Bermain dengan takdir

127 2 0
                                    

~~~~~~~~~~

"Takdir tidak salah dalam mempertemukan. Saat ini mungkin belum baik, nanti pasti akan lebih baik"

~~~~~~~~~~

Author POV

Aro menyaksikan dua insan yang sedang berusaha menyembunyikan perasaannya satu sama lain. Tidak curiga sama sekali, karena dulunya mereka sangat akrab di kelas. Keakraban mereka sangat positif. Selalu bersaing untuk mendapatkan nilai pelajaran tertinggi dan berebut posisi pemegang juara kelas.

"Loh, Dar.. kamu dari tadi belum bertemu Rena?" tanya Aro membuyarkan pikiran masing-masing Rena dan Aabdar.

Rena menggeleng pelan sembari menunduk, memainkan jari-jari lentiknya.

Aro pamit undur diri dari hadapan mereka karena posisinya sebagai panitia mengharuskannya untuk mengurus acara selanjutnya.

Tinggallah, kedua pemuda pemudi ini masih berdiri di dekat lampu taman.

"Rainaa..."

"Afla..."

Keduanya memanggil nama masing-masing secara bersamaan.

"Katakan padaku lebih dulu, Naa" kata Afla mengalah.

Tampak Rainaa sedikit salah tingkah. Terjebak dalam situasi yang membuat mereka malah menjadi canggung seperti ini.

"Aa-aku, aku tidak tahu bagaimana aku mengungkapkannya. Aku.. aku dulu mencarimu ketika perpisahan sekolah, kamu tidak pernah lagi ada" ucap Rainaa mengatakan kejujuran tentang 6 tahun silam.

"Aku belum sempat mengatakan perpisahan langsung kepadamu. Ini yang ingin aku katakan. Maaf untuk pergi begitu saja" jawab Afla seakan tersirat penyesalan dari ucapannya.

Rainaa dan Afla melanjutkan untuk mengambil duduk di kursi sebelah mereka berdiri. Keduanya saling bercerita tentang kehidupannya. Serangkaian tawa bahkan menghiasi kisah dua insan yang sedang berusaha menyembunyikan perasaan mereka. Sesekali, baik Rainaa dan Afla menunjukkan keseriusan dalam menyimak sepenggal cerita yang mereka utarakan. Cerita yang seharusnya dapat dibagi bersama, yang sudah berlangsung selama 6 tahun lamanya.

"Kamu bisa hidup tanpa ponsel selama itu?" Rainaa bertanya kepada Afla seolah sedang mengejeknya.

"Bagaimana lagi? Aku bisa ke wartel saja sudah bersyukur. Aku tidak pernah pulang, dan baru bisa pulang sekarang ini. Lusa aku kembali lagi untuk melaksanakan pengabdianku, mengajar junior di sana" tanggap Afla menceritakan secuil kehidupannya.

Mendengar ungkapan Afla, membuat Rainaa sedikit kecewa. Dengan begitu, itu artinya Afla akan pergi lagi. Tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

"Berapa lama?" Rainaa menanyakan kepergian Afla.

"Dua tahun" katanya.

Senyuman Rainaa perlahan memudar setelah mendengar ucapan Afla.

"Aku akan kuliah di sana juga. Jadi, aku tidak tahu kapan akan kembali lagi. Yang jelas bukan untuk waktu dekat" sambungnya.

Terpatri kesedihan antara keduanya. Entah untuk alasan apa. Namun, takdir seperti sedang bermain dengan mereka, kembali.

"Jaga dirimu baik-baik" tutur Rainaa lembut menyelipkan doa.

"Tentu. Kamu juga jaga dirimu baik-baik. Semoga Yang Kuasa melancarkan segala urusanmu. Lancar dengan studymu. Dan..." Afla menggantung ucapannya.

"Dan...?"

"Dan semoga aku akan bisa menghubungimu. Walaupun aku tidak tahu, apakah aku benar akan bisa melakukannya atau tidak. Aku akan berusaha"

Kekasih PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang