OS.2.0.4

0 0 0
                                    

.

Sedari kepulangannya dari kebun Nael banyak diam. Dia hanya berbicara saat ditanya dan selebihnya hanya diam. Hal yang paling jelas, gadis itu menghindari Axel.

Salahnya sendiri, akibat tindakan frontalnya kini dia diliputi rasa malu luar biasa. Bisa dipastikan percakapan mereka akan tampak akward untuk kedepannya. Terlebih dia disini berperan sebagai juru bicara selama Axel tinggak dirumahnya.

"Kamu kenapa tho Nduk? Tumben diam saja" ucapan Opa Juri memecah keheningan dimeja makan. Baru saja ke empat anggota rumah itu makan malam bersama.

Nael mengangkat kepalanya yang tertunduk, menatap Opa Juri beralih pada Oma Yulia namun enggan menatap Axel. Wajahnya memerah, cepat-cepat dia menggeleng.

"Nggak papa kok Opa. Nael cuma lagi bosen aja" elaknya memainkan jari-jarinya.

"Nggak biasanya kamu diam terus. Ada yang mengganggu pikiranmu? Apa Ayahmu menyuruh pulang?"

Nael menggeleng, cepat-cepat menjawab serentet kalimat Oma-nya. "Nggak papa Oma. Nael baik, Ayah nggak nyuruh pulang kok"

"Ya sudah, lebih baik kamu tidur. Besok kamu harus ke kapolsek kan?"

"Iya Oma. Nael keatas dulu"

Nael segera menuju kamarnya, sungguh dia tak tahu harus menaruh dimana wajahnya. Malu sangat malu, andai saja dia tak sebodoh itu.

***

Pagi kembali menyingsing, Nael sudah siap dengan pakaian pendeknya, training hitam sepaha dan kaus merah muda seperempat lengan. Rambutnya diikat kuda dan kaki dibalut sepatu putih. Rencananya mau jogging keliling komplek.

"Tumben jogging Nduk?"

Nael yang sedang mengikat tali sepatunya mengangkat kepala, tampak sang Opa baru saja keluar dengan secangkir kopi hitam. "Hehe. Iya Opa, lagi pengen aja"

"Nggak ngajak Axel?"

"Ha? Pak Axel kan udah mulai kerja Opa, bukannya kemarin anak-anak udah pada beres-beres, buat pindah tempat sementara?"

Opa mengangguk sembari menyeruput kopi panasnya. "Tapi dia masih didalam. Lagian proyeknya jalan siang nanti"

Nael ber-oh-ria, dia menyampirkan handuk ditengkuknya memilih berpamitan. "Nael pergi dulu Opa. Bye bye Opa cayang" ucapnya sembari mulai berlari.

Opa Juri hanya menggeleng, tingkah cucunya itu selalu aneh.

Nael bersenandung disela lari kecilnya. Sesekali dia tersenyum saat berpapasan dengan tetangganya. Dia mencoba senormal mungkin, berusaha melupakan kegoblokannya kemarin. Sebisa mungkin dia menghindari Axel beberapa saat.

20 menit berlalu, Nael beristirahat dibangku bawah pohon mangga dekat perbatasan komplek. Diusapnya keringat didahinya dengan handuk, pun dileher dan wajahnya. Dia mengibaskan kausnya, mencoba meredakan rasa gerah, dan bodohnya dia tidak membawa minum.

"Hih.. kampret" gumannya memilih berjalan pulang diiringi dengan senandungan lirih dari bibirnya.

Alisnya mengerut kala sampai dirumah, dia menatap bingung mobil sedan hitam yang dia tahu milik Opa-nya. "Opa mau kemana?" Lirihnya.

Bertepatan dia sampai didepan pintu kedua pasangan baya itu keluar dengan pakaian rapi, tapi tunggu. Kenapa ada Pak Jono bawa koper segala?

"Lho-lho-lho? Ini mau kemana? Kok bawa-bawa koper, Nael nggak dikasih tau lagi?" Cecarnya, perasaannya jadi tak enak. Dia punya firasat..

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang