O6. Pacar?

131 20 4
                                    

Perasaan manusia itu rumit. Seperti teka-teki. Sulit dipahami namun akan menyenangkan jika sekalinya mengerti.

🌸  Tanya Fajar  🌸



"Makasih," Tanya bersandar ke pintu rumah sambil memeluk boneka pausnya kesusahan, namun masih menyungging senyum ke Fajar.

Keduanya saling beradu pandang untuk beberapa saat. Entah apa yang telah dilakukan gadis itu, pikir Fajar. Ia sampai dengan suka rela menunggu pagi-pagi buta di depan gerbang sekolah, menyeret boneka paus itu menaiki tangga untuk dibawa ke kelas Tanya. Terlebih ia sampai harus repot-repot mengantarnya sampai ke rumah.

Tanya Aneska, nama yang cukup unik. Fajar penasaran, apakah ia terpengaruhi oleh nama gadis itu sampai-sampai ia masih terus menaruh perhatian pada perempuan yang memiliki senyum yang membuat Fajar merasa gadis itu terlihat manis. Tanya Aneska, sangat cantik di matanya.

Tunggu, Manis? Gue, udah gila.

Tadi sesaat setelah jam pelajaran selesai, Tanya yang pulang paling akhir karena harus mengangkut boneka paus raksasa yang entah ada angin apa tiba-tiba diberikan Fajar mendapati pemuda itu menunggu di depan kelas. Kemudian mereka pulang bersama karena ajakan Fajar. Menurutnya ia merasa harus bertanggung jawab.

Sepanjang perjalanan Tanya lebih banyak memandang keluar jendela mobil. Menatap gedung, entah penjual eskrim keliling, sampai anak kecil yang sedang digandeng oleh ibunya menyebrangi jalan.

Apapun yang bisa ia pandang, asal tidak menatap ke arah Fajar yang sepertinya lebih suka dengan suasana hening. Ia tidak berniat untuk memulai percakapan.

Aneh rasanya pulang bersama orang yang rencananya akan dimasukkan ke daftar musuh. Ajaib, keadaan seperti tiba-tiba berbalik.

Mungkin sekarang mereka berteman? Atau belum berteman? Entahlah, Tanya tidak mau pusing-pusing memikirkannya.

"Gue masuk ya?" ucap Tanya, sadar akan durasi saling tatap mereka yang sudah melebihi batas normal dan entah kenapa membuat napasnya sedikit tercekat.

"Iya. Mau gue bantuin bawa ke kamar?" tawar Fajar.

Tanya menggeleng. "Gausah, gue bisa ko."

"Yaudah, gue pulang?"

Anggukan kepala Tanya yang mengiyakan perkataannya entah kenapa sedikit mengecewakan untuk Fajar. Sebelum masuk ke dalam mobil, ia mencuri pandang sekali lagi ke arah Tanya yang melambai padanya.

"Pacar?" bisik Hanif menggoda Tanya saat melihat putri sematawayangnya masih bertengger di depan pintu rumah padahal biasanya langsung masuk ke dalam kamar begitu pulang dari sekolah.

Tanya tersentak, lalu berbalik dan menatap Hanif sambil menggeleng cepat. Demi apapun, kehadiran wanita yang selalu ia kagumi itu membuat ia kaget setengah mati.

"Mamah sejak kapan di situ?" tanya gadis itu gelagapan. Pipi putihnya mulai memerah, sesaat udara di sekitarnya terasa panas. Gila, ia seperti baru saja tertangkap basah mencuri.

"Sejak kamu dadah-dadahan sama dia." Hanif melirik ke boneka yang dibawa pulang oleh Tanya. Berbagai skenario muncul di kepalanya, membuat senyumnya kian melebar terutama melihat putrinya tersipu malu.

"Ih apasih Mamah, itu tuh yang Anya ceritain. Yang direbutin tuh ini," Tanya mengangkat boneka pausnya dengan susah payah untuk tunjukkan pada Hanif.

"Ko bisa dikasih ke kamu?"

"Gatau tuh, tiba tiba di kelas aja bonekanya." Tanya memalingkan pandangannya ke arah lain untuk menghindari tatapan usil Hanif yang meneliti ekspresi wajahnya.

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang