1.0.7

2 0 0
                                    

Keduanya berjalan bersisihan, sama2 bungkam dan memilih menikmati angin sore. Helaian rambut Lira beterbangan dibawa angin. Kadang menutupi wajahnya.

Sam sesekali melirik gadis disampingkanannya, rasanya betah meski hanya diam berlama2 dengan Lira. Ada sensasi aneh tersendiri. Mereka berhenti ditepi persawahan, menatap hamparan sawah yg mulai menguning bahkan sudah ada yg habis panen.

Lira memejamkan matanya, menghirup udara segar, seutas senyum manis tercetak dibibirnya. Sam menarik sedikit sudut bibirnya melihat wajah polos Lira. Ekspresi yg jarang muncul dan hanya diwaktu2 tertentu.

"Adem ya?"

Lira menganggukkan kepalanya. "Iya... makasih"

Samuel menatap Lira yg juga menatapnya dengan senyuman. "Buat?" Tanyanya bingung.

"Hehe.. makasih udah ajak keluar.. dirumah panas banget, bosen juga. Makasih Kak Sam--muel" ucapnya agak aneh menyebut nama lengkap panggilan Sam.

Sam menjulurkan tangannya lalu menepuk kepala Lira ringan. "Makhluk sosial harus saling membantu" ucapnya dengan tersenyum lembut. Entah kenapa Lira memilih memalingkan wajahnya. Kenapa Sam sangat tampan?.. oh God, gila kau Lira..

"Kak.. kaya'nya bolunya udah mateng deh" ucap Lira mengalihkan topik pembicaraan, yg justru membuat Samuel menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Ternyata dia bisa gugup juga...

"Ya sudah. Ayo" sekali lagi Lira merasa canggung saat pergelangan tangannya ditari lembut oleh Sam. Dan dengan sedikit gugup Lira mengimbangi langkah Sam.

Ohh... ayolah. Apa perasaan Lira saja kalau saat ini perjalanan kembali kerumah terasa sangat lama. Apa Sam sengaja memelankah langkahnya?.. itu tidak mungkin. Atau karena dia merasa canggung?.. mungkin saja. Atau kedua2nya?... ahh.. yg jelas sekarang Lira merasa detak jantungnya bertalu2 dirongga dadanya. Kampret!! Ngapain gue pake acara canggung segala?!.. mana dia diem aja lagi.. nggak tau apa gue lagi gugup... gugup?... are you okay Ra?!.....

"Kamu dapet peringkat berapa dikelas?" Pertanyaan singkat Sam membuat Lira sedikit rilex. Tapi kenapa dia terus menggandengnya?...

"Emm. Itu masih masuk 5 besar.. kenapa kak?" Ucapnya sedikit kikuk.

Sam mangut2. "Nggak papa, ternyata kamu termasuk jajaran murid berprestasi. Tempo hari saya melihat karya cerpen kamu.. buat sendiri?"

Lira tampak mengingat, ada beberapa cerpennya yg memang dikirim oleh sekolahnya untuk ikut lomba tulis cerpen. Dan ada beberapa cerpen yg sengaja dijadikan pajangan mading atau disimpan guru.. bahasa indonesia... uhh.. pasti ini kerjaan guru lamanya. Dan ingatkan Lira kalau isi cerpen iti sebagian ada yg bergenre romance, gawat kalo yg diliat Samuel yg itu... ahhh.....

"Lira?.. kog diam"

"Ehh.. itu. Kakak baca yg judulnya apa?" Tanyanya penasaran. Gawat bener nih kalo kak Sam baca cerita lebay gue....

"Please Come today. Punya kamu 'kan? Ada nama kamu soalnya disana"

Lira memalingkan wajahnya malu. Benar 'kan... itu ceritanya yg lebay dan mengelikan menurutnya. Cerita cinta yg berkisah tentang pihak 1 dan 2 yg dipisahkan oleh jarak dan selalu berharap pihak sebaliknya akan datang dihari itu.. terus saja berharap tiap harinya sampai mereka dipertemukan kembali.

Nasib banget guru gue kepo level akhir!!...

"Iya. Ngawur sih... nggak tau mau nulis apa.. Bu Nia mintanya yg romance, tapi aku bingung.. gitu deh" Lira menjelaskan tanpa diminta.

"Tapi bagus. Meski alurnya romansa tapi kamu bisa buat ceritanya lebih kearah sosial dan tidak mengandung unsur dewasa"

"Maksudnya?" Lira mengernyitkan dahinya.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang