O9. Insecurity

114 23 1
                                    

Aku pernah merasakan sakitnya kehilangan. Oleh sebab itu, aku selalu takut akan hilangnya hadirmu kelak setelah aku terlampau terbiasa.

🌸 Tanya Fajar 🌸




"Gara-gara lo, gue jadi mimpiin nasi goreng," racau Tanya dengan mata tertutup.

Fajar tersenyum geli, saat ini ia memang sedang memasak untuk Tanya yang tertidur di sofa. Setelah menyusun segelas susu dan hasil masaknya di meja depan sofa, Fajar berjalan ke dalam kamar untuk mengambil selimut.

Dari garis wajahnya, terlihat kalau gadis itu nyaman sekali tidur di sana, pikirnya sambil menyelimuti Tanya. Untuk beberapa saat ia duduk di lantai, di sisi sofa memandangi Tanya yang tengah tidur lelap.

Fajar tidak tahu apa yang membuatnya tak enggan menghabiskan banyak waktu bersama gadis itu. Padahal tak jarang Tanya mendelik galak padanya. Namun rasanya nyaman.

Ia suka berada di sekitar gadis itu. Mendengar ocehan suara lembutnya, menerima omelan sewot darinya, melihat senyum yang tak jarang tertoreh pada wajahnya. Entah sejak kapan Fajar mulai menyukai itu semua.

Tidur yang nyenyak.

Fajar meraih jaketnya dan berjalan keluar dari apartment. Meninggalkan Tanya sendirian di sana.

Tiga puluh menit kemudian Tanya menggeliat pelan karena punggungnya mulai pegal sebab tidur dalam posisi meringkuk.

Pandangannya tertuju pada meja. Ada sepiring nasi goreng dan susu coklat di sana. Ia juga baru sadar kalau saat ini ada selimut yang sepertinya milik Fajar menutupi tubuhnya.

Parfumnya Fajar. hehe.

Setelah mengucek mata, Tanya mengubah posisi menjadi duduk. Ia mengecek ponselnya yang baru saja berbunyi. Nama Fajar, tertera di sana.

Fajar Dirgantara : Kalau udah selesai makan, pulangnya naik taksi ya? Hati-hati.

Pantas tadi ia bermimpi tentang nasi goreng. Tanya meraih sendok yang ada di atas piring dan mulai menyuapkan nasi itu ke dalam mulutnya.

Enak.

Di luar dugaan ternyata Fajar hebat dalam memasak. Setelah makan, Tanya mencuci piringnya di wastafel. Sabun yang mereka beli tadi sekarang tersusun rapi di sana. Tanya mengangguk bangga seolah Fajar bisa melihat anggukannya saat ini.

Ia membuka pintu kulkas dan mendapati semua belanjaan mereka tadi ditata rapi di sana. Fajar benar-benar membereskannya.

Tuh, kalau niat bisa rapi kan.

Tanya melirik ke arah selimut yang tergeletak di atas sofa saat ia hampir memutar knop pintu masuk dan keluar apartment Fajar. Benar juga, ia harus mengembalikan selimut itu ke kamar Fajar kalau tidak bisa-bisa Fajar membiarkan selimut itu selamanya di sana dan apartment-nya perlahan-lahan akan kembali berantakan.

Dengan sedikit kesusahan ia membopong gulungan selimut itu ke salah satu pintu di apartment itu. Namun saat dibuka ia mendapati banyak sekali barang berbentuk paus di sana.

"Eh kayanya gue salah ruangan," gumamnya kembali menutup pintu dan berbalik ke pintu satunya.

Setelah meletakkan selimutnya di atas kasur Fajar Tanya buru-buru keluar dari sana dan berniat pulang karena sudah mulai malam. Namun, rasa penasarannya pada ruangan penuh dengan pernak-pernik paus tadi lebih besar daripada keinginannya untuk pulang.

Ngintip dikit gapapa kan ya? Ah tapi ga boleh.

Tanya menggelengkan kepala. Rasanya tidak benar kalau menyelinap masuk ke tempat pribadi seseorang tanpa izin. Lain kali saja.

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang