OS.2.0.2

0 0 0
                                    

"Hallo Oma. Ada apa?" Nael menerima telephon dari Oma-nya.

"Oma lupa mengingatkan. Hari ini ada yg datang kerumah, kamu ingat?.. cepat pulang ya"

"Eh.. iya, Nael juga lupa.. ini juga mau pulang. Gitu aja yah Oma. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Hati-hati"

"Iya Oma"

Tak butuh banyak polah dia menyimpan phonselnya lantas segera menaiki motornya dan memakai helem. Dengan kecepatan sedang, Nael mengendarai harleynya menuju rumah dengan bersenandung.

"Assalamualaikum Oma" salamnya riang.

"Waalaikumsalam. Cepat kesini" seru Oma-nya dari ruang tengah. Nael segera kesana dan mendapati Oma-nya tak sedang sendiri.

"Oma"

"Sini-sini. Kenalkan Sayang, ini Axel tamu yg Oma maksud. Dia akan tinggal disini selama pembangunan panti selesai" Nael melonggo. Oma-nya berbicara sangat ringan bahkan dia baru mendaratkan pantatnya disofa, melihat tamunya saja belom

Dia tambah melonggo melihat tamu yg dimaksud. "Loh, Pak brewok yg tadi ya?" Ucapnya reflex. Dia menampar bibirnya, "ups, maaf keceplosan. Jadi namanya Pak Axel" ucapnya manggut-manggut.

"Kamu sudah tahu?"

Nael menyengir kearah Omanya. "Tadi ketemu Oma, biasa olah raga dijalan dulu"

Oma-nya geleng-geleng kepala. "Ya sudah. Sekarang tunjukkan dimana kamarnya dan sekalian kamu bersihkan, sudah Oma bilang dari kemarin kamu itu lelet juga" titah Oma-nya menatap garang.

Lagi-lagi Nael menyengir lantas mengangkat 2 jarinya membentuk V. "Udah Oma.. udah kemarin kog, tinggal ditempati dan dijamin nyaman kog" koreksinya, "mari pak. Saya tunjukkan" lanjutnya segera beranjak.

Axel pria itu hanya mengangguk tanpa sepatah kata, dia mengikuti langkah Nael setelah berpamit sopan dengan Oma Nael.

"Jadi Pak Axel yg menjadi penyumbang dana sekaligus yg mengurusi pembangunan panti?.. saya kira masih muda loh" ucapnya tanpa filter.

Axel hanya menghela nafas, kata-kata gadis itu memang sedikit menyingungnya. "Usia saya 26" sahutnya acuh.

Nael yg berjalan didepannya lantas berbalik nyaris membuat Axel tersandung anak tangga. Gadis itu memiringkan kepalanya, menatap teliti sambil mengerutkan keningnya lantas manggut-manggut seolah paham.

"Hehe.. saya pikir udah 30-an loh Pak. Cuma beda 4 tahun aja sama saya ternyata. Abis sih, Bapak brewok gitu kaya terkesal lebih dewasa" ucapnya berargumen lantas kembali berbalik dan melangkah menuju lantai atas.

Axel hanya mengikuti, tak berniat menanggapi ocehan gadis didepannya yg membahas penampilan brewoknya, itu punya dia ya suka-suka dia lah.

"Nak ini kamar Bapak. Bapak bisa lihat-lihat dulu, kalau ada yg kurang, rusak atau kurang nyaman Bapak panggil saya aja, kamar saya disebelah itu.. tidak perlu sungkan, anggap saja rumah sendiri. Untuk kamar mandi ada didalam, meja kerja juga tersedia lengkap dengan komputer dan lampu meja, saya permisi dulu" jelasnya setelah sampai didepan kamar dan segera berlalu menuju kamarnya sendiri sembari bersenandung setelah memberi senyum ramah pada Axel.

Axel menggelengkan kepalanya, gadis itu terlalu hiperaktif dan banyak bicara.. terkesan bar-bar.

***

Minggu pagi, hari dimana ketenangan bagi seorang Axel biasa dapatkan. Tapi, berbeda dengan hari ini. Suasana tempat tinggal sementaranya tampak terdengar ramai, yg jelas bukan dari rumah itu sendiri tapi dari rumah sebelah yg digunakan sebagai panti. Para anak sudah bangun sekitar pukul 5 pagi untuk shalat berjamaah, dilanjutkan dengan senam pagi dan bersih-bersih.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang