"Hinata, kau sedang hamil sayang." Naruto sebenarnya tidak perlu memberi tahu karena Hinata pasti lebih tahu.
"Ehm, kau sudah tahu?" Hinata berdehem dan mengalihkan pandangannya, entah kenapa ia merasa begitu malu pada Naruto.
"Kau pingsan sambil menggenggam test pack." Ujar Naruto.
"A-apa?" Hinata merona malu. Benar juga, saat itu kepalanya pening setelah melihat dua garis merah di test pack itu dan berakhir pingsan.
Naruto tersenyum simpul, melihat reaksi Hinata "kenapa? kau malu?"
"T-tidak bukan begitu." Hinata berujar gugup.
"Lalu?" Naruto ingin tahu alasan Hinata begitu gugup karena hal ini.
"Ini pertama kali aku memberitahumu soal kehamilan jadi terasa sedikit canggung."
"Jangan merasa canggung padaku sayang." Naruto pikir sudah tidak perlu merasa malu ataupun canggung lagi karena, dirinya dan Hinata sudah melihat sisi buruk satu sama lain dan saling memaklumi.
Hinata mengangguk seraya menatap mata Naruto. Benar yang Naruto katakan, untuk apa merasa malu dan canggung lagi.
Setelah itu mereka hanya diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga Naruto mengatakan sesuatu.
"Aku berjanji akan menemanimu selama kehamilan kali ini, bahkan selamanya."
"Terima kasih Naruto-kun." Hinata menarik tangan Naruto untuk mengusap perutnya yang masih rata itu.
"Ini luar biasa." Bisik Naruto lalu mengecup bibir Hinata lembut.
.
."Bolt, ayah dan ibu mau memberitahu sesuatu." Naruto memegang lutut putranya yang sedang duduk disisi ranjang pasien sambil memakan es krim.
"Apa?" Bolt memalingkan wajahnya kearah sang ayah.
Naruto melirik istrinya yang duduk diranjang pasien dengan wajah sedikit tegang. Mereka akan memberitahu pada Bolt bahwa dia akan segera memiliki adik.
"Sekarang usia Bolt sudah lima tahun kan?" Naruto harus menyampaikanya sehalus mungkin.
"Hm" Bolt mengangguk sambil menggigit es krimnya
"Artinya Bolt sudah besar kan?"
"Iya."
Naruto menatap mata putranya itu "ayah dan ibu ingin memberitahu kalau sebentar lagi Bolt akan punya adik."
Hinata menahan napas menunggu reaksi putranya itu, entah kenapa ia takut Bolt bereaksi macam-macam. Maklum saja, selama ini putranya itu selalu menjadi satu-satunya dalam keluarga, cucu satu-satunya, anak satu-satunya. Mungkin dia akan terkejut jika tahu akan memiliki adik.
Bolt mengerutkan kening "adik? Apa itu?"
Naruto menepuk jidatnya, ia sudah was-was takut Bolt menangis keras. Ternyata dia tidak tahu apa itu 'adik'. Sedangkan Hinata memalingkan wajahnya, meski sudah berusia lima tahun. Bolt sangat lugu sekali, dia belum banyak tahu soal itu karena ya dia satu-satunya bayi dikeluarga.
"Adik itu, artinya Bolt akan memiliki saudara yang masih kecil." Jelas Naruto se-simple mungkin.
"Ooh." Bolt membulatkan bibirnya, ia tahu Sensei pernah mengatakan soal 'saudara.' "kapan aku punya adik?"
Naruto menghela napas, putranya mengerti kan. "adik bayinya ada diperut ibu, dan akan lahir saat musim panas nanti."
Mata biru mungil itu membola dan menoleh kearah ibunya, ia memberikan sisa es krimya pada sang ayah dan memeluk ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden
RomanceBulan madu panjang yang indah itu, berubah menjadi tragedi hanya dalam hitungan menit. Tak pernah terbayangkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, tragedi menyedihkan ini terjadi dan merenggut satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki.