Cowok itu gak berhenti ketawa. Bahkan di bawah teriknya matahari sambil nyabutin rumput di sela-sela paving block pun cowok itu tetap ketawa mengingat kejadian satu jam yang lalu.
"Haha. Theo anjing. Coba bilang lagi."
Jeaselle gak pernah ngeliat cowok aneh ini ketawa selama dua minggu lebih dia di sekolah ini, bahkan senyum pun tidak sama sekali. Sekalinya cowok ini ketawa, pengen rasanya Jeaselle sumpal mulutnya pakai rumput yang sekarang dia cabut.
Alih-alih melakukan hal demikian, Jeaselle menyibukkan dirinya dengan hukuman yang dikasih ke dia. Dari tadi dia munggungin Theo, gak mau ngeliat Theo dan ketawanya yang super nyebelin.
"Hei, gue bilang cobain lagi." Theo sekarang udah ngelemparin rumput yang dia cabut ke arah sepatu Jeaselle supaya direspon. Tapi tetep aja Jeaselle diem.
Jeaselle sebenernya dari tadi udah susah nahan tangisannya. Dia gak nyangka bakalan secepat ini dipanggil BK dan dihukum. Terlebih karena dia ngomong kasar di depan guru. Malu. Pakai banget.
Gimana kalau maminya tau? Atau Abel yang tau kalau kakaknya dihukum karena ngomong kasar? Mati. Abel bakalan punya bahan bully untuk Jeaselle hingga 3 tahun ke depan di hadapan keluarga besarnya nanti.
"Gue ajarin yang lebih bagus, nih. Theo janc*k, all time favourite. Atau yang lagi ngetren, Theo pant*k."
Theo masukin rumput-rumput kecil yang dia cabut dari sela-sela paving block ke tong sampah yang dia dan Jeaselle bawa dari tadi. Cowok itu akhirnya melirik ke arah Jeaselle yang benar-benar diam memunggunginya dari tadi.
Theo menyipitkan matanya ketika melihat punggung Jeaselle yang bergetar pelan. Cewek itu nangis?
"Lo nangis?"
Tetap gak ada jawaban. Akhirnya Theo pindah posisi supaya bisa ngeliat Jeaselle dari depan. Dan benar saja, cewek itu berusaha menahan tangisannya.
"Aluna ... lo beneran nangis?" Theo lagi-lagi tertawa setelah itu.
"Apaan sih lo?" Jeaselle berbalik dan memunggungi Theo.
"Hei, udah sangar abis ngatain gue dan ngomong kasar di depan guru, sekarang malah nangis."
Wajah Jeaselle sekarang udah merah banget. Demi apapun, dia malu. Akhirnya Jeaselle ngambil tong sampah itu buat dibuang ke tong sampah yang lebih besar, ninggalin Theo yang masih asik ketawa. "Berisik," ujarnya sebelum benar-benar beranjak dari sana.
Jam istirahat siang Jeaselle cuma di perpustakaan sendirian baca-baca buku random yang ada di sana tanpa ada minat sama sekali. Hukumannya selesai pas jam makan siang. Abis itu dia langsung cabut ke perpustakaan. Dia gak mau ketemu temen-temennya dulu karena masih malu banget.
"Loh, ngapain di sini, Kak?"
Jeaselle melirik dan ngeliat Keanu yang berada di hadapannya. "Eh, Nu. Lagi pengen aja." Jeaselle ngeliatin senyum terpaksanya.
"Tumben gak ngantin bareng geng lo Kak?" Keanu duduk di hadapan Jeaselle dan menyadari sesuatu di wajah Jeaselle. Cowok itu merangkum wajah Jeaselle agar dapat dilihat lebih jelas olehnya. "Astaga, Kak. Mukanya kebakar? Kok bisa?"
Jeaselle menggeleng lemah. "Gak kenapa-kenapa kok, Nu."
Mengingat sesuatu, Keanu melepaskan tangannya dari Jeaselle. Dia ngambil sapu tangan yang selalu siap sedia di sakunya, abis itu dia melilitkan sapu tangan itu ke minuman dingin yang baru dia beli dari kantin.
"Ini coba dikompres dulu, Kak. Biar gak terlalu merah." Keanu menyodorkan botol itu ke Jeaselle dan gak beberapa lama, cewek itu menerimanya.
"Thanks, Nu," ujar Jeaselle sembari mengompres wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
princess allergy! | kim jisoo
Fanfiction"Jeaselle itu cantik. Banget malah. Tapi tau gak, dia itu phobia sama cowok ganteng!" another work just for sooyaaas and xiuqis