Cowok ganteng itu terlihat sangat kusut sekarang. Kantung mata yang tebal, rambut yang awut-awutan dan jas dokternya yang kelihatan gak kalah kusut. Rasanya cowok itu mau menyumpahi konsulennya yang tiba-tiba menyuruhnya untuk shift malam karena ada pasien 'istimewa'. Padahal malam ini ia sudah berjanji dengan pujaan hatinya untuk makan malam.
"Gak apa-apa, Jean. Lain kali aja."
Jean kelihatan masih tidak rela membiarkan Irene pulang sendiri. Kalau aja bisa, pengen rasanya Jean menggeplak kepala konsulennya sekarang juga karena sudah menggagalkan kencan yang dia tunggu-tunggu.
"Terus kamu pulang pake apa?"
"Aku udah biasa naik ojol, kok."
Jean makin mendesah sebal. Bagaimana bisa dia membiarkan Irene pulang sendirian naik ojol malem-malem gini? Jean makin pusing.
"Mas Jean, Dokter Bahar nyariin." Jean makin kesal saat salah satu anak koas bilang kalau konsulennya mencari.
"Udah tuh, dicariin Dokter Bahar. Sana kamu samperin," ujar Irene.
Jean tampak berpikir sesaat. "Beneran gak apa-apa?"
"Beneran gak apa-apa, Jean. Orang aku udah biasa naik ojol jam segini."
"Nanti kabarin kalau udah sampai kosan, ya?"
Irene terkekeh sesaat melihat kelakuan rekan kerjanya yang satu ini. "Iya, Jean. Udah sana samperin Dokter Bahar."
Dengan berat hati Jean akhirnya memasuki rumah sakit, meninggalkan Irene yang hendak memesan ojol dan pulang. Dahi cewek cantik itu langsung berkerut ketika aplikasi hijau itu menampilkan pemberitahuan bahwa tidak ada koneksi. Ia pun menelan ludahnya. Jangan-jangan kuotanya habis.
Cewek itu mendesah pasrah ketika dugaannya ternyata benar. Kalau begini, dia terpaksa masuk ke dalam lagi dan meminjam ponsel Jean. Namun baru saja ia akan beranjak, tiba-tiba sebuah mobil Rubicon berhenti tepat di depannya.
Tak berselang beberapa lama, si empunya mobil membuka jendela mobilnya dan menyembulkan kepalanya. "Mau pulang, Rene?"
Irene tersenyum tipis. Ternyata itu Chandra, psikiater yang belum beberapa lama ini ia kenal. "Iya, Dokter."
"Pulang pake apa?"
"Rencananya pake ojol. Tapi kebetulan kuota saya habis. Saya boleh tethering sebentar, Dok? Maaf saya lancang banget."
Chandra terkekeh sesaat. "Udah masuk, pulang bareng saya aja."
Akhirnya Irene mengalah dan memilih untuk masuk ke mobil Chandra.
"Kamu arahin, ya?"
Irene menggaruk tengkuknya. "Saya belum begitu hapal jalanan Jakarta, Dok. Masih suka pakai maps. Palingan nanti hapalnya kalau udah deket-deket kosan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
princess allergy! | kim jisoo
Fanfiction"Jeaselle itu cantik. Banget malah. Tapi tau gak, dia itu phobia sama cowok ganteng!" another work just for sooyaaas and xiuqis