-Disaster ✨

11 4 0
                                    

"Aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi, tapi ketika semua ini terjadi tugasku hanyalah mengikhlaskanmu"

"Aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi, tapi ketika semua ini terjadi tugasku hanyalah mengikhlaskanmu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya,,,

Sedangkan Iqbaal hanya bisa menatap dengan pandangan penuh penyesalan pada kekasihnya yang kini melangkah semakin menjauh darinya. Iqbaal benar-benar menyesal telah melakukan sesuatu yang menyakiti kekasihnya sendiri. Rasanya ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah menumpahkan air mata berharga dari mata indah sang kekasih.

🍂🍂🍂

Hari ini Namira bangun pada pagi hari. Tak lupa ia segera bersiap untuk berangkat menuju sekolahnya. Setelah rampung, ia segera turun ke lantai bawah dan sarapan bersama sang Bunda.

"Nam,"
"Iya Bun?"
"Nanti pulang sekolah ada jadwal les atau kerja kelompok gak?"
"Enggak ada Bun, Nam hari ini kosong jadwalnya"
"Oh yaudah, nanti kamu pulang ganti baju trus Bunda mau minta tolong ya?"
"Minta tolong apa Bun?"
"Kirim makanan ke Iqbaal, lama Bunda ga ngirim"
"O-oh i-iya Bun"

Nam sebenarnya malas untuk pergi menemui Iqbaal di kantornya. Ia hanya takut kejadian kemarin akan terulang kembali. Hatinya belum sepenuhnya sembuh.

🍂🍂🍂

Nam pulang dari sekolahnya pada siang hari. Ia terlihat lesu, sama sekali tidak bersemangat hari ini. Nam segera mengganti bajunya dan pergi menemui sang Bunda di dapur.

"Bunda jadi mau kirim makanan?"
"Jadi dong, ini udah selesai"
"Oh oke Bun,"
"Nih ya tolong kasihin Iqbaal, bilangin sering-sering main, Bunda kangen"
"Iya Bun, yaudah Nam berangkat ya?"
"Iya, hati-hati ya.."

Nam segera melangkahkan kaki menuju gerbang rumahnya. Tak lupa sudah ada taksi yang sudah ia pesan sebelumnya. Ia mulai menaiki taksi itu dan berangkat dengan penuh keraguan.

🍂🍂🍂

Nam segera masuk ke kantor Iqbaal. Ia melangkah mendekati meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan Iqbaal. Namun yang ia dapat justru sama seperti kemarin, Iqbaal tidak ada di ruangannya dan kali ini justru ia sedang pergi.

Nam akhirnya menitipkan makanan tadi ke meja resepsionis dan meminta tolong untuk disampaikan nanti. Nam segera melangkah pergi dari kantor Iqbaal. Ia berencana pulang menaiki bus kota saja.

Namun netranya menangkap sosok Iqbaal di lapangan parkir. Lagi, ia sedang bersama wanita yang tempo hari terlihat di kafetaria. Dan apa sekarang? Iqbaal justru terlihat berjalan menuju sebuah mobil dengan merangkul bahu sang wanita.

Nam sudah kehabisan kesabaran. Dimana ada rekan kerja yang berjalan sembari merangkul bahu? Tak lupa tertawa bahagia seperti tempo lalu.

Nam mengurungkan niatnya untuk berjalan ke halte bus yang kebetulan tidak jauh dari kantor tersebut. Nam segera melangkahkan kakinya mendekati Iqbaal. Persetan dengan respon yang diberikan Iqbaal nanti, yang pasti Iqbaal harus tau tindakannya sudah keterlaluan dan Nam sudah lelah melihatnya.

"Iqbaal!" Teriak Namira memanggil Iqbaal.
"Eh Namira? Oh sebentar ya kamu bisa duluan, saya ada urusan sebentar" Ucap Iqbaal pada sang sekretaris saat ia menangkap sosok Namira tengah memanggilnya.
"Baal! Kamu keterlaluan!" Ucap Namira dengan wajah yang merah padam dan menahan tangis.
"Nam aku kan udah pernah bil—"
"Kamu bilang dia cuma temen kerja? Iya?! Ga ada Baal temen kerja jalan sambil rangkul bahu!"
"Nam ga gitu.."
"Aku capek Baal, aku mau kita putus!"
"Yaudah, kalo emang itu mau kamu, silahkan aja aku ga bakal nahan"
"Fine, semoga kamu bahagia sama dia!"

Namira segera melangkahkan kakinya menjauhi Iqbaal. Sakit hatinya sebenarnya memutuskan Iqbaal, namun bagaimana lagi daripada makin sakit lagi nantinya. Air mata yang tadi ia berusaha tahan sekarang luruh begitu saja. Jujur hatinya terlalu sakit menerima semua kenyataan yang terlalu pahit ini.

🍂🍂🍂

"Assalamualaikum, Nam pulang,"
"Waalaikumsalam, eh gimana anak Bunda, tadi ketemu Iqbaal?"
"Bun aku capek, izin ke kamar dulu ya, nanti aku cerita sama Bunda"
"Oh ya sudah"

Nam segera melangkahkan kaki menuju kamarnya, terlalu berat rasanya untuk sekedar melangkah. Sedangkan Bunda heran kepada putrinya itu, karena sepertinya ada yang berbeda dari Nam. Sepertinya dugaan Bunda betul, baru saja ada masalah yang menimpa Nam.

🍂🍂🍂

Sampai malam hari tiba Nam tak kunjung keluar dari kamarnya. Bunda tentu khawatir dengan Nam, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pastinya. Akhirnya Bunda memutuskan untuk pergi ke kamar Nam.

"Nam, sayang, buka pintunya yuk, Bunda mau bicara"
"Buka aja Bun, ga dikunci"

Bunda segera memutar kenop pintu dan membukanya. Pemandangan pertama yang bunda liat adalah anaknya yang tengah menangis tersedu-sedu di atas kasurnya. Bahkan keadaan Nam sudah tidak dapat dijelaskan lagi, muka yang kusut serta mata yang sembab terlihat jelas pada Nam.

"Anak Bunda kenapa ini? Coba sini cerita sama Bunda"
"B-bun.."
"Kenapa hm?"
"Nam putus sama Iqbaal.."
"Loh? kok bisa?"
"Nam capek Bun, setiap Nam kesana Nam selalu liat Iqbaal sama perempuan lain.."
"Loh Nam udah tanya sama Iqbaal?"
"Apa yang mau ditanya Bun? Semuanya kan udah jelas"
"Yaudah kalo itu memang keputusan yang Nam ambil, ya berarti Nam haru ikhlasin Iqbaal dong?"
"I-iya Bun"
"Nah sekarang Nam ga boleh nangis lagi, anggap aja Iqbaal bukan yang terbaik buat Nam."
"Iya Bun.."

Setelahnya Nam berpelukan dengan sang Bunda. Nyatanya pelukan itulah yang mampu mebuatnya kembali tenang. Nam juga sedikit melupakan masalahnya saat bersama sang Bunda.

🍂🍂🍂

Esok harinya Namira pergi ke sekolah. Ia pergi dengan mata yang masih terlihat sembab. Bunda menawarkan agar Nam izin tidak masuk hari ini, namun Nam menolak itu.

"Nam, lu gapapa?" Tanya Naffa yang duduk disebelahnya.
"Iya Nam, mata lu bengkak gitu, sakit ya?" Tanya Salsha tak kalah ingin tahu.
"O-oh engga kok, cuma mungkin karena gw nangis aja" Jawab Nam berusaha santai.
"Eh lu nangis kenapa?" Tanya Naffa.
"Jangan bilang ada yang nyakitin lu?" Tanya Salsha tak kalah heboh.
"Em.. itu— gw putus sama Iqbaal.." Jawab Nam ragu.
"Hah? serius?" Respon mereka berempat terkejut, iya memang barusan Aldy dan Daffa menyusul dan tak sengaja mendengar itu.
"I-iya.. Gw capek.." Keluh Nam pada sahabatnya sambil meneteskan air matanya kembali.
"Duh, udah ya? Berhenti nangis yuk" Ucap Salsha berusaha menenangkan.
"Nanti gw ikut nangis, lu mah" Ucap Naffa pada Nam.
"Iya lu ga perlu nangisin cowo kali Nam" Ucap Aldy turut menenangkan.
"Ikhlasin aja Iqbaalnya nanti lu dapet yang lebih baik kok" Ucap Daffa memberi solusi.

Nam seharusnya bersyukur mempunyai teman seperti mereka. Setidaknya walau ia sudah tak bersama Iqbaal, ia masih mempunyai teman-teman yang sayang padanya. Nam sangat bersyukur atas itu.

Hai guys!! Yuanfen kembali~Nikmatin dulu ya konfliknya hehe, btw 5 part lagi nih menuju epilog!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai guys!! Yuanfen kembali~
Nikmatin dulu ya konfliknya hehe, btw 5 part lagi nih menuju epilog!

Oh iya, jangan lupa di vote and comment yaw! Biar makin semangat nulis nih menuju tamat..

Hope you like it and enjoy reading

缘分 || Yuánfèn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang