Jika aku terus datang padamu seperti ombak menghantam karang, apa kau pada akhirnya akan menerimaku seperti yang dilakukan pantai?
🌸 Tanya Fajar 🌸
"Ck."
Pukul 3 pagi, dan Fajar masih belum bisa menutup mata. Berkali-kali ia membolak-balik posisi tidurnya, namun matanya tetap tak mau terpejam.
Pikirannya terfokus pada sikap Tanya yang mendadak dingin padanya. Ia mengerutkan kening seraya menatap langit-langit kamarnya sesekali menghembus napas kesal.
"Apa gue chat aja?"
Fajar mengambil ponselnya dari nakas, lalu membuka roomchat Tanya. Tanpa sadar, ia menggigiti jempolnya gugup.
"Tapi sekarang dia udah tidur kali ya?" gumamnya lagi, lalu meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas.
Hanya butuh beberapa detik, ponselnya sudah kembali berada dalam genggamannya lalu ia kembalikan lagi. Hal itu berlangsung berkali-kali.
Fajar mengacak rambut kesal, kebingungan sendiri tanpa tahu kalau di seberang sana, Tanya juga masih terbangun menunggu Fajar menanyakan perihal perangainya.
Perangai utama manusia adalah selalu merasa penasaran. Namun, harus tetap berakhir di titik itu karena gengsi yang terlampau tinggi. Yang satu buta karena tak tahu, yang satu menunggu untuk dibujuk. Kapan keduanya akan bertitik temu?
Akhirnya pemuda itu terjaga sepanjang malam sambil memeluk bantal, lalu buru-buru bersiap dan berangkat tepat setelah matahari terbit meski masih sedikit. Masa bodoh kepagian, pikirnya.
Mungkin, saat ia sampai di sekolah ia hanya akan menemukan satpam yang melongo karena ia datang sepagi itu. Mungkin, ia hanya akan bertemu petugas kebersihan yang sedang membereskan kelas. Tapi siapa peduli.
Ia berhenti di depan restoran fast food 24 jam sebentar untuk membeli beberapa paket makan dan minuman secara asal untuk diberikan pada Tanya nanti. Sogokan, pikirnya.
Dugaannya benar, bahkan saking paginya gerbang masih belum dibuka oleh satpam sehingga ia harus menunggu di dalam mobil. Fajar melirik ke arah bungkus penuh makanan yang ada di kursi sampingnya.
Ia yakin Tanya akan mau berbaikan dengannya setelah ia memberikan semua makanan itu. Gadis itu benar-benar suka makan. Jadi pasti, ia tidak bisa menolak.
Setelah gerbang di buka, ia buru-buru masuk dan setelah memarkirkan mobilnya ia membawa semua belanjaannya tadi ke kelas Tanya dan meletakkannya di meja.
"Gue romantis banget ya?" gumamnya puas entah pada siapa.
Ia duduk di kursi yang ada di samping kursi Tanya, sembari memasang wajah serius. Fajar Dirgantara sedang menyusun rencana untuk meluluhkan kembali kerasnya seorang Tanya Aneska.
"Tanya, maafin gue. Ya meskipun gue ga tau kenapa lo marah sama gue tapi ya gue minta maaf aja deh ya?" ucap Fajar seolah ada Tanya di depannya.
Kepalanya menggeleng. Bukan, bukan seperti itu. Sepertinya ucapan barusan tidak terdengar tulus. Fajar mengusap wajahnya frustasi. Sungguh, seumur hidup bisa dihitung dengan jari berapa kali ia meminta maaf.
"Tanya, maaf."
"Maafin Fajar," ucapnya tidak yakin.
Meja yang ada di depannya menjadi korban gebrakannya. Akhirnya, Fajar memilih untuk meninggalkan makanannya di sana dan berjalan ke rooftop untuk mengawasi jika saja Tanya sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Fajar
Teen FictionPertemuan seperti apa yang menurutmu berkesan? Saat kamu dan dia berkenalan, saling melempar senyum, lalu kemudian bertukar cerita selama beberapa waktu dan akhirnya kalian memutuskan untuk berteman? Bagi sebagian orang mungkin begitu. Untuk Tanya A...