Duapuluhtiga

3.5K 275 3
                                    

"Vio?dua jam yang lalu kita berdua pisah di taman rumah sakit!"

-
-
-
-
-
-

"Tapi daritadi dia belum balik lagi,terus tadi ada chat dari dia kalo mau kerumah kamu dulu"ujar Rena pada Rina

"Enggak!Vio gak ada sama aku setelah dua jam yang lalu"sanggah Rina cepat

"Jadi Vio kemana?!"tanya Rena frustasi,baru saja masalah satu selesai kini ada lagi masalah,baru kali ini Vio berani berbohong karena alasan yang tidak jelas

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka menampilkan seorang gadis lain yang sedang terengah-engah sontak mereka menoleh kearah pintu tersebut

"Assalamualaikum"ucapnya

"Hana?"beo Rina

"Waalaikumsalam,ada apa Han?"tanya Rena

"Mau jenguk bang Vino dong, sekalian mau ngomong sesuatu "jawabnya

"Ngomong apa?"tanya Rina

"Kemarin Risa kecelakaan"jedanya,terlihat wajah terkejut mereka bertiga

"Terus dimana dia dirawat?"tanya Rena

"Dirumah sakit ini juga"jawab Hana

"Ayo kita kesana"ajak Rina

"Jangan dulu,sejam yang lalu baru ada pendonor nya, sekarang lagi di ruang operasi"kata Hana

"Ada yang parah?"tanya Rena

"Dia butuh pendonor mata"jawabnya

"Alhamdulillahh kalau begitu,semoga berjalan dengan baik"kata Rena,mereka semua mengaminkan

"Gimana keadaan lo bang?"tanya Hana beralih ke Vino

"Alhamdulillahh seperti yang lo liat"jawab Vino,Hana mengangguk

"Mana Vio?ko gak ada disini?"tanya Hana bingung

"Daritadi gak ada Han,lo liat dia gak pas jalan kesini?"tanya Vino pada Hana

"Enggak,emang gak ngabarin?"tanya Hana balik

"Tadi ada,dia bilang mau kerumah Rina dulu tapi Rina daritadi gak bareng Vio sejak dua jam yang lalu terus tadi udah di hubungin lagi tapi gak ada yang dibalas"jelas Rena

"Mungkin dia ke suatu tempat tapi gak mau ngasih tau kita"kata Hana,mereka semua mengangguk mengiyakan

Rina merasa cemas dan bersalah berbarengan,cemas karena tak kunjung ada kabar dari Vio,merasa bersalah karena semenjak ia memberitahu tentang surat yang ternyata abangnya sendiri Vio bagaikan menghilang,apakah ia akan bunuh diri?tapi itu tak mungkin,Rina tahu betul bagaimana sahabatnya, tidak mungkin melakukan hal yang buruk seperti itu

Ataukah Vio sedang menenangkan diri?ya!bisa saja terjadi,karena setelah apa yang menimpanya mungkin gadis itu ingin menyendiri terlebih dahulu

Tapi perasaan Rina tidak enak,semoga sahabatnya itu tidak melakukan hal yang buruk,semoga saja.

🌺🌺🌺

Tiga jam berlalu,Rina dan Hana pulang karena sudah sore,tiga puluh menit setelah sebuah panggilan dari orang yang mereka tunggu-tunggu sejak tadi

Vio,gadis itu menghubungi ke ponsel Rena mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan mereka tak perlu khawatir

Ia bicara dengan intonasi yang bisa dipercaya bahwa ia baik-baik saja, sehingga mereka tak begitu mencemaskannya lagi seperti tadi

Viona pov

Aku disini,menyendiri setelah beberapa jam yang lalu menulis beberapa surat yang indah

Aku merangkai kata-kata yang membuat siapapun terlena,lebay mungkin?entahlah saat ini aku sedang bermelankolis ria sejak kabar bahwa yang membuat surat aneh itu adalah abangku sendiri

Tidak!aku tidak menyalahkan abangku,dan juga Rina yang telah memberitahu ku,aku hanya ingin menyendiri dan menghirup udara Segar banyak-banyak sebelum udara itu habis

Tempat ini indah, apakah kalian pernah kesini?aku fikir sudah,bahkan setiap orang mungkin sudah merasakan tempat ini,aku merasa tenang di tempat ini padahal orang-orang tidak berfikir seperti itu,tapi aku ya tetap aku yang menyukai ini

Aku senang mendengar abangku telah mendapatkan pendonor,dan akupun senang sahabatku telah mendapatkan pendonor juga,aku tahu tentu saja,apa gunanya ada ponsel jika tidak menggunakannya

Baiklah sampai sini kata-kata penuh drama ku ini,sampai bertemu lagi

Vio pov end

"Dokter ayolah kasih tau saya, siapa pendonor saya?"bujuk Vino setelah Dokter memeriksa keadaan Vino

"Beliau tidak ingin disebutkan namanya,tapi nanti anda tahu sendiri"kata dokter

"Beliau?udah tua dong?emang dia gak sakit-sakitan dok?"Rena yang mendengar ucapan anaknya memukul kaki Vino menggunakan sandalnya

Dokter itu terkekeh"yang penting anda sudah pulih"

"Sampaikan terimakasih saya buat beliau ya dok"kata Vino, dokter itu mengangguk kemudian pergi dari ruangan itu

"Kamu ini!udah didonorin malah ngejelek-jelekin"cibir Rena

"Vino kan cuma nanya Ma"bela dirinya

"Terserah kamu lah"

"Ma,Vio lagi dimana?kok gak kesini?gak mau liat aku apa ya?adek laknat dasar"gerutu Vino

"Huss omongan nya"kata Rena, Vino senyum menye-menye

"Ini mama abis chatan sama dia,katanya cape jadi gak kesini dulu"kata Rena

"Dih,so cape banget palingan tidur daritadi,awas aja kalo ketemu, gue sledding lo!"ujar Vino membuat Vio diseberang tertawa,ternyata sejak tadi Rena sedang berbicara dengan Vio melalui via telepon

Hal itu membuat Vino terkejut"lah daritadi telponan?"kata Vino cengo

"Dadahh abang,lo gak bakal bisa sledding gue hahaha"kata Vio diseberang setelah laudspeaker dinyalakan

"Apasih yang gue gak bisa!"teriak Vino

"Udah dulu ya ma,aku capek mau tidur hati-hati sama bang Vino"kata Vio ke Rena tanpa mengindahkan ucapan Vino,kemudian panggilan terputus

"Tuhkan denger kamu ngomong Vio jadi ngantuk"ujar Rena tertawa, sedangkan Vino mencebikkan bibirnya

"Permisi"ujar perawat setelah pintu ruang itu terbuka

"Iya ada apa?"tanya Rena pada perawat  itu

"Saya ingin mengabari sesuatu"perawat itu memberitahu hal yang kemudian membuat kedua pendengar itu terkejut

"Pendonor saudara Vino kini di ruang jenazah"

RETAK |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang