Setelah beberapa saat suasana hening menyelimuti mereka semua, empat orang polisi masuk melalui pintu atap dan meringkus Menma.
"Tuan kau baik-baik saja?" Seorang polisi menghampiri Naruto dan juga Hinata yang masih terlihat shock dengan semua kejadian barusan.
Naruto mengangguk dan menghela napas berat, ia bangkit berdiri seraya merangkul tubuh istrinya yang masih gemetar karena menangis, sedangkan dirinya lebih kuat dan bisa mengendalikan diri setelah nyaris melakukan hal gila dan membunuh adik kandungnya sendiri.
"Bisa ikut kami sebentar ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi?"
"Kami akan kesana." Naruto menggenggam erat tangan Hinata dan merangkul pinggulnya.
DEG
Begitu membalikan tubuh, Naruto benar-benar terkejut mendapati sang ibu berdiri didekat pintu sedang mengusap air matanya, Hinata juga tak kalah terkejutnya.
Naruto menyadarkan diri dari keterkejutannya dan membawa Hinata turun dari rooftop, melewati sang ibu tanpa mengatakan apapun.
Ia yakin, apapun tujuan ibunya datang kemari adalah untuk Menma, mungkin untuk menyelamatkan putra kesayanganya itu. Tapi ia tidak akan membiarkan Menma lolos kali ini, ia akan memastikan Menma membusuk dipenjara.
Kushina hanya menatap Naruto yang melewatinya begitu saja, bahkan tanpa menoleh sama sekali. Apa sebegitu bencinya Naruto padanya hingga sudah tidak sudi lagi untuk menatap ibunya.
"B-bu!" Menma berteriak cukup keras kala dirinya ditarik paksa oleh dua orang polisi yang mengabaikan luka ditanganya.
Kushina hanya melirik kearah Menma, ia sudah muak pada anak itu. Selama ini Menma hanya bisa membuat masalah, sekarang ia mengerti kenapa Minato begitu bersikukuh menginginkan Naruto menjadi penerusnya.
Kemudian ia meninggalakan Menma yang sedang di borgol polisi, biarkan dia mempertanggung jawabkan apa yang sudah dilakukanya.
Menma hanya bisa terperangah, sang ibu yang selalu membelanya kini juga mengabaikanya?
Sekarang ia percaya bahwa hidup tidak pernah benar-benar adil.
"Naruto-kun, itu ibumu.." Hinata menghela napas dalam seraya menapki tangga turun.
Naruto hanya diam dan tidak menjawab ucapan Hinata, ia benar-benar sudah tidak ingin tahu lagi.
.
.Setelah memberikan kesaksian dan beberapa keterangan terkait kasus penculikan putra mereka, akhirnya mereka kembali kerumah sakit. Setidaknya mereka bisa sedikit menghela napas lega, mengingat Menma berhasil diringkus kepolisian dan Naruto akan melanjutkan kasus ini hingga ke pengadilan lalu memastikan Menma membusuk di penjara.
SRAK
Kakashi bangkit berdiri begitu pintu ruang rawat terbuka, ia menghela napas lega begitu melihat Naruto.
Hinata pasti berhasil menghentikan Naruto dari melakukan hal gila. Meski mereka masuk dengan wajah kusut yang sembab dan tampak lelah.
"Apa Bolt sudah bangun?" Tanya Hinata begitu masuk ke ruang rawat.
Kakashi menggeleng "belum."
Naruto mengusap wajahnya kasar lalu melangkah pelan ke sisi ranjang lalu mengusap surai lembut putranya dan mengecup keningnya tanpa mengatakan apapun.
Hinata hanya berdiri disisi ranjang sambil mengusap bahu suaminya, ia harus menguatkan Naruto dan tidak ikut kalut. Jadi sebisa mungkin ia mengendalikan dirinya, meski jantungnya juga serasa diremat saat melihat putranya terbaring tak sadarkan diri dirumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden
RomanceBulan madu panjang yang indah itu, berubah menjadi tragedi hanya dalam hitungan menit. Tak pernah terbayangkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, tragedi menyedihkan ini terjadi dan merenggut satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki.