Here

4.6K 471 52
                                    

"Sst." Hinata meletakan jari telunjuknya didepan bibir, memberi isyarat pada putranya untuk bicara pelan. Bolt mengikuti gestur ibunya dan berbaring diatas ranjang mengenakan selimut tebalnya.

Hinata mengangkat panggilan yang sudah beberapa waktu terakhir sangat akrab denganya. "halo." Ia berujar pelan.

"Sayang, apa Bolt sudah tidur?" Naruto berdiri didepan kaca jendela kamar hotelnya seraya menelepon sang istri.

"Belum, dia menunggumu menelepon." Hinata tersenyum tipis dan memberikan ponselnya pada Bolt.

"Ayah?" Bolt mendekap ponsel ibunya dan meletakanya disisi kiri wajanya.

"Bolt, sudah mau tidur ya?" Naruto tersenyum begitu mendengar suara putranya.

"Iya, sebentar lagi."

"Bolt sudah makan malam?"

"Sudah ayah, tapi aku tidak suka menunya." Bolt cemberut, malam ini menu makan malamnya kacang merah, ia tidak suka.

"Memangnya menunya apa sayang?" Naruto terkekeh, membayangkan wajah cemberut lucu itu.

"Kacang merah, aku tidak suka."

"Ooh, jadi Bolt tidak suka kacang merah juga ya. Ayah juga tidak suka." Semakin hari ia semakin terkejut mendapati berbagai fakta bahwa dirinya dan putranya memiliki banyak kesamaan.

"Hihi, hanya ibu yang suka." Bolt tertawa pelan.

Hinata terkekeh dan ikut berbaring disamping putranya, mengusap surai lembutnya.

"Iya sayang, Bolt tidur sekarang ya supaya besok tidak kesiangan bertemu ayah." Naruto tidak menyangka, dirinya bisa jadi selembut ini pada seseorang. Ya, mungkin hanya pada anak dan istrinya saja ia bisa bersikap seperti ini.

"Iya, ayah juga jangan sampai kesiangan." Bolt mewanti ayahnya.

"Hm, selamat tidur Bolt. Sampai bertemu besok."

"Sampai bertemu.." Bolt memberikan ponselnya pada sang ibu, dan ia beringsut kedalam selimut sambil memejamkan mata untuk segera tertidur seperti yang ayahnya katakan. Ia sudah tidak sabar pergi berlibur bersama ayahnya.

"Hinata?" Naruto merubah nada bicaranya begitu ponselnya sudah dikembalika pada istrinya.

"Hm?" Hinata bergumam, ia jadi semakin terbiasa dengan keberadaan Naruto setelah beberapa waktu terakhir mereka sering menghabiskan waktu bersama meskipun secara diam-diam tanpa Tou-sama dan Neji tahu.

Tidak sulit sebenarnya, mengingat ayah dan kakaknya itu sangat sibuk. Jadi ia bisa menghabiskan banyak waktu bersama dengan suami dan putranya sebagai keluarga utuh. Ia bahagia sekali, Naruto menceritakan sedikit demi sedikit soal hubungan mereka dulu dan Hinata percaya, sangat percaya.

"Sampai kapan kita harus begini?" Naruto sebenarnya tidak ingin terburu-buru, karena takut Hinata bingung tapi ia sedikit jengah karena harus pergi dan menikmati waktu diam-diam seperti sedang selingkuh, hey padahal ia dan Hinata menikah secara sah dimata hukum dan ia menyimpan dengan baik surat pernikahan mereka, jika ada yang meragukan dengan senang hati ia menunjukanya.

"Naruto-kun maaf." Hinata merasa bersalah pada suaminya itu karena hubungan mereka jadi harus seperti ini.

"Jangan minta maaf sayang." Naruto tidak ingin Hinata merasa bersalah karena ini memang bukan kesalahanya, mereka berdua hanya korban. "aku akan segera bicara lagi dengan ayahmu dan Neji."

"Terima kasih Naruto-kun, untuk semuanya." Hinata jadi tahu, suaminya benar-benar serius ingin kembali.

"Aku akan lakukan apapun agar kita bisa bersama lagi." Naruto bersungguh-sungguh dengan ucapanya.

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang