SECUKUPNYA

35 13 9
                                    

***

Sshhrrrr.......

Sip, cukup sudah, saatnya mandi hujan. Hahaa, rasain lu Gaa, batin gua dalam hati. Gua kembali ke mobil dengan membawa gayung yang berisikan air penuh didalamnya. Azalea yang sedang berdiri didepan mobil melihat gua dengan ekspresi tertawa

"Bagusss Jarr baguss"ucap Azalea pelan sambil menunjukkan jempol tangannya ke arah gua

Pintu mobil yang ditempati Arga sudah kebuka daritadi. Sekarang saatnya beraksi. Aba aba siap, satuuuu, duaaaa, tiiii

BYURRRRR

Rasain tuh banjir bandang, hahaa. Seluruh wajahnya Arga rata kesiram air, matanya melotot kayak kemasukan leak Bali, badannya langsung merespon petakilan anarkis kayak nonton konser Metallica

"Buseettt dah, nggak usah ribet ribet manggil pawang hujan juga kali Jarr buat bangunin gua", Arga keluar dari mobil sambil mengelap wajahnya dengan tangan

"Siapa yang manggil pawang hujan, barusan tuh ada banjir bandang", balas gua, lalu melempar gayung ke tanaman disekitar

"Gilaa dingin banget sumpah kayak dikutub utara anjirr"

"Berisik lu, udah ayoo masukkk", ajak gua

Gua berjalan sambil menggandeng tangan Azalea menuju pintu utama rumah. Asal kalian tahu, ini rumah punya banyak pintu tapi dirahasiakan, yang tau hanya gua dan Arga. Bahkan pemilik rumah ini sebelumnya pun tidak mengetahuinya

"Woyy tungguin guaa", Arga berteriak sambil berlari mengejar gua yang sudah berada didepan pintu

Kami bertiga masuk kedalam rumah dengan keadaan gelap gulita. Karena waktu sebelum nganterin Arga wisuda, gua lupa untuk menyalakan seluruh lampu rumah. Gua juga nggak nyangka kalau sampai rumah malah tengah malam begini

Karena diantara kami bertiga nggak ada yang peka. Dan akhirnya, gua lagi yang harus berangkat buat nyalain saklar lampunya. Sialannn sialannn, udah tau gua orangnya penakut. Kalau misalnya nanti gua kesurupan, gua yakin itu setan dijamin langsung betah ditubuh gua, soalnya fasilitasnya lengkap udah AC, kompor, blender, dan lain lain

Dengan berbekal senter yang keluar dari ponsel. Gua mencari tombol saklar lampu yang menempel di dinding. Seinget gua, sih, saklarnya ada disamping gorden jendela, itu juga kalau belum dipindahin sama penunggu rumah ini

Merabaa rabaaaaa..... Merabaa rabaaaa

Nahh kayaknya ini nih saklarnya

Plekkk

Yessss hoorrrr...., astaga naga ini siapa yang mindahin kostum suzanna disini, lagian juga bukannya dia udah tidur dengan nyenyak bersama rakyat cacing dialam tanah sana

Kain putih yang menyangkut disamping gorden tadi sekaligus yang bikin gua kaget gak karuan. Sekarang gua bawa ke kamar mandi dan ghua jadiin satu sama pakaian kotor biar besok sekalian di laundry. Mumpung lagi ada dikamar mandi, sekalian mandi aja lah gua, ini badan juga udah bau nggak karuan

Kondisi rumah yang tadinya gelap, kini sudah terang benderang. Seluruh ruangan dipastikan sudah aman dan dapat terlihat jelas. Itu semua berkat gua, sedangkan Arga sama Azalea malah asik asiknya langsung mapan tidur di sofa ruang tengah

Gua memandang mereka dari depan tirai yang menghubungkan antara ruang tengah dengan dapur. Tampaknya mereka sangat kelelahan sekali, kelihatan dari gaya mereka tidur yang sembarangan begitu. Azalea yang kakinya diatas meja, si Arga malah kepalanya dilantai, kakinya diatas sofa, ketukar nanti tuh otaknya

Dibilang capek yaa lumayan. Bingung mau ngapain, mau tidur juga nggak bisa tidur. Mau ngelawak tapi bahan buat lawakannya udah tidur duluan. Bisanya geleng geleng kepala doang udah, selagi masih punya kepala. Hadeuhhh, capek juga yaa jadi manusia, sekali aja gua ngerasain jadi ultraman, pasti makmur hidup gua

Akhirnya, setelah perdebatan antara ego dan hati dalam diri gua. Gua memutuskan untuk membuat secangkir kopi, kebetulan tempat gua berdiri masih deket sama dapur. Gapapa lah, lumayan buat nemenin ngelamun.

Gua meracik kopi dari yang tadinya masih berbentuk biji sampai halus lembut, kemudian dimasukkan ke French press, lalu diisi dengan air panas, ditekan dengan tutupnya jangan sampai bubuknya itu ikut turun juga ke gelas. Kopi Arabika Temanggung sudah siap

Langkah kaki menuju ruang tengah. Gua ikut duduk disebelah Azalea yang sudah tertidur pulas. Gua menarik napas panjangggggg bangettt, lalu gua hembuskan. Hadawwwwww, setenang inikah hidup?, tanya gua dalam hati

Gua menyeruput kopi untuk yang pertama kalinya, sambil menonton siaran langsung sepakbola di tv. Cemilan sudah ada, bantal sofa sudah berada dikepala. Ini namanya begadang starter pack brooo.

***

Tengah malam sudah hampir lewat. Namun pertandingan bola pun tak kunjung usai, justru semakin memanas memasuki babak tambahan waktu

OKEEE, IYAA, OPERR, PASSING, UMPANNN, GOLLLLLLLLL

Gila mantap juga tuh tendangannya. Dan gila juga gua teriak teriak tengah malam begini. Nanti malah ngundang nafsu penunggu penunggu rumah ini buat datang terus nemenin gua nonton bola malah jadi tribun selatan nanti

Priiiittttt.... Priiitttt... Priiitttt

Pertandingan selesai. Gua yakin setelah ini pasti acara tv isinya kuda kudaan semua. Tau gua mah, biasanya tuh jam jam segini aroma aroma sensitive tayang di layar kaca. Makanya gua tau sebabnya kenapa orangtua gua ngelarang gua waktu masih kecil nonton tv sampai tengah malam

Kopi yang tadinya panas sampai mengeluarkan uap kayak cerobong kapal laut, kini berubah dingin. Cemilan yang tadinya isi setoples penuh, sekarang tinggal toplesnya doang. Kan udah gua bilang, itu dia begadang starter pack versi gua, yang mengalihfungsikan rumah menjadi pos ronda

Hampir pagi begini, tapi kenapa gua belum ngerasain ngantuk juga. Apa gara gara ditambah minum kopi tadi malam? Ishh salut gila, kalau hari ini gua nggak tidur. Fix banget, catatan rekor muri dalam hidup gua nambah satu, gila aja lu bayangin coba, empat hari empat malam gua nggak merem sama sekali, mantull mantull nggak tuh

Gua menancapkan headset yang ukurannya agak besar ke ponsel. Lalu gua pasangkan ke telinga gua yang penuh akan kopok. Mencari lagu yang cocok buat nenangin isi kepala yang kian berisik. Menggeser geser layar ponsel dikanal aplikasi youtube. Kenapa gua milih aplikasi ini? Karena sekalian gua lagi kepengen nonton video clipnya

Sekian belasan lagu yang gua temui, namun tak kunjung menuai kecocokan di telinga. Bukan bermaksud untuk menyalahkan performa music zaman sekarang yang katanya terlalu menye menye, lebay, atau tidak masuk standarisasi musik Indonesia. Kalau menurut gua, semuanya itu tergantung sama selera masing masing. Buat yang suka dengerin musik Jazz, bukan berarti kalian merasa punya selera yang tinggi, bahkan sampai menjatuhkan genre musik yang lain, begitupun sebaliknya

Semua itu punya golongannya masing masing. Iyaa golongan. Dan cara mengukur golongan itu bukan secara vertical, melainkan horizontal. Bahwasanya, tingkatan selera kita semua itu berada pada level yang sama, yang membedakan hanya kategorinya saja

Eiiittsss... oke juga ini lagu, meskipun judulnya agak asing, tapi kelihatan dari thumbnail nya kayaknya asik. Sepertinya grup band ini baru saja merintis karyanya didunia permusikan. Ahh yaa sudah lah tidak apa apa, siapa tau ada hikmahnya gua kan nggak tahu, toh manusia kan harus belajar dari siapapun dan apapun itu

Klikk

Hindia – Secukupnya

Lagu selesai. Asli sumpah keren banget asli ini lagu. Dengan kekuatan dentuman musik yang berjalan konstan, serta liriknya yang menampar, ditambah lagi dengan cuplikan video yang bertemakan kehidupan sehari hari, dan diiringi cuitan kata kata yang silih berganti di layar video clip itu

Mantap sekaliiii guys, baru kali ini gua dengerin lagu, langsung suka begitu aja. Sekali, dua kali, tiga kali, terus menerus mengalun lagu ini di langit langit rumah yang masuk ke telinga

Ternyata ohh ternyata, dibalik tokoh music yang baru merintis karirnya didunia permusikan, ternyata mereka mempunyai sisi yang unik. Makna dari lirik yang dinyanyikan ngena banget. Mungkin saja, karena mereka lahir dizaman millennial seperti sekarang ini, jadi paham betul kondisi kehidupan sosial yang sedang marak diperbincangkan

RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang