#11|| Tempat yang Indah

34 3 0
                                    

Akhirnya Azlan memberhentikan motornya. Wajah Rara begitu pucat, karna ia begitu takut terjatuh.

“Kamu mau membunuh ku ya?” tanya Rara dengan nafas yang masih tersengal.

“Gue cuman mau kasih lihat lo tempat ini,” Azlan mengambil ponselnya dan turun dari motornya itu. “Lo masih mau duduk disitu? jatuh gue enggak tanggung jawab,” lanjut Azlan.

Rara dengan segera turun dari motor itu, ia terheran.  ‘sejak kapan aku pakai helm ini?’ tanya Rara dalam hati.

“Ayo buruan, atau lo ketagihan gue gendong?” tanya Azlan tanpa melihat kearah Rara. Sejenak Rara terdiam, ternyata wajah Rara sudah memerah seperti udang rebus.

“Tungguin Lan, jangan cepet banget jalannya,” teriak Rara dan berlari kecil mengejar Azlan, namun saat ia berlari tiba-tiba ia menabrak Azlan.

“Aww, ngapain sih berhenti tiba-tiba? sakit tau gak?” gerutu Rara kesal.

“Bukan gue yang salah, tapi lo yang enggak fokus lihat jalan,” ketus Azlan. “Dan kita sudah sampai” tambahnya lagi.

Rara memperhatikan sekitar tempat itu, dilihatnya pemandangan yang begitu menyejukkan itu.

“Sumpah ini cantik bangeettt Laaan,” kata Rara dengan matanya yang membulat tampak kagum.

“Ya, tempat ini sangat indah dan menyejukan, ucapnya tuh Masya Allah,” jawab Azlan. “Dan lo bisa luapin semuanya disini, nangis sepuasnya disini. Enggak akan ada yang denger dan ganggu tangisan lo,” kata Azlan santai dan duduk di bongkahan kayu.

“Hah? enggak ah, aku mau nikmatin pemandangan yang indah ini aja,” jawab Rara, ia merogoh roknya mencari ponsel miliknya. ‘Ah, apa ketinggalan ya?’ tanya Rara dalam hati.

Azlan memperhatikan Rara yang kebingunan sendiri. “Cari apa sih?” tanyanya pada Rara.

“Ponsel ku, sepertinya ketinggalan di rumah deh,” jawab Rara tanpa melihat Azlan.

“Lo mau foto? ya udah sini gue fotoin. Tapi bayar,” kata Azlan tanpa ekspresi.

“Enggak mau deh, masa gitu doang harus bayar” ketus Rara sambil melipat tangannya.

“Ya ampun, gue bercanda,” kata Azlan dengan tertawa.

“Kamu tadi enggak tertawa”.

“Kan udah,” jawab Azlan

“Hih, apaan sih, nyebelin banget,” gerutu Rara kesal. Azlan pun tersenyum melihat ekspresinya yang sudah tidak bersedih, ia menyengir seperti memikirkan sesuatu.

“Ra!!” teriak Azlan. Rara pun langsung menoleh.

Cekreeek! terdengar suara jepretan kamera.

‘Azlaaaan!!! hapus enggak!” teriak Rara.

“Enggak” ketus Azlan.

“Aku pasti jelek banget, hapus!!”

“Enggak akan, cantik kok fotonya,” kata Azlan senyum-senyum. Rara dengan segera berlari kearah Azlan, ia berusaha merebut ponsel yang ada di tangan Azlan.

“Lo mau rebut ponsel gue? oke sini ambil kalau bisa,” kata Azlan menantang Rara, ia tau Rara tidak akan bisa mengambilnya.

Azlan hanya diam tidak berlari, ia menaikan tangannya tinggi-tinggi. Karena tidak sampai, Rara pun meloncat-loncat agar dapat meraih ponsel milik Azlan. Namun ia tidak berhasil, karna tubuh Azlan tinggi dan tangannya yang panjang, membuat Rara sulit mendapatkannya.

“Azlannnn, buruan hapus fotonya,” pinta Rara dengan wajah memelas.

“Gue enggak tergoda sama bocah SD, hahaha,” ejeknya pada Rara.

TAKDIR PERSAHABATAN RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang