Setelah aku menerima permintaan pertemanan nya. Muncul pesan dari Gunawan.
"Hai chubby, bentar ya aku mau makan siang dulu. Nanti setelah makan siang aku telpon"
"Iya ok" balasku singkat. Aku sempat kaget karena dia menggunakan nama aslinya untuk menghubungiku. Aku lihat fotonya, lumayan lah.
*Tuuut tuuut, tuuut tuuuut* nada dering telpon dari Skype. Aku lihat bukan video call, hanya telpon suara. Segera aku angkat.
"Halo" Terdengar suara berat dari ujung sana, membuatku tersenyum tipis. Jarang sekali berbincang dengan lelaki bersuara berat.
"Halo juga" sapa ku ringan.
"Boleh tau namamu? Masa aku panggil chubby mulu?" Ucapnya dengan aduh suara beratnya.
"Eh, aku ngga pakai nama asli kalau kenalan dari forum itu. Sorry ya hehe" Tawaku terdengar memaksa. Aku sedikit ragu untuk menunjukkan nama asliku, walaupun dia dengan santainya memberi tahu namanya walau tidak secara langsung.
"Oh yaudah gapapa"
"Kamu gapapa aku tahu nama aslimu?"
"Ya gapapa kali, aku sih santai aja"
"Siapa tau kamu ga maksud pakai nama aslimu aja gitu" tanyaku menyidik
"A..kkkuu ng..aaak m..?")#+#;$+#(#!*;"
"Halo?" Lah suaranya menghilang, putus-putus.
"Haa....lo? Putus-putus deh suaramu"
"Iya suaramu putus-putus, jaringan disana jelek ya?"
"Kalo disini jaringannya jelek tau, ngga mau pindah ke nomor handphone aja?"
"Ah ngga deh, gapapa kalo putus-putus. Aku tungguin sampe stabil koneksinya". Aku menolak untuk berpindah ke kontak pribadi, masih belum yakin apakah dia cukup menarik untuk berbincang di kontak pribadi atau tidak.
Obrolan kita pun berlangsung dengan lancar setelah dia menawarkan untuk berpindah ke nomor biasa. Sepertinya provider menjawab kegelisahan ku dengan menstabilkan koneksi dia. Tak kusangka sudah 45 menit berlalu, cukup lama juga obrolan ku dengannya. Dia terdengar sangat asyik menceritakan tentang tatonya itu. Semakin lama obrolan kami semakin intens. Aku mulai menggali lebih dalam tentang dirinya.
Gunawan, namanya. Dari akun skypenya ada beberapa foto diunggah olehnya. Terlihat manis dalam senyum yang memaksa, tidak terlalu tinggi, memiliki guratan wajah yang tegas cenderung garang. Dia sosok pria jawa yang tangguh dan melalui banyak hal dalam hidupnya hingga sampai di titik saat ini berapa. Meskipun dia keturunan asli jawa dan besat di jawa, aku heran dengan aksen bicara yang dimiliki tidak terdengar sama sekali seperti orang jawa. Cenderung seperti orang ibu kota yang gaul. Aku merasakan ketenangan dari suaranya saat berbicara denganku apalagi suara yang berat miliknya, mungkin aku bisa becek juga kalau tidak dikontrol.
Aku mulai tertarik dengan sedikit gambaran tentang dia. Muncul banyak pertanyaan yang aku lontarkan kepada Gunawan.
"Jadi, kamu udah dari tahun berapa punya tato?"
"Hm, lupa ya aku dari tahun berapa. Kurang lebih 6-7 tahun yang lalu udah mulai punya tato"
"Tato pertama mu yang mana ya?"
"Apa? Putus-putus suaramu"
"Hah masa sih? lancar kok". Dalam hatiku bergumam apakah ini hanya akal-akalannya saja.
"Kajsakns*&&#@%^#*@*#". Suaranya mulai tak terdengar.
"Ah iya suaramu barusan putus-putus"
"Kalo gi)_!)@!(@@)#(@ "
"Apa gimana?"
*jeda beberapa detik menunggu jaringan*
"Kalau gitu minta nomermu aja deh, biar aku telpon di nomer aja"
"Hm, baiklah" Kali ini sepertinya aku tidak punya pilihan. Aku ingin tahu lebih tentangnya tapi sepertinya jaringan kali ini tidak berpihak kepadaku. Sepertinya dia orang baik yang tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak pada identitas asliku. Akhirnya aku berikanlah nomor handphoneku.
"Yaudah, ini nomerku"
"Bentar, aku cari kertas dulu"
"Lho ngapain? ketik aja kali di hape kan bisa pake notes" sungutku bertanya kenapa harus pakai kertas, teknologi juga sudah canggih.
"Bukan gitu, layarku ini retak takutnya ilang atau gimana"
"Baiklah, udah nemu?"
"Udah jadi berapa"
-----------
Setelah telpon di skype usai. Selang beberapa waktu masuk satu panggilan dari nomor tak dikenal.
Hatiku berdegup. Memandang nomor tersebut melalui panggilan biasa bukan aplikasi Whatsapp. So old school sekali, siapa yang masih menelpon pakai nomor d izaman serba online ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Candu Ku
Romance21+ Bermula dari perbincangan ringan dari media sosial berubah menjadi hubungan yang panas antara Diana dan Edo.