KEPIAWAIAN

38 14 5
                                    

***

"Jarrrr, yee malah bengong", Azalea menepuk pundak kiri gua

"Emmm, orangtua aku yaa ada dirumah"

Gua menjawab, tetapi pandangan kedua mata gua tetap tertuju kedepan. Azalea kembali menatap wajah gua dari samping, dengan raut wajah yang menyimpan seribu pertanyaan

"Kamu ketemua Arga di Bandung kann?"

"Iii-yaaaa"

"Berarti rumah orangtua kamu juga ada di Bandung dongg", tegasnya dengan nada sedikit teriak

"Emmm....", baru aja mau gua jawab, udah dilanjutin lagi sama dia omongannya

"Ihh Fajarr, kenapa kemarin nggak sekalian mampir dulu sih, kan aku juga mau ketemu sama orangtua kamu"

"Heheee, besok besok aja yaa Le"

"Ahh engga sekarang ajaa, pokoknya sekarang kita muter balik"

Yailahh kurang kerjaan banget gila, orang dikit lagi juga udah mau sampai. Gua menjawabnya dengan nada halus, berharap bisa menenangkan emosinya yang lagi berkoar koar layaknya Harimau Sumatra

"Yaaa maaf yaa Le, nggak sekarang yaa, aku janji suatu hari nanti, aku kenalin kamu ke mereka, tenang aja akan ada waktunya itu, dan aku usahain secepatnya", jelas gua

Mata gua menatap matanya yang seakan akan tertutup tebalnya emosi. Tangan kiri gua menggenggam erat tangannya berharap agar bisa menenangkannya

Azalea yang tadinya merengek sambil menarik tangan gua lagi biar bisa balik ke Bandung. Kini wajahnya diam dan murung menatap keluar jendela yang ada disampingnya

Yahh kan udah ini mah perang dunia ketiga dimulai. Padahal gua tadi ngomongnya udah hati hati banget, udah gua usahain juga biar gak ngeblong. Tapi kenapa malah jadi kayak gini, Azalea Rasya Rinjani euyy maafin atuh, Fajar nggak bermaksud

Gua hanya bisa nahan perkataan maaf di mulut daritadi. Mau dikeluarin tapi takut, kalau nanti bikin suasana jadi kacau. Nggak ngomong juga makin takut, kalau dia malah tambah marah

Aaaaaaaa....., pusing gua pusing. Didalam kepala isinya penuh banget gila, kalau dikasih kesempatan buat kabur, gua lebih milih kabur dari isi kepala. Bingunggg, rasanya tuh nakutin banget sumpah

"Ehh Jarr itu udah lampu hijau kamu nggak jalan", Azalea mengagetkan

Wushh.... jantung gua tiba tiba mudik ke Balikpapan setelah disadarkan oleh ucapannya barusan

"Ooo iyaa maaf Le tadi masih di rem tangan",jawab gua sekenanya

"Kamu kenapa sih Jarr, daritadi aku perhatiin kamu, kamu ngelamun terus", Azalea menatap ke arah gua. Bahkan sekarang ngeliatinnya tepat berada didepan mata gua

"Emmm, maaf yaa Le", gua menengok ke arahnya, lalu fokus nyetir kembali.

"Maaf kenapaa?", wajahnya penuh dengan keheranan

"Aku belum bisa kenalin kamu ke orangtuaku, tapi aku janji Le, suatu saat nanti kita temuin mereka bareng bareng"

"Iyaaa iyaa Fajar santai aja kali, kayak sama orang lain aja kamu mah", ucap Azalea sambil menyubit bahu kiri gua

Gua melihat Azalea sudah kembali bersikap normal. Tatapan matanya kini mulai sayup dan terlihat ngantuk. Kepalanya tersender dibahu kanannya, dan tak lama kemudian, dia tertidur lelap pergi menuju alam mimpinya

Mulutnya diam tertutup namun sedikit menampakkan senyumnya. Bulu matanya yang lentik menghiasi mata, pipinya yang merah merona menampakkan aura kecantikannya, rambutnya yang hitam pekat terurai lurus membentuk poni dikenangnya. Salut ini orang, tidur aja masih kelihatan cakep, lah gua boro boro, yang ada banjir iler doang. Aduhhhh Gusti, ciptaanmu yang satu ini gak ada minusnya sedikitpun

Perjalanan menuju rumah sedikit lagi hampir sampai. Langit yang tadinya menurunkan hujan lebat, kini perlahan reda. Berbagai macam kendaraaan makin ramai memadati jalan Ibukota. Tampak simbol kebanggan terpampang menjulang tinggi diatas sana. Yeeahhh, welcome back to Jakarta City

Kecintaan gua terhadap kota ini makin hari makin saja meningkat. Disamping macetnya dan ramainya disini. Jakarta memberikan kepercayaan lebih oleh orang orang didalamnya. Tempat bersatunya orang bekerja keras, meneteskan keringatnya, lalu berbaur dengan debu dan polusi yang mengudara. Tempat yang katanya banyak orang bilang sebagai ladang emas, yang akan bisa memberi jawaban atas mimpi mimpi mereka. Thank you very much Jakarta

Gua tiba diberanda rumah hampir dipertengahan malam. Untung aja hantu hantu disini belum pada ngeronda. Gua jamin seratus persen ini komplek bakalan sepi yang yang ngeronda kayak bangsanya kuntilanak, pocong dan kawan kawannya

Azalea sama Arga masih nyenyak banget lagi tidurnya. Masa iya gua gendong gendong satu satu masuk kedalam rumah, bisa bisa remuk badan gua. Apalagi gendong Arga yang badannya udah kayak kuda nil Afrika

Gua melihat keadaan rumah dari dalam mobil tampak gelap sekali. Seperti villa angker yang udah nggak ditempatin selama setengah abad, tuh liat sarang laba labanya aja sampai ngebentuk sarang tawon

Gua membangunkan Azalea dengan cara selembut mungkin

"Le bangunn Le, udahh sampai", sudah lima kali gua ngabangunin tapi nggak bangun bangun juga

Gua mengelus ngelus pipinya yang lembut, meraba matanya yang lentik bagaikan mata sapi.

Muuaachhh...

Gua mengceup keningnya yang tertutup dengan beberapa helai rambut

"Le selalu ada buat aku yaa, stay with me", gua berbisik sangat pelan sekali, bahkan nggak ada angin yang keluar dari mulut

Azalea terbangun seketika. Lalu langsung mencium bibir gua yang barusan abis mengecup keningnya. Ini mah namanya beli satu dapat dua, hahaa

"Udah sampai yaa?", Azalea bertanya lirih

"Baruuuu aja sampai", balas gua, lalu duduk kembali. Azalea melepaskan sabuk pengaman dari pinggangnya, kemudian sibuk mengemas barang barang yang ada ditasnya

Gua mematikan mesin mobil dan beranjak keluar."Jarr itu Arga nggak dibangunin?". Azalea keluar dari mobil langsung memberitahu kalau ada bangkai tikus yang tertinggal didalam

"Ooo iyaa aku lupa Le", jawab gua sambil menepukkan tangan ke jidat layaknya orang yang berlaga kelupaan

Gua membuka pintu kursi belakang sebelah kanan"Gaa bangunnn bangunn udah sampai"

"Gaa Argaaaa bangunnn"

"Woyyy taplak meja bangunnnn", teriak gua karena saking keselnya daritadi gak bangun bangun

"Emmm ahh, itu kacangnya dua ribuan bang"ucapnya dengan suara parau. Yaa ampun gila ini orang, dibangunin bukannya bangun malah ngigau jualan kacang. Padahal daritadi gua ngebanguninnya sambil narik telinganya dia, biarin aja masih gua lihatin, belum aja putus, tuh, telinga

Gua mencari cara biar bisa ngebangunin ini Koala Amazon. Melihat sekeliling apakah ada alat yang bisa mendukung gua. Ahaaaa, itu ada gayung kamar mandi dihalaman depan rumah. Tapi kenapa ini gayung bisa ada disini yaa, seharusnya kan dia ada dihabitatnya. Ahh sudahlah. Tanpa pikir panjang, gua mengisi gayung itu dengan air surga yang mengalir deras dari kran pojok halaman

Selanjutnya ada di minggu depan, terimakasih banyak untuk kalian yang sudah bisa nerima karya ini hidup diantara ribuan yang lain

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang