Kamu dimana?

7.8K 65 7
                                    

Rumahku jauh sekali dari kampus, sekitar 14 Km jaraknya. Jika aku ada jadwal ngampus dengan jarak waktu yang lumayan lama, aku sering sekali nangkring dulu di rumah temenku yang jaraknya tidak jauh dari kampus yaitu Riska. Dulu aku dan Riska awal masuk kuliah hanya sekadar bertegur sapa. Tidak seakrab sekarang. Hal yang membuat kita bisa akrab seperti sekarang yaitu makanan. Dia suka makanan, akupun juga suka makanan. Dulu waktu kita mengadakan bukber ala-ala teman sepermainan di geng. Kita berbelanja dan memasak bahan makanan sendiri. Mulai dari situlah kurang lebih akhirnya aku dekat dengan Riska. Kadang-kadang kita bisa menjelajah sekitaran kampus mencari jajanan pinggir jalan. Ada yang enak, ada pula yang zonk. Namanya juga berkesperimen. Seringnya ketika nangkring di rumah Riska, kita berdua masak-memasak banyak makanan. Mulai dari yang simple hingga yang ribet.

Siang ini panas sekali, aku pun mengajak Riska langsung balik kerumahnya. Riska yang punya rumah, yang ngajak balik justru aku. Ah dasar Diana Magadir. Mahasiswa gatau diri. Masuk keruang tamunya, aku langsung merebahkan badanku di sofanya. Merileks kan tubuh yang tegang karena mengikuti perkuliahan. 
"Di, mau makan ga?"
"Ah gausah ditanya kali Ris"
"Oh iya, kesalahan banget nanya kamu. Harusnya gausah ditawarin pasti udah nyomot-nyomot sendiri"
"Hehehehe"
"Bentar lagi ya aku masak-masak"
"Oke siap Bos!"

Tidak lama handphoneku berdering, ada video call masuk dari G. Ah sial kataku dalam hati, kenapa dia tiba-tiba menelpon. Tanganku reflek mengangkat video call darinya sembari mengambil headset dalam tasku. Riska yang ada disampingku mulai lirik-lirik curiga. Dia belum aku ceritain tentang Edo. Karena aku rasa belum waktunya saja Riska tau tentang Edo. Aku menunjukkan gestur diam pada Edo. EH tapi dasar Edo bahlul, Dia malah bertanya "Kamu dimana?".

"Aku lagi dirumah temenku, bentar-bentar". Semakin paniklah daku karena tidak segera menemukan headset. Riska makin mengintip-intip layar hapeku yang aku tutup-tutupi darinya. Cengar-cengir tergambar diwaja Riska mulai mencari tahu siapa gerangan laki-laki yang menelpon Diana tengah hari begini. Setelah berhasil menemukan Headsetku, akhirnya aku pun berbincang dengan Edo. Tidak lama hanya sekitar 10 menit saja. Setelah telpon dimatikan mulailah tatapan menyelidik dari Riska muncul.

"Siapa tuh tadi". Tanya Riska sambil senyam senyum.
"Temen Ris". Memang teman kan?
"Di, aku ini ga bego. Cowo kalo nanya kamu dimana itu pasti ada apa-apa bukan temen doang"
"AH engga ada apa-apa. Ya temen aja Ris. Masa sih, buktinya kalo aku kalo nanyain si Putra juga pake 'Kamu dimana'."
"Diana sayang, sini aku kasih tau ya. Kamu kalo ke Putra, Joni, Gio contohnya deh, pernah ga mereka nanyain 'kamu dimana' ke kamu? Pasti nanyanya 'Dimana di?'. Bedakan ya Di antara nada si mas-mas tadi yang nelpon kamu pas nanya 'kamu dimana' dan 'dimana Di'. Itu konteksnya udah beda pasti. Isinya juga beda"
"Ah lebay amat masa sampe segitunya sih bedanya". AKu masih bersikukuh mengelak apa yang Riska barusan sampaikan. Menurutku sebelumnya pertanyaan 'Kamu dimana?' adalah pertanyaan yang simple tidak bermakna apa-apa. Hingga akhirnya Riska menyampaikan bahwa ada makna tersendiri dibalik itu. Wow aku baru tahu. Tapi selama ini aku menganggapnya sama saja tidak ada yang lain. Harusnya tidak ada yang lain bukan?

akhirnya perdebatan tentang pertanyaan kamu dimana, aku akhiri dengan mengalihkan topik pembicaraan tentang mau masak apa hari ini. Karena aku lapar sekali. Walaupun dalam hatiku masih bertanya-tanya apakah benar gerangan bahwa ada makna tertentu. Hm...

Candu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang