Succeed

4.9K 432 106
                                    

"Kau gila Neji?!" Lee menggeram marah, meski ia hanya wakil kepala perusahaan disini, ia berhak menyampaikan keberatanya atas keputusan gila yang diambil sahabat sekaligus Owner perusahaannya itu.

"Aku tidak bisa." Neji memijat pelipisnya.

"N.Group adalah klien terbesar kita Neji, bahkan sejak awal perusahaan ini berdiri." Lee berdiri didepan meja kerja besar itu.

"Aku tahu, tapi ada sesuatu yang harus kau tahu. Pemilik N.Group bekerja sama dengan Yakuza, dia adalah mafia Lee!" Ujar Neji memberi pengertian.

"Neji, kita tidak ada urusan dengan bisnis ilegalnya. Yang kita lakukan hanya mensuplai barang kita ke properti mereka, alasanmu itu tidak masuk akal." Lee tentu saja kesal dan marah saat Neji mengatakan akan membatalkan kerja sama dengan N.Group.

Neji hanya diam, alasan sebenarnya ia ingin membatalkan kerja sama itu tentu saja kerena Naruto.

"Neji, aku tahu semuanya. Pemilik N.Group adalah adik iparmu itu kan?" Lee mengangkat alis tebalnya dan berujar ketus. Ia pernah menggantikan Neji meeting untuk proyek ini di Kaukasia dan betapa terkejutnya ia mendapati sang Owner adalah adik ipar Neji itu. Tapi ia sengaja tidak mengatakan apapun karena tahu hubungan mereka kurang baik.

"Darimana kau tahu?" Neji mengangkat kepalanya dan menatap Lee.

"Kau ingat saat aku ke Kaukasia menggantikanmu, aku bertemu denganya."

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" Neji berujar kesal.

"Apa itu penting? Siapapun Ownernya ini adalah proyek perusahaan bukan pribadi." Jawab Lee sama sengitnya.

Neji lagi-lagi kalah argumen, memang ia yang salah disini.

"Kau selalu mengatakan padaku untuk jangan mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan, sekarang lihat apa yang kau lakukan?" Lee mendengus "sebaiknya kau pikirkan nasib staff mu yang bekerja siang-malam untuk proyek ini. Jangan egois dan menjilat ludah sendiri." Lee kemudian keluar ruangan sambil membanting pintu.

Ia kesal bukan main, seluruh staff kantor, bahkan pekerja pabrik mereka sudah bekerja keras selama setahun penuh untuk memenuhi permintaan klien besar itu. Jika mereka membatalkan proyek ini secara sepihak, klien itu tidak akan mau menanggung kerugian. Lagipula N.Group akan banyak membantu promosi barang perusahaan ini, terlalu gila jika membatalkannya.

Neji mendecih, ia memang sudah yakin reaksi Lee pasti akan seperti ini. Sebenarnya ini juga berat untuknya membatalkan proyek sebesar ini. Apalagi melihat semua kerja keras staff dan pekerjanya, belum lagi soal menanggung kerugian dan denda pembatalan kontrak. Ini semua membuatnya benar-benar gila.

.
.

"Tou-sama, mungkin aku akan menetap di Tokyo sampai badainya berakhir." Hinata bersandar di counter dapur.

Ia memiliki alasan untuk tetap tinggal di Tokyo lebih lama karena badai tahunan melanda Tokyo sehingga penerbangan ke Nagoya ditiadakan selama beberapa minggu.

"Ah, iya Hinata memang terlalu beresiko jika memaksakan pulang." Hiashi mengangguk, meski ia sudah sangat merindukan cucunya. Ia tidak mau ambil resiko.

"Iya Tou-sama, lagipula liburan Bolt masih cukup panjang." Hinata jadi sering berbohong pada ayahnya.

"Baiklah Hinata, kabari Tou-sama jika kau akan pulang nanti."

"Hm, nanti aku telepon lagi." Hinata memutuskan sambungan teleponnya.

Ia termenung didepan westafel dapur. Rencana awal berlibur di Tokyo selama lima hari, tapi sekarang sudah  empat pekan lebih ia disini akibat badai besar itu tentu saja, dan juga Naruto terus membujuknya untuk tinggal lebih lama dan yang pasti, Bolt masih ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan ayahnya.

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang