Whatsapp

11.8K 76 0
                                    

Setelah obrolan sore itu usai, sesuai janjinya. Gunawan menelponku kembali setelah malam tiba. Perbedaan jam karena zona waktu yang berbeda, berselisih dua jam denganku. Masih dengan nada dinginku, saat menyapanya.

Kali ini kita berbincang tentang hal-hal ringan. Seperti apa yang sedang ia kerjakan disana. Lalu bagaimana rasanya merantau ke antah berantah itu.

"Rasanya seneng sih, aku bisa ke alam yang asri. Dream come true lah". Ucapnya dengan nada bersemangat. Dia pun menceritakan bahwa saat ini sedang menjalani masa penyembuhan Akita kecelakaan kerja yang dialami. Kakinya pincang dan masih digipsum. Dia pun menggunakan penopang untuk berjalan.

Hingga kedua kalinya Gunawan meneleponku, dia belum tahu nama asliku. Dia hanya tau nama dari forum tersebut. Chubby. Sekali dia menanyakan namaku.

"Jadi ini kontaknya mau di save atas nama siapa nih, masa chubby?".
"Haha gapapa pake itu aja".
"Hm yaudah deh".

Saat itupun dia masih belum tahu wajahku. Hanya tahu suara dan hanya itu.

Malam semakin larut, saatnya dia beristirahat karena besok harus pergi bekerja lagi, sedangkan aku yang masih berkuliah harus menempuh ujian akhir semester kala itu.

"Aku besok ada ujian".
"Semangat yaa, besok aku WhatsApp kalo aku udah bangun."
"Eh ngga usah, jangan whatsapp"
"Kenapa?" Tanyanya bergidik.
"Gapapa, telpon aja gausah WhatsApp".

Setelah tau dia akan me-Whatsapp aku, segera saja ku ganti foto profil yang ku pajang. Aku bermain sok misterius, tidak ingin berbagi siapa wajahku sesungguhnya. Itu yang aku pikirkan.

Aku hanya takut masuk kedalam permainan yang salah. Tapi menarik untuk diulik, menarik untuk dikenal. Entah apakah aku mampu bertahan bermain misterius dengannya atau tidak.

Sudah lama aku tidak bercengkrama dan berbincang lama dengan lawan jenis dengan sangat intens seperti bersamanya. Gunawan sangat terbuka dan sikapnya yang hangat, membuatku luluh sedikit demi sedikit. Tapi aku tetap tidak ingin kelewatan batas, karena aku tidak ingin terjadi hal yang bisa merusak identitas ku.
-----------
Hari pun berganti pagi, aku seperti biasa ratunya buru-buru dan telat. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 6. Aku memilih untuk tidak mandi pagi itu. Ujian ku pukul 7 pagi, sedangkan jarak rumahku menuju kampus bisa memakan waktu 45 menit. Belum ditambah waktuku untuk berdandan. Ah sudahlah bodoamat, yang penting ujian dulu.

Bergegas aku merias diri dan memilih pakaian. Lalu aku menyalakan motor kesayanganku sejak SMP yang belum pernah tergantikan. Serampangan sekali mengenakan sepatu, lalu pamit kepada Papa yang tengah duduk di teras depan membaca berita lewat gawai pintarnya.

Ku keluarkan motor dari singgahsananya. Aku masukkan gigi satu, lalu kutancapkan gas menuju keluar gerbang perumahan. Sesekali menoleh kanan-kiri karena suka ada ibu-ibu menyebalkan yang tiba-tiba lewat di persimpangan jalan tanpa mengerem terlebih dahulu. Sampai lewat depan gerbang pun, aku menyapa satpam dengan anggukan kepala. Keluar melintasi jalan raya yang mulai padat.
"Sial, masih pagi kenapa jalan sudah ramai. Pada mau kemana sih orang-orang ini". Umpatku dalam hati kesal karena kemungkinan telat semakin besar.

Singkat cerita akupun telah sampai di kampus, dan untungnya masih belum dimulai. Jadi masih bisa memilih tempat duduk saat mengerjakan ujian nanti. Khusus untuk kampusku, dibebaskan mau memilih tempat duduk dimana sehingga datang lebih awal merupakan kunci kesuksesan dalam menjalani ujian.

Ujiannya, ternyata simple. Hanya satu soal dan menjelaskan apa yang telah dipelajari. Betapa nikmat dunia mana yang kau dustakan ketika mengerjakan soal ujian dengan semudah itu. Tidak sampai satu jam, aku pun selesai dan keluar dari ruang ujian. Aku dari tadi pagi tidak membuka handphone. Mana sempat pula aku membuka dan mengecek handphone. Selepas ujian aku bukan handphone untuk melihat pukul berapa ini.

--One message on Whatsapp--
--+6281********--
--Halo, chubby. Selamat Pagi--

Ku tatap layar handphone ku, senyum tipis tergaris dibibirku tapi juga kesal kenapa tidak mendengar apa yang aku sampaikan semalam. Bahwa aku tidak ingin di whatsapp.

"Gunawan" Hatiku menyebutkan namanya. Entah sudah berapa kali kusebutkan semenjak obrolan semalam.
------------

Candu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang