O5. Tanya Aneska

156 34 27
                                    

Di dunia ini, ada dua hal yang cepat berubah. Yang pertama itu cuaca, yang kedua perasaan manusia.

🌸  Tanya Fajar 🌸

Mata Tanya membelalak, kaget saat melihat sekelompok siswa berjalan masuk ke lapangan lengkap dengan baju basket kebanggaan dengan logo sekolah mereka tak lama setelah ia sampai di lapangan.

Ralat, bukan karena sekelompok tim basket itu tapi salah satu orang yang ada di antara mereka.

Fajar Dirgantara. Sedang berjalan santai menuju ke tengah lapangan, mengabaikan tatapan memuja dari hampir semua siswi yang ada di lapangan itu.

Tanya memalingkan wajah, sialnya pandangannya bertemu dengan guru olah raga muda yang saat ini sedang mencari-cari seseorang untuk membantunya.

"Ah Tanya, kemari." panggil Pak Cakra, guru olah raga SMA Karsa yang terkenal paling sering berteriak kesal pada siapapun sesuka hati ketika moodnya sedang buruk.

"S-saya Pak?"

"Iya, Bapak mau minta tolong kamu hitung push up-nya Fajar, ya? sampai seratus lima puluh. Bisa ya? Jangan ada yang kelewat."

"Tapi kenapa Pak?"

"Dia saya hukum, karena bolos latihan untuk turnamen nanti kemarin malam. Ah iya saya lupa," Pak Cakra mengehentikan ucapannya dan berbalik ke sekumpulan siswa yang sekelas dengan Tanya.

"Hari ini kalian olah raga sendiri ya. bebas apa aja mau voli, bulu tangkis, atau apa terserah. Bapak harus ngelatih yang turnamen soalnya akan ada pertandingan antar sekolah besok."

"SIAP PAK!" jawab seluruh siswa penuh semangat dan sibuk tak butuh waktu lama sampai mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Tanya menatap Jihan dan Diana dengan tatapan memelas, meminta pertolongan. Tapi sia-sia, ucapan Pak Cakra terlalu tabu untuk dibantah.

Mengabaikan Tanya, Fajar lebih dulu berjalan ke sisi kiri lapangan dan bersiap di posisi hampir telungkup dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya.

Mau tak mau, Tanya terpaksa menyusul dan duduk di depan Fajar yang mulai sudah melakukan push up.

Tanya menunduk, berusaha menyembunyikan seringaiannya sesaat setelah mendapat ide cemerlang untuk mengerjai Fajar. "Satu," ujarnya.

"Satu."

"Satu."

Fajar mengernyitkan dahi, mulai kesal dengan hitungan Tanya yang tidak bertambah sedari tadi.

"Lo bisa ngitung ga sih?"

"Hah? Apa? Ga kedengeran," cibir Tanya.

"Gue udah push up tiga kali."

"Oh, sorry. Lanjut deh cepet. apa mau gue laporin Pak Cakra?"

Fajar yang saat ini memakai baju basket biru dongker menghembus napas kesal. Jelas sekali gadis di depannya sedang memanfaatkan kesempatan untuk mengerjainya. Tapi ia terlalu malas untuk melanjutkan perdebatan.

"Satu, dua, dua."

"Lo." desis Fajar.

"Wlee."

Fajar bangkit dari posisi push up-nya menjadi duduk di depan Tanya. Menyadari jarak mereka saat ini membuat Tanya memalingkan wajah. Posisi mereka terlalu dekat. Napas mint Fajar bahkan tercium olehnya.

"M-mau apa?"

Seringai tipis tercetak di wajah Fajar saat gadis di depannya kembali menatapnya dengan tatapan garang padahal ia tahu jelas Tanya sedang ketakutan.

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang