KETERADAAN

36 18 9
                                    

***

Nggak sampai 10 menit, akhirnya kami tiba juga dilahan luas belakang rumah sakit. Gua melihat banyak batu nisan yang tertancap diatas tanah. Bisa dipastikan kalau tempat ini yang waktu itu pernah diceritain sama Arga sebagai tempat pemakaman umum milik rumah sakit

Arga menuntun kami bertiga menuju makam kedua orangtuanya. Melewati jalan setapak yang dikanan kirinya dipenuhi dengan gundukan tanah yang diatasnya ditaburi dengan harumnya bunga melati

Tak lama kemudian, kami bertiga duduk bersimpuh diantara tiga makam dengan nisan kayu kecil yang menancap diatasnya. Gua dan Azalea menunggu dan duduk dipinggir makam, sedangkan Arga mendekati nisan yang berada ditengah dan bertuliskan ' Naila Kartika Ayunanda Binti Pramono '

Arga mengusap usap nisan sambil memberi tahu ke gua dan Azalea

"Ini ade gua Jarr, Le. Perempuan, lucu, imut, mungil, yang pergi duluan waktu dia masih bayi, mungkin sekarang kalau masih ada udah jadi gadis perawan yang cantiknya mirip sama ibunya, dan mungkin sekarang kita lagi asik asiknya bercanda", dengan suara yang lirih Arga masih mampu menahan tangisnya

Arga berpindah ke makam sebelah kirinya, lalu memgangi nisan kayu yang dipenuhi dengan debu

"Kalau yang ini ibu gua Jarr, Le, Ayu Lestari namanya, orangnya hebat banget, lembut, baik hati, dan nggak pernah kasar ke siapapun itu. Terakhir kali gua ngomong sama beliau, waktu ngerayain hari ulang tahunnya. Bu, lihat ini anakmu datang bawa gelar sarjana yang bikin ibu bangga. Buuu, Arga kangennnnnnn ibuu, ibu yang tenang disana yaa"

Kini air mata Arga berlomba lomba berjatuhan membasahi tanah yang wangi akan aroma tubuh ibunya."Arga, tuh liat keatas, barusan ibu lu tersenyum ngeliat anaknya berhasil, lu jauh lebih hebat dari ibu lu, jauh lebih hebat", ucap batin gua

Dengan mengusap air matanya yang terus mengalir itu. Arga beranjak ke makam bapaknya, memegangi taburan bunga yang sudah bercampur dengan tanah

"Jar, Le, nahh kalau yang ini bapak gua, Pak Pramono yang luar biasa, superhero terkuat dalam hidup gua. Lelaki yang pekerja keras, rela berkorban dan penuh dengan kata maaf. Pak, ini Arga pak udah datang jenguk bapak. Bapak apa kabarnya disana?

Pak, ini lihat Arga kemarin habis diwisuda dengan predikat terbaik sekampus. Sekarang Arga udah jadi seorang arsitek pak, bapak kepengen model rumah yang kayak gimana? Nanti Arga buatin tenang aja. Nanti kita bisa kumpul bareng bareng lagi pak, nanti kita ngerayain hari ulang tahunnya ibu lagi yaa pak"

Arga menangis dengan derasnya, disusul dengan gua dan Azalea. Dan Azalea dia menangis hingga sesenggukan, sepertinya dia merasakan apa yang dirasakan sama Arga

Argaaa, orangtua lu pasti bangganya super duper ngeliat anaknya udah bisa bertahan sejauh ini, dan udah bisa jadi orang yang berguna buat orang lain

"Gua yakin banget Gaa, mereka lagi tersenyum bahagia diatas sana", ucap gua lirih, kemudian menghapirinya dan menepuk pundaknya

Nggak tahan dengan luka yang dialami, Arga memeluk badan gua layaknya sudah seperti seorang kakak. Azalea yang tadinya berjarak satu langkah dari kami. Sekarang mendekat dan mendekap erat duka yang tak kunjung mengering. Kami duduk bersimpuh tepat dinisan almarhum bapaknya

Kini ada tiga manusia yang saling menguatkan dan meyakinkan bahwa luka atau duka yang di derita seseorang akan kunjung sembuh dan kita tak pernah mengerti kapan waktunya sembuh

Kebetulan dipemakan ini lagi sepi, yang ada hanya kami bertiga saja. Jadi yaa gak risih kalau lagi pelukan gini udah kayak keluarga besar telettubies

Masing masing dari kami perlahan melepaskan pelukan. Mengelap air mata yang sedari tadi jatuh tak berkesudahan. Berusaha membuat senyum diantara duka yang perlahan surut

Arga menggaruk kepala sambil berusaha membuat keadaan tenang,"Lahh Jarr, lu nangis, cemen banget lu ahh kayak cewek"

Wahh mulai kumat otaknya nih, agak miring, kan yang dari tadi nangis lu udinnnnn. Gua ketawa aja lah, meskipun rada aneh, hitung hitung ngehargain lawakannya. Kasihan nanti jadi garing lagi, terus pension dia didunia komedi

"Yahh Le,lu juga nangis, cemen juga lu kayak cewek", lanjutnya lagi

"Emang lu kira gua kemarin kemarin apaan? Ontaaaaaa?", Azalea yang tadinya mengelap air mata, kini memukul pundak Arga dengan tas kecil yang dibawanya

Latar suasana kembali pecah. Tiga manusia yang tadinya nangis merengek, kini membuka suara tawanya untuk memecahkan keheningan

"Kita harus saling menguatkan, jangan sampai ada yang ada jatuh. Kalau misalkan nanti ada yang jatuh dari kita, harus ada yang membantu untuk berdiri lagi", gua berbisik pelan kepada mereka berdua. Mereka pun mengangguk setuju

Kepala kami saling bersentuhan, tangan kami melingkar diatas pundak yang lain. Usai sudah upacara tangis menangis, kali ini gua benar benar cengeng. Salut sih, betapa beratnya beban yang dipegang teguh sama Arga

Usai sudah segala peristiwa yang telah terjadi. Berharap setiap kenangan di masalalu bisa berujung damai dengan keadaan

Kami bertiga berjalan beriringan meninggalkan tempat pemakaman. Kembali masuk ke lorong rumah sakit, kembali menemui aroma obat yang harumnya semerbak

Hingga terakhir, tepat di pintu utama keluar rumah sakit. Gua menghadap kebelakang mengucapkan selamat tinggal untuk mereka yang sudah berperan lebih dalam kehidupan seseorang

Begitu juga dengan Arga, mengutarakan rindu yang mendalam kepada keluarganya untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Lalu berusaha lagi untuk menjadi yang lebih baik dari hari kemarin

Gua berjalan dengan menggandeng tangan kiri Azalea yang berada disebelah kanan gua, dan merangkul pundak Arga yang berada disebelah kiri gua.

Kami keluar kesana kemari mencari Lamborghini yang ngumpet entah dimana. Jangan jangan ada yang maling lagi, ehhh jangan dimaling dulu dong, soalnya itu mobil rentalan, kalau punya sendiri juga udah gua kasih lu satu satu, lengkap sama bpkb dan stnk

"Jarr lu tadi markirin mobil disebelah mana?", tanya Arga keheranan

"Hahaa, lupa taruhnya gua, Gaa", ucap gua sambil nyengir

"Gila lu markirin mobil udah kayak taruh korek aja, sembarangannnnn"

Kami bertiga berjalan sambil tertawa. Azalea dan Arga pun menepuk pundak gua kompak, mungkin karena nahan kebegoan gua kali yaa

Kami berhenti dikerumunan mobil yang terbaris rapih. Habisnya bingung juga dari tadi nyari tapi yang dicari malah ngumpet, mirip sama gunting kuku rumah aja. Engga dicari ada, dicari hilang

Daripada masih pusing nyariin mobil. Mendingan gua ajak mereka makan siomay khas Bandung dulu yang berada tepat didepan rumah sakit. Kebetulan disana ada berbagai macam gerobak yang menjajakan kuliner khas Bandung

"Kang siomaynya tiga piring, yang satu siomay sama cuankinya aja yaa", gua pemesan pertama, abis itu gua menyuruh Azalea dan Arga pesan sesuai seleranya

"Saya siomay sama brokolinya aja kang", disusul Azalea

"Kalau saya campur kang, tapi bukan es campur",

Yailahhh tupai Garutttt, orang jualan siomay masa dikasih es campur. Kalau bukan Arga nggak ada lagi udah. Kami duduk dikursi kayu panjang yang cukup diisi oleh lima orang dengan meja panjang didepannya

Didepan kami bertiga sudah ada seorang laki laki yang gua rasa sedari tadi makan siomay sudah habis tiga piring. Anehnyaaa, ini orang badannya kelihatan cungkring banget kayak batang lidi. Yang gua bingung, terus dikemanain coba siomay yang tadi dimakan, begini nih kalau orang melihara cacing pitanya terlalu over

"Ini A' siomaynya, yang ini siomay cuanki, ini siomay brokoli, dan yang ini campur", penjualnya memberikan sesuai pesanan kami masing masing

"Minumnya teh hangat tiga yaa kang", gua memesan minuman, jaga jaga kalau nanti ada yang keseret, yaa kali mau nelen air ludahnya sendiri

"Oke siap A'", jawab penjual dengan anggukan yang sopan

Selanjutnya ada di minggu depan, terimakasih banyak untuk kalian yang sudah bisa nerima karya ini hidup diantara ribuan yang lain

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang