11. Moody

126 18 0
                                    

Dan jika harimu melelahkan, temui aku. Kau bisa bersandar padaku, selama yang kau mau.

🌸 Tanya Fajar 🌸







Fajar menopang dagunya dengan tangan kanan, tersenyum kecil seraya menatap gadis yang memakai hoodie hitamnya, sedang berdiri lama di depan showcase es krim, mengalihkan pandangannya dari satu warna ke warna lain yang ada di showcase itu.

Tanya sedang kebingungan, pikirnya.

"Masing-masing rasa satu scoop aja mba," ucap Fajar yang kini berdiri di samping Tanya, mengagetkan gadis itu.

"Eh, gausah semua," bisik Tanya.

"Gapapa, kasian yang lain antri nungguin lo milih kelamaan," ejek Fajar.

Tanya menoleh ke sekitar, tidak ada siapapun di sana selain mereka. Matanya menyipit ke arah Fajar, sedangkan pemuda itu pura-pura tidak sadar dan menyibukkan diri di kasir yang sedang menghitung total belanjanya.

"Maksud gue, nanti kalau ada yang mau beli harus antri karena lo berdirinya kelamaan di situ," jelas Fajar tahu Tanya ingin memprotes lebih jauh. Ia menarik kursi untuk Tanya lalu meletakkan semangkuk besar eskrim di hadapannya.

"Makasih," ucap Tanya saat Fajar duduk.

"Lo ga mau?" tanya gadis itu saat ia menyadari hanya ada satu mangkuk eksrim di meja mereka.

Fajar menggeleng, "Mata lo bengkak, kalau gue anter pulang gue di marahin mama lo ga ya? Dikira nangisin anaknya?"

Tanya mengangguk untuk menakuti Fajar. Sebenarnya Hanif bukan tipe yang meledak-ledak tanpa mendengarkan penjelasan terlebih dulu. Tapi, ia jadi berpikir untuk mengerjai Fajar.

"Mamah tuh galak," ucap Tanya menyeringai lebar.

Melihat Tanya yang tersenyum usil seperti itu membuat Fajar bergidik ngeri. Lagi pula, secara tidak langsung ia yang menjadi penyebab tangis gadis itu. Seketika suhu udara disekitarnya terasa meningkat. Mungkin adrenalinnya terpacu karena rasa gugupnya.

"Kemungkinan paling parahnya, gimana?" bisik Fajar pelan.

"Kepala lo bocor," jawab Tanya enteng yang membuat Fajar semakin panik.

Pemuda itu memijat pangkal hidungnya pelan, berusaha tenang dan mencari jalan keluar.

"Mama lo suka makan apa? Beliin yuk?"

"Lo mau nyogok?" ucap Tanya menahan tawa gelinya.

"Ya kali aja ga bocor kepala gue, cuma penyok aja," jawab Fajar cepat, membuat Tanya tidak bisa menahan ekspresi wajahnya lebih lama lagi.

"Jam segini harusnya Mamah udah tidur," ucap Tanya setelah terpingkal, ia tadi sempat melirik ke arah jam yang ada di toko itu. Pukul sepuluh malam. Jam tidur Hanif.

"Abisin eskrimnya, nanti kemaleman." ujar Fajar menahan kesal, lalu berdiri dan menghampiri salah satu pegawai di sana meminta beberapa lembar tisu untuk Tanya.

"Nih, nanti belepotan," ucap Fajar lembut, menyodorkan tisu yang ia dapat dari pegawai toko tadi lalu kembali duduk di kursinya.

"Sekarang, tanya apapun yang mau lo tanyain. Gue jawab."

Tanya berhenti menyendok es krimnya. Berusaha menyaring dan menyusun pertanyaan yang ada di kepalanya yang entah harus ia mulai tanyakan dari mana.

Kata apa yang pantas ia lontarkan saat ini? Apa tentang apa yang dilakukan Fajar selama ini? Tapi bukankah pertanyaan seperti itu bersifat terlalu pribadi?

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang