"Bolt, ayo bangun sayang kau harus pergi ke sekolah." Hinata mengecup pipi gembil putranya seraya membangunkanya.
"Hmm." Balita tampan itu menguap lalu mengangkat tangan tinggi-tinggi dan meregangkan tubuhnya.
Hinata terkekeh dan mengusap surai lembut putranya. "Ayo cepat mandi atau Ojii-chan tidak akan mengantarmu ke sekolah."
"Ojii-chan sudah bangun?" Bolt menurunkan lengkungan dibibirnya dan berguling diatas ranjang.
Hinata mengangkat tubuh putranya dan menggendongnya, membawanya kedepan jendela yang mengarah kedepan mansion, ayahnya sedang berdiri ditaman depan mansion. "lihat, Ojii-chan sudah bangun."
Bolt mengerjapkan matanya lalu menggerakan kakinya minta diturunkan dari gendongan sang ibu "aku mau mandi bu."
"Baiklah." Hinata menurunkan putranya, lalu balita itu berlari ke kamar mandi disudut ruangan.
Hinata hanya tersenyum, dua minggu belakangan putranya itu sudah belajar mandi sendiri. Ia sangat bangga, padahal itu hal biasa yang pasti terjadi pada setiap anak, tapi melihat putranya yang melakukan ini dan itu selalu membuatnya takjub. Ia melangkah ke lemari pakaian, mengambil seragam taman kanak-kanak putranya. Hari ini adalah hari pertama putranya masuk pre-school dan dia terlihat sangat antusias.
.
."Nanti tidak usah menjemput, aku akan berbelanja bersama Bolt baru pulang kerumah." Ujar Hinata pada supir didepan.
"Oh, baiklah nyonya."
"Bolt, jangan nakal disekolah ya." Hiashi mengusap kepala cucunya.
Bolt mengangguk, tanpa mengatakan apapun, ia masih sibuk dengan botol susunya. Lalu ia memeluk kakeknya untuk berpamitan.
Hinata turun dimobil bersama putranya, ia menggenggam erat tangan Bolt dan membawanya kedalam gerbang sekolah.
"Sampai bertemu nanti sore Jii-chan." Bolt melambaikan tangan kearah kakeknya.
Hiashi tersenyum sendu, Bolt begitu mirip dengan menantunya, entah bagaimana ia akan menyembunyikan Hinata dan Bolt selamanya. Firasatnya mengatakan, suatu hari nanti semua ini akan terungkap dan Bolt akan menemui ayahnya. Meskipun ia tidak tahu dimana Naruto saat ini, yang jelas semakin cucunya bertumbuh ia semakin khawatir.
Hinata juga belum bisa mengingat apapun soal masa lalunya, sesuai yang selalu mereka tanamkan, Hinata benar-benar memulai hidup barunya, dan dia tidak pernah lagi menanyakan soal masa lalunya apalagi mengungkit soal suaminya.
"Semoga semuanya akan tetap baik-baik saja." Gumam Hiashi.
Hinata berdiri didepan jendela kaca kelas 'Apricot', seperti para ibu lain yang sangat antusias melihat anaknya memulai hari pertama disekolah.
Karena ini hari pertama, jadi hari ini hanya perkenalan saja. Ia lihat putranya sangat mencolok diantara anak lain, dia sangat tampan dan juga lucu. Ah, apa ia berpikiran begitu karena ia adalah ibunya?
"Anak-anak, selamat pagi..."
Sensei wanita didalam kelas memulai perkenalan hari itu, satu persatu anak dipanggil untuk memperkenalan diri dan putranya adalah yang pertama."Boruto." Sensei memanggil dengan nada riang dan semangat.
Bolt tersenyum cerah dan mengangkat tangan tinggi-tinggi "ya Sensei!"
Sensei tersenyum lembut, "Boruto ayo maju dan perkenalkan diri."
Hinata tersenyum tipis, melihat putranya berdiri didepan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden
RomanceBulan madu panjang yang indah itu, berubah menjadi tragedi hanya dalam hitungan menit. Tak pernah terbayangkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, tragedi menyedihkan ini terjadi dan merenggut satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki.