucap Samuel yg dibalas kernyitan dahi Lira. Sungguh kegugupan Lira bertambah berkali2 lipat dengan posisi keduanya seperti ini..

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang