Coli mulu

8.3K 85 9
                                    

Edo tidak pernah menolak ketika aku meminta untuk VCS. Hingga suatu ketika malam hari, aku sedang sange setelah menonton beberapa video porno. Aku pun mengajak Edo untuk VCS.

"Main yuuu" ucapku dalam telpon kepadanya dengan nada sedikit manja.

"Besok aja ya, kan kemarin udah"

"Lhooo kok gitu" aku cemberut karena kaget dengan penolakan dari dia.

"Iya by, ga baik tau kalo kebanyakan coli kata dokter"

"yah padahal aku lagi pengen tauu" aku kecewa mendapat penolakan darinya. Padahal hari ini aku sedang sange-sange nya.

"Yaudah kalo gitu, kamu main aku temenin deh tapi ngga aku keluarin ya by"

"lah kentang dong aaaaa enggak dehh".

Akhirnya malam ini ku lewati tanpa vcs dengannya. Padahal vaginaku sudah gatal sekali ingin disentuh tapi aku enggan bila harus bermain sendiri sembari menonton video bokep. Kurang terasa feel-nya. 

----------------

*Pukul 06.35 AM*

[Selamat pagi sayang]

*Pukul 08.30 AM*

[Ok]

Balasan pesan dariku sangat singkat dan kaku sekali. Karena aku tidak terbiasa mendapatkan pesan selamat pagi saat membuka mata dan mengecek handphone. Walaupun aku senyum-senyum sendiri menatap pesan darinya.

-----------
*Edo POV*

"Anjir dibales singkat doang, ini cewe dingin amet sih, liat aja pasti nanti lama-lama jatuh cinta denganku".

Hari ini aku mau check-up ke dokter, sudah waktunya aku melepas tongkat skrup yang menyusahkan pergerakan ku kemana-mana. Jadi tidak bisa melanglang buana lah awak yang suka tidak bisa diam ini.

singkat cerita aku sudah berada di rumah sakit untuk bertemu dokter, sesekali melirik suster yang cakep juga sih. Eh tapi dokternya kali ini tidak kalah rupawan. Senyumnya manis menggoda, tubuhnya padat dan sintal. Belum usai aku sedang membayangkan apa yang ada dibalik kemeja rendanya tiba-tiba dokter yang tengah memeriksa telapak kakiku bicara
"Mas, ini udah boleh dilepas kok pan nya. Gimana mau dilepaskah?"
"Wah boleh banget, justru awalnya kalo belum boleh dilepas saya mau minta lepas sajalah capek pake tongkat terus dok"
"kalo gitu dibius lokal aja yaa, biar ga sakit"

setelah menunggu 15 menit akhirnya lepas juga pan ditelapak kaki Edo. Kali ini dia dibantu salah satu teman kerjanya berjalan menuju keluar ruangan dengan satu tongkat ditangan kanannya untuk menumpu beban tubuhnya. Perlahan dilangkahkan kakinya menuju parkiran motor.

Sementara tidak terasa nyeri atau perih, hanya sedikit-sedikit saja namun tidak parah. Merasa baik-baik saja. Dokter meresepkan beberapa obat antibiotik untuk meredakan nyeri saat nanti pengaruh obat biusnya mulai menghilang. Walaupun itu juga tidak akan banyak membantu.

Saat Edo kembali pulang, ia langsung mencoba melatih kakinya untuk berjalan. Dari ujung ruangan ke ujung lain. Namun masih ada sedikit nyeri dibagian telapak kakinya. Setelah berlatih selama 15 menit akhirnya Edo memutuskan untuk istirahat dan tidur terlebih dahulu. 

Malam tiba Edo mengecek handphonenya lalu bergumam kenapa tidak ada pesan dari Diana sama sekali. Tidak pakai lama Edo pun langsung menelpon Diana. Namun tidak diangkat oleh Diana. Lalu akhirnya Edo menelpon ulang hingga akhirnya sampai 5 kali panggilan tidak terjawab dari Edo masuk ke handphone Diana. 

----------------------

*Diana POV*

Diana tengah dalam perjalanan pulang dari rumah temannya. Ia masih asik mengendarai motor melintasi jalanan kota yang sudah mulai sepi kendaraan hanya ada satu dua yang ada dijalanan malam itu. Sesampainya di rumah ia langsung memarkir motornya dan masuk ke dalam kamar. Merebahkan badannya sesaat lalu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan kakinya dan segera mencuci muka. Saat sudah kembali ke dalam kamar ia langsung merogoh saku dalam tasnya tempat ia meletakkan handphonenya. Ternyata handphonenya sudah dibombardir 5 panggilan tak terjawab dan ada 4 pesan masuk dari G.

WhatsApp
G

[By, kamu dimana?]
[Udah pulang belom?]
[maaf ya tadi aku abis lepas pan kaki, badanku meriang jadi aku tiduran]
[nanti kalo udah dirumah kabarin ya]
{{5 panggilan tidak terjawab}}

saat membuka hapenya dan melihat begitu banyak notifikasi masuk dari G atau Edo. Akhirnya Diana memutuskan untuk menelpon balik Edo.

"Halo" sapa Diana saat telponnya sudah diangkat oleh Edo.
"Halo by, kamu kemana aja?". Jawab Edo dengan suara lirih.
"Baru pulang aku, tadi waktu kamu telpon aku masih dijalan hehehe"
"ohh yaudah, badanku meriang banget by, ga enak. Padahal tadi siang gapapa lho abis pulang dari dokter"

"Yaudah kamu istirahat aja ya"

"Gamau, mau ngobrol sama kamu by"

"Yaudah sambil ngobrol. eh tapi aku lagi pengen sih kemarin kamu tolak huft sedih aku"

"haha, gabaik tau kalau terus-terusan, kata temenku yang dokter itu ya gabaik kalau masturbasi keseringan. Justru lebih sehat kalau main langsung"

"Tapi kan aku lagi pengen bangeeet" sahut Diana dengan nada manja.

"Besok-besok aja ya, jangan dibiasain tau by. Seminggu sekali aja yaaa kan beberapa hari yang lalu udah, minggu depan dehhh, Ya byy cantik" rayu Edo kepada Diana agar dia tidak jadi ngambek.

"Tapi sekarang aku lagi becek tauuu huuuft" nada kian makin manja dan memelas...

Edo yang tidak tega tapi badannya juga sedang meriang akhirnya menjanjikan Diana jika besok saja ketika kondisi badannya sudah agak mendingan. Diana masih merengut karena dirinya tengah horny parah hingga vagina becek. Namun Edo sedang tidak bisa menemaninya. Jadinya Kentang deh malam ini. Akhirnya malam itu dihabiskan berdua berbincang hingga dua-duanya sama-sama tertidur.

------------------------

Maaf ya baru sempet update :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Candu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang