Lie

3.9K 451 68
                                    

Hinata mengusap punggung putranya yang sudah terlelap dipangkuanya setelah lelah menangis tadi.

'Siapa pria itu?'

Kenapa pria asing itu tahu namanya, dengan jelas Hinata mendengar pria itu memanggilnya tadi. Sungguh itu membuatnya benar-benar terkejut dan juga ketakutan. Bahkan tanganya masih gemetar hingga sekarang, merasakan cekalan cukup kuat dari pria asing tadi dilenganya.

Hal lain yang membuatnya begitu terkejut adalah, pria asing itu memiliki mata biru, dan surai persis seperti putranya.

'Apa mungkin dia adalah suamiku?'

Tapi, apa yang dia inginkan setelah bertahun-tahun pergi tanpa ada kabar, bahkan Hinata sendiri sudah menganggap memang sejak awal dirinya sendirian. Hanya ada Bolt, putranya yang selalu menjadi penguatnya selama ini.

Jangan kira ia tidak tersiksa, hidup tanpa tahu siapa dirinya dan siapa orang-orang disekitarnya. Semuanya selalu nampak ambigu, seolah hidupnya penuh dengan ke-tidakpastian. Kadang ia menangis sedih tanpa tahu apa yang ia tangisi, rasanya seperti memori dan alam bawah sadarnya terjebak disuatu ruang yang ia tidak tahu dimana.

"Nyonya, tolong tunjukan jalan nya."

Ucapan sang supir taksi sukses membuyarkan lamunanya yang sudah begitu jauh perihal pria asing tadi.

"Ah maaf, belok ke kiri didepan. Itu tempatnya." Hinata mengarahkan supir taksi itu kedepan gerbang mansion.

.

Naruto masuk ke kamar hotelnya dalam keadaan kacau, seluruh tubuhnya basah kuyub karena air hujan, ia masih tidak percaya apa yang baru saja terjadi di restauran Mie Soba itu.

Ini benar nyata, atau dirinya sudah gila seperti yang orang-orang katakan.

Ya, ia sering mendengar desas-desus dari orang-orang disekitarnya yang mengatakan dirinya gila karena ditinggal mati istrinya. Ia tidak akan menyalahkan orang-orang yang mengatakan hal itu, dirinya memang nyaris gila. Dengan sengaja, ia memajang foto pernikahannya di apartment bahkan dimeja kerjanya di Kaukasia, memandangnya seharian, dan meratapi kematian wanitanya itu.

'Apa benar wanita tadi itu Hinata?'

'Lalu anak itu? Apa itu anaknya?'

Sungguh ini bagaikan mimpi. Ia memang selalu memimpikan, dimana Hinata hidup bersamanya, memiliki anak, hidup normal seperti pasangan lain diluar sana.

"Arghh." Naruto melempar kunci mobilnya keatas ranjang. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, lima tahun berlalu dan hal gila apa ini?

Ia harus tahu, apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas ia harus menemui ayah mertuanya dulu.

.
.

Neji berdiri disamping mobil mewah keluaran Italy yang baru saja tiba dikediamanya jam delapan malam tadi.

"Kau beli mobil?" Tenten bertanya pada suaminya.

"Tidak, ini hadiah dari N.Group." Jawab Neji, ia tahu kalau kolega bisnisnya itu ingin mengirimkan sebuah 'cinderamata' kerumah, tapi ia sungguh tidak menyangka kalau 'cinderamata' itu berupa mobil mewah.

"Apa?" Tenten terperangah, ia tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran para orang kaya itu.

"Hm, aku juga terkejut mereka memberikan mobil." Ujar Neji seraya menatap mobil mewah itu.

Neji memang sudah lama merintis bisnis furniture nya, dan tahun ini bisa dibilang adalah tahun kejayaan bagi perusahaanya. Mendapatkan klien sebesar N.Group adalah sebuah pencapaian besar.

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang