Kiara kembali ke tempat membuat mading. Rame sekali dan prosesnya sudah hampir selesai. Ia tersenyum puas melihatnya. Tidak sia-sia ia tadi berkeliling mencari anak-anak yang tidak tertib untuk diminta membantu membuat mading.
Ketika ia sedang berbicara dengan Elang mengenai proses yang sudah berjalan 90% ini, ada sosok yang melihatnya dari ujung sana. Di tengah hiruk pikuk anak-anak yang sedang membuat mading dengan bercanda saling melemparkan cat ke muka temannya.
"Yaelah, bro. Jangan diliatin doang dong sana kejar yang serius!" celetuk Reno
Keno hanya terdiam sembari menggerak-gerakkan kuasnya ke mading dengan sembarangan. Ia tidak menyadari perbuatannya yang merusak ke-aesthetic-an mading karena terlalu sibuk melihat dua insan yang sedang berbicara serius namun dengan selingan tawa.
Tawa yang selalu ia rindukan.
"Kak, maaf. Tolong fokus ya. Ini madingnya jadi agak kacau gara-gara kakak gak pas ngasih warna," tegur Ria
Keno mengalihkan tatapannya dan melihat ke mading. Benar saja jadi berantakan. Dasar!
"Maklum dia lagi kesemsem jadi ga bisa fokus tuh," ejek Galih
"Sorry, ntar gue rapiin." jawab Keno singkat
Benar saja Keno merapikan keteledorannya. Sebenarnya ia mempunyai talent dalam menggambar dan mewarnai. Hanya saja bakatnya terpendam karena ia terlalu sibuk melarikan diri dari kenyataan.
"Kamu jangan gerak-gerak! Ntar gambarnya ga jadi-jadi," perintah Keno kepada seorang gadis yang terlihat gerah karena hanya dapat duduk dan tidak bisa melakukan hal lain, main HP sekalipun.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya karena kesal. Ia hanya bisa menurut. Kalau tidak nanti semakin lama ia harus duduk mematung seperti ini.
Dua puluh menit kemudian, Keno selesai menggambar. Ia terlihat puas dengan hasilnya. Cengiran lebar terpatri di wajahnya membuat sang model semakin penasaran akan hasilnya.
Gadis itu berlari kecil ke tempat Keno dan ikut tersenyum melihat hasilnya. Yah, tidak seberapa mirip sih. Tetapi ia akui ini keren mengingat bahwa Keno bukan pelukis profesional. Ia sudah sering bilang ke Keno untuk mengikuti kelas melukis ataupun lomba menggambar, tetapi pria itu selalu menolak.
"Bagus banget! Aku suka. Makasih ya," puji gadis itu sambil memegang kertas gambar tersebut.
"My pleasure, Ra. Bisa ngegambar kamu aja aku bersyukur banget."
"Halah, gombal!" jawab gadis itu sambil memutarkan matanya.
"Loh, bener tau. Soalnya kamu susah banget disuruh duduk tenang. Dikit-dikit gerak mulu," bela Keno
Gadis yang kerap dipanggil "Ra" itu membalas dengan senyum. Kali ini ia tersenyum dengan tulus. Dalam hatinya ia berterimakasih karena Keno selalu ada untuknya dan selalu berhasil menghiburnya.
"Kamu habis ini pulang, ya. Ini oma udah mau balik kok," ucap gadis itu
"Nanti maleman aja gapapa kok. Lagian tadi udah ijin bunda," tolak Keno
"Ga usah, Ken. Kamu pasti punya PR! Siapin buku buat besok biar besok pagi ga keburu-buru, terus ujungnya ketinggalan semua!" omel gadis itu
Keno hanya dapat mengangguk pasrah. Gadis itu terlalu mengenal dirinya.
"Anjir ngalamun si bocah," ucap Dimas sembari mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajah Keno.
Mading sudah selesai dan semua sudah bersiap pulang. Namun, Keno malah sibuk dengan imajinasinya sendiri. Bukan imajinasi, tetapi ingatan masa lalunya. Haha!
KAMU SEDANG MEMBACA
K I A R A
Teen FictionPenyesalan memang selalu hadir di akhir. Itulah yang dirasakan Arkeno Sebastian sekarang. Menjadi berandalan dengan segala kesibukan tetap saja tidak cukup untuk melupakan gadis itu. Ia tidak bisa munafik akan perasaannya terhadap gadis itu yang ter...