Naruto terus memperdalam ciumannya, membuai Hinata dengan permainan bibir dan lidahnya yang bergerilya lembut diatas bibir manis itu.
Hinata memeluk leher suaminya dan memejamkan mata, membalas semua lumatan dan kecupan dibibirnya. Ia tidak bisa memikirkan apapun sekarang, karena terlalu terhanyut dalam ciuman hebat itu.
Naruto melerai ciuman itu sebentar untuk membiarkan Hinata bernapas. Ia mengecup sudut bibir Hinata lembut sambil terus merengkuhnya. "aku merindukanmu."
Hinata membuka matanya dan mengusap tengkuk Naruto, ia merasa tidak asing dengan perasaan ini. Perasaan menggebu-gebu yang membuat sudut hatinya terasa hangat.
Naruto membawa tubuh Hinata duduk diatas sofa, mendudukan Hinata diatas pangkuanya. "terima kasih, kau sudah kembali." ujar Naruto dengan nada rendahnya, ia benar-benar hanyut dalam rasa rindunya sendiri.
Hinata mengangguk, ia menyentuh rahang tegas suaminya. Jujur ia mulai terbiasa dengan semuanya. "aku ingin mengingat semua tentang kita Naruto-kun."
"Aku akan berusaha, agar kau mengingatnya." Naruto kembali menarik tengkuk Hinata dan melumat bibirnya, ia tidak akan pernah bosan meski puluhan atau ratusan kali menciumnya. Hinata mengusap surai Naruto lembut dan kembali menerima ciuman dibibirnya.
Detik berganti menit, tak terasa mereka terus berpangutan berbagi rasa rindu yang sama hingga dering ponsel Hinata menginterupsi mereka.
Hinata melerai ciuman itu dan hendak mengambil ponsel disaku coatnya, namun Naruto menahan lenganya dan menggeleng.
Hinata mengeluarkan ponselnya melirik layar, Tou-sama yang menelepon. Ia mengusap bahu Naruto dan bangkit berdiri dari pangkuan suaminya, ia harus mengangkatnya.
"Halo." Hinata melangkah ke sudut ruangan dan mengusap sudut bibirnya sisa ciuman panas tadi.
Sedangkan Naruto menghela napas kasar seraya merebahkan kepalanya di sofa. Ia memandangi Hinata yang berdiri didepan jendela sambil menelepon.
Kemudian ia bangkit berdiri dan menghampiri istrinya memeluk pinggangnya mesra dan mengecup bahunya.
"Iya Tou-sama, aku sampai sekitar jam seb-.." Hinata tersentak merasakan pelukan dipinggangnya.
"Hinata, kau baik-baik saja?" Hiashi heran, kenapa Hinata tiba-tiba menghentikan ucapanya.
"Ah, aku baik-baik saja. Bolt minta dibuatkan susu, Tou-sama besok ku telepon lagi." Hinata buru-buru menyelesaikan pembicaraanya.
"Oh, baiklah Hinata." Hiashi memutus sambungan teleponya.
"Naruto-kun.." Hinata melepaskan lengan Naruto yang melingkar dipinggangnya.
"Kenapa?" Naruto masih menatap Hinata.
"Tou-sama mungkin akan tahu." Hinata berujar pelan, ini benar-benar terasa seperti perselingkuhan sekarang.
"Jangan khawatir." Naruto meraih punggung tangan istrinya. "Istirahatlah dikamar, aku ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
Hinata mengangguk, ia pikir Naruto akan memintanya melanjutkan ciuman tadi. Tapi, ternyata Naruto cukup pengertian bahwa selepas telepon itu ia kehilangan suasananya.
Naruto merangkul pinggang Hinata ke kamar dilantai dua, menunjukan kamar mereka dulu.
.
Setelah menghabiskan banyak waktu bersama anak dan istrinya, Naruto sepenuhnya melupakan pekerjaanya di Kaukasia, tentu saja waktu yang ia habiskan bersama keluarga kecilnya ini jauh lebih berharga daripada jutaan dolar yang ia hasilkan saat bekerja dikantor. Namun, sepertinya ia harus mulai mengontrol kembali pekerjaannya meski dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden
RomanceBulan madu panjang yang indah itu, berubah menjadi tragedi hanya dalam hitungan menit. Tak pernah terbayangkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, tragedi menyedihkan ini terjadi dan merenggut satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki.