O4. Fajar Dirgantara

179 41 21
                                    

Sedikit banyaknya aku paham, dengan mengizinkan kamu mampir berarti aku harus bersiap dengan kepergianmu kelak.

🌸  Tanya Fajar  🌸



Jika kamu bertemu dengan siswa bertubuh tinggi dengan ekspresi wajah yang lembut namun juga tajam di saat yang bersamaan, dengan rambut yang sengaja dibiarkan turun, tidak terlalu sering berbicara, oh jangan lupa dengan paras tampan dan sepasang sorot mata yang selalu menarik untuk di tatap maka kemungkinan kamu sedang berhadapan dengan Fajar Dirgantara.

Ada beberapa daftar siswa yang sering terlibat masalah di SMA Karsa. Entah soal pelajaran, sesama siswa, atau masalah di luar sekolah yang tentunya mencoreng nama baik sekolah. Namun karena alasan tertentu mereka tidak dikeluarkan karena alasan tertentu.

Masalah yang mereka timbulkan seperti dianggap tak pernah terjadi, berbeda hal-nya jika siswa biasa yang melakukan kesalahan. maka pasti akan dikenakan aturan dan hukuman berlapis tanpa toleransi.

Dan di antara segelintir siswa yang diberi pengecualian akan hukum sekolah itu, ada Fajar Dirgantara dan kedua temannya. Tidak ada yang tahu jelas apa alasannya. Tapi sejak ketiganya pindah ke SMA Karsa saat pertengahan semester ganjil kelas 1 SMA mereka selalu dikecualikan dalam hukuman.

Datang terlambat, tidak masuk kelas, bermasalah dengan siswa lain, balapan, dan hal nakal lainnya sudah menjadi hal wajib yang ditulis dalam catatan dosa sekolah mereka. Sampai-sampai diberi buku khusus milik mereka bertiga. Ya, setidaknya ada satu hal yang bisa dibanggakan. Kontribusi mereka terhadap tim basket sekolah. Permainan mereka luar biasa.

Dua tahun berturut-turut semenjak mereka pindah ke SMA Karsa, sekolah dengan predikat sekolah yang memiliki gedung terluas itu memenangkan kejuaraan basket se-Indonesia.

"Tan ..."

"Tanya !" panggil Jihan yang membuat Tanya tersentak kaget. Sejak tadi ia melamunkan hal yang selama ini tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

"Ha? Kenapa?" ucap Tanya.

"Mikirin apa sih? Ikut ke kantin ga?" Jihan menutup buku tulis Tanya dan mengambil paksa pulpen yang ada dingenggaman Tanya untuk disimpan ke dalam kotak pensil.

Tentu saja perlu disimpan, karena mitosnya jika pulpen dibiarkan tergeletak di meja kelas, maka beberapa saat kemudian pulpen yang tadinya milik kita akan berubah kepemilikan-nya pada orang lain.

Tanya menyungging senyum gugup ke Jihan, gadis berkulit sawo matang yang satu itu selalu bersikap keibuan. "Uuuu, Bunda." ucap Tanya terharu sekaligus mengalihkan perhatian Jihan. Tidak mungkin ia mengakui kalau dari tadi sedang memikirkan Fajar, kan?

Diana yang menunggu di dekat pintu menggelengkan kepalanya, acap kali kedua temannya itu bersikap seperti ibu dan anak.

"Cepetan ihh gue laper," rengek Diana.

Tentu saja, siapa yang tidak lapar setelah otaknya dipaksa berkerja selama beberapa jam tanpa henti? Apalagi Diana, termasuk salah satu siswi yang paling tidak suka belajar.

"Bilang aja lo takut basonya abis," cibir Jihan, kemudian dibalas cengiran lebar oleh Diana.

Ketiganya menuju ke kantin dengan langkah yang sedikit terburu-buru karena takut tidak kebagian jatah makan. Beberapa siswa bahkan berlari karena tidak mau ketinggalan menu hari ini. Katanya, hari Senin itu menu makannya paling enak dalam seminggu.

Entah karena menunya memang lebih enak khusus di hari itu, atau karena para siswa masih terjebak dalam euforia libur akhir pekan namun terpaksa harus berangkat pagi untuk sekolah, ikut serta upacara dan apel pagi, kemudian dilanjutkan dengan mata pelajaran membosankan yang berakhir membuat nafsu makan meningkat, Apalagi matematika.

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang