-A Sign? ✨

15 5 0
                                    

"Setiap hubungan pasti pernah merasakan bahagia dan sedih kan? Jadi mungkin hari ini aku sedang diberi ujian kesedihan."

Sebelumnya,,,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya,,,

Naffa dan Nam berjalan menuju parkiran taman, dan menaiki motor mereka menuju rumah Nam. Naffa tau sahabatnya ini sedang tidak baik baik saja, bahkan Naffa juga tahu betul bahwa Namira sebenernya tidak benar-benar ingin berolahraga dan dia hanya menginginkan untuk menyegarkan pikirannya saat ini.

🍂🍂🍂

Pagi ini Namira libur dari kewajiban sekolahnya. Ia sudah berada di meja makan bersama Bundanya yang turut duduk di meja makan. Bundanya baru saja usai memasak dan sekarang sedang menyiapkan sarapan.

"Ayo makan Nam, Bunda udah masak nih" Ajak Mamah Namira.
"Iya Bun" Jawab lesu Namira.

Namira mengiyakan ajakan Bundanya namun yang ia lakukan justru sebaliknya. Ia hanya memainkan sepiring nasi di hadapannya tanpa berniat menyuapkan ke mulutnya. Bundanya pun tak tega melihat anaknya yang sudah seperti mayat hidup ini.

🍂🍂🍂

Namira duduk di ruang tamu tepatnya di sofa depan televisinya. Televisi di depannya menyala, namun tatapan matanya kosong memandang ke arah depan. Tidak perlu waktu lama, Bunda Namira datang dan duduk disebelahnya.

"Namira, anak Bunda.." Ucap sang Bunda sembari memegang tangan anaknya dan mengusap rambutnya.
"Eh? Iya bun? Kenapa?" Jawab Namira sedikit terkejut.
"Kamu kangen Iqbaal ya pasti?" Tanya sang Bunda.
"Eh? I-iya Bun, Nam kangen banget sama Iqbaal, dia ga ada kabar Bun akhir-akhir ini" Keluh Namira pada Ibundanya.
"Iya,, Bunda tau kok.. Yaudah, gimana kalau Nam datengin Iqbaal ke kantornya?" Tawar sang Bunda.
"Hah? Boleh Bun?" Tanya Namira sedikit antusias.
"Ya boleh dong, nih alamatnya, Bunda dikasih sama Mamahnya Iqbaal" Ucap sang Bunda sembari memberikan secarik kertas pada Namira.
"Yaudah Bun, Nam siap-siap dulu ya?" Pamit Nam antusias.
"Iya sana, ati-ati Nam" Balas sang Bunda sembari tersenyum.

🍂🍂🍂

📍Kantor Iqbaal

Sampai di depan kantor Iqbaal, Namira sempat merasa ragu untuk melangkah masuk. Namun akhirnya ia memberanikan diri melangkah masuk ke kantor Iqbaal. Saat pertama kali membuka pintu, Namira sudah disambut resepsionis yang siap membantunya.

Namira segera memberikan keterangan pada resepsionis di hadapannya. Ia berkata bahwa ia ada keperluan dengan Iqbaal, tak lama sepertinya ia memeriksa keberadaan Iqbaal melalui pesawat telepon mereka. Sang resepsionis berkata Iqbaal sedang tidak berada di ruangannya karena ini merupakan jam istirahat. Tak lupa mereka juga mempersilahkan Namira untuk menunggu di kursi tunggu.

Sudah setengah jam lebih Namira menunggu di kursi tunggu. Ia sudah tidak sabar bertemu Iqbaal, jadilah ia kembali bertanya pada resepsionis. Namun jawaban resepsionis pun masih tetap sama. Akhirnya Namira memutuskan untuk membeli minuman di kafetaria kantor tersebut.

🍂🍂🍂

📍Kafetaria kantor

Namira sampai di kafetaria kantor berkat petunjuk dari resepsionis tadi. Ia segera berjalan ke salah satu tenant yang menjual minuman untuk membeli minum. Setelah selesai membeli minuman, Namira duduk di salah satu bangku yang memang disediakan di kafetaria itu.

Nam duduk dan mengedarkan pandangannya di sekitar kafetaria ini. Namun netra-nya tak sengaja menangkap sosok yang menurutnya tak asing, ya itu Iqbaal. Namun ada yang membuat Nam bingung, karena sepenangkap matanya ia sedang menyantap makan siangnya dengan seorang wanita.

Namira tak tahu pasti siapa wanita dihadapan kekasihnya itu. Namun yang ia tahu pasti, mereka menyantap makan siangnya sembari berbincang dan tertawa. Bahkan Iqbaal terlihat sangat bahagia, berbanding terbalik dengan keadaan Namira saat ini.

Hati Namira tentu mencelos melihat Iqbaal bercanda tawa dengan wanita lain dihadapannya. Namira tidak ingin terus-terusan menyakiti perasaannya sendiri. Ia segera menghabiskan minumnya dan berniat untuk kembali pulang ke rumahnya. Karena percuma saja, yang ia harapkan ia bisa bahagia bertemu Iqbaal, namun kenyataannya justru menyakitkan.

🍂🍂🍂

Iqbaal telah selesai menghabiskan santap siang bersama sekretarisnya. Selesai mereka makan, ia masih belum beranjak dari kafetaria. Justru ia dan sekretarisnya menghabiskan waktu bercanda tawa bersama.

Namun tiba-tiba pandangannya menangkap sosok gadis yang tak asing baginya. Sosok yang telah lama ia rindukan, namun tak bisa ia temui. Ia masih meyakinkan dirinya sendiri atas apa yang barusan ia lihat.

🍂🍂🍂

Namira berjalan cepat guna menghindari panggilan serta kejaran dari sosok dibelakangnya. Sedangkan Iqbaal sedang bersusah payah mengejar kekasihnya yang seperti menghindarinya. Hingga akhirnya Iqbaal berhasil menyamakan langkahnya dengan Namira, tak lupa Iqbaal menahan tangan Namira agar bisa berhenti sejenak.

"Nam, dengerin aku dulu"
"Apa? Apa yang butuh aku dengerin Baal? Kabar kamu udah punya pacar baru? Iya?"
"Engga, ga gitu Namira"
"Jelas-jelas aku liat di depan mata aku sendiri, dan kamu masih berusaha ngelak? Ga malu kamu sama diri kamu sendiri? Malu Baal malu"
"Nam.."
"Apa Baal? Aku nunggu kabar kamu sampe kayak mayat hidup sedangkan kamu bahagia sama cewe lain. Kalau kamu bosen, bilang Baal, jangan pernah main di belakang karena nyatanya itu lebih sakit"
"Namira, dengerin penjelasan aku dulu.."
"Apa?"
"Aku sama dia ga ada apa-apa, kita cuma sebatas rekan kerja, dia sekretaris aku. dan tentang kabar, iya maaf aku terlalu sibuk sampe kadang ga sempat kasih kabar ke kamu"
"Iya aku tau kok kamu sibuk, aku tau juga cewe itu cuma sebatas sekretarismu, tapi bisa aja kamu lama-lama suka sama dia, emang kita ini dulu apa? Temen juga kan?"
"Namira.. ga gitu, beda cerita"
"Udah ya Baal, aku capek, aku mau pulang, aku duluan"
"Ya-yaudah, ati-ati"

🍂🍂🍂

Namira segera pergi dari hadapan Iqbaal sembari mengusap air matanya yang menetes saat bertemu Iqbaal tadi. Ia juga bingung, bisa-bisanya ia menangis di depan Iqbaal saat ia sedang marah. Sepertinya memang dia yang terlalu mudah menangis, dan dia benci itu karena ia semakin terlihat lemah di hadapan orang.

Sedangkan Iqbaal hanya bisa menatap dengan pandangan penuh penyesalan pada kekasihnya yang kini melangkah semakin menjauh darinya. Iqbaal benar-benar menyesal telah melakukan sesuatu yang menyakiti kekasihnya sendiri. Rasanya ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah menumpahkan air mata berharga dari mata indah sang kekasih.

 Rasanya ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah menumpahkan air mata berharga dari mata indah sang kekasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai pembaca Yuanfen?

Ada yang kangen cerita Namira sama Iqbaal? Maaf ya baru balik nulis cerita ini karena kemarin sempet hilang mood nulis cerita ini, dan kabar baiknya ga lama lagi cerita ini bakalan tamat, mungkin sekitar 6 part lagi setelah ini, jadi terus baca cerita ini ya biar ga ketinggalan.

Oh iya, jangan lupa vote dan comment yaw! Karena kalian itu sumber semangat terbesar buat aku nulis hehe

Hope you like it and enjoy reading

缘分 || Yuánfèn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang