"Hima tidur ya?" Kushina menerima tubuh cucunya yang sedang tertidur lelap.
"Hm, dia baru saja tidur." Hinata memberikan tubuh bayinya pada sang ibu.
"Obaa-chan.." Bolt berlari kedalam rumah dan memeluk neneknya.
"Bolt sayang, Obaa-chan rindu sekali lho." Kushina menunduk dan mengecup pipi cucunya yang kini berusia tujuh tahun. "bagaimana sekolahnya?" Dia baru saja masuk sekolah dasar beberapa waktu lalu.
"Menyenangkan sekali Obaa-chan..." Bolt ingin cerita banyak hari ini.
Naruto masuk kedalam rumah membawa tas berisi peralatan bayi, diikuti supir ibunya yang membantu membawakan koper-koper miliknya dan Hinata.
"Ibu apa kabar?" Naruto memeluk ibunya singkat seraya menyapa.
Ya, hubunganya dan sang ibu berangsur membaik sejak setahun lalu. Ibunya bahkan sempat tinggal dikediamanya di Jepang selama beberapa bulan hingga Hima lahir. Semuanya terasa begitu sempurna, ia bisa melihat sang ibu sangat menyayangi istri dan anak-anaknya dengan tulus, hal itu juga yang membuka hatinya untuk sepenuhnya memaafkan dan menerima kembali sang ibu dalam hidupnya.
"Kabar ibu baik sekali." Kushina menepuk bahu putranya, ia tidak bisa lebih bersyukur dari ini. Meski beberapa hal masih terus ia sesali, seperti apa yang terjadi pada Menma, akhirnya putra bungsunya itu harus mendekam dipenjara dalam jangka waktu cukup lama, namun ia dengar Menma mulai berperilaku baik dan menerima hukumanya di sel. Semoga saja dia bisa mengambil hikmah dari semua ini.
"Bu, kami akan langsung ke makam ayah." Ujar Naruto.
Mereka akhirnya bisa pergi ke Kaukasia bersama-sama. Sebenarnya Naruto ingin mengurus pekerjaanya di Kaukasia, namun karena Bolt sedang liburan sekolah jadi sekalian saja mereka pergi berlibur disini.
Saat ini ia sedang dalam proses memindahkan kantor pusat ke Jepang, karena ternyata bisnis properti di Jepang melesat cukup cepat dan para executive melihat peluang bagus di Jepang. Jadi ia tidak pindah ke Kaukasia untuk bekerja, namun kantornya yang akan pindah ke Jepang.
Sebenarnya itu bagus sekali, mengingat ayah Hinata ternyata tidak setuju dengan rencananya memboyong Hinata dan anak-anaknya ke Kaukasia.
"Anak-anak sepertinya masih lelah, tidak pergi besok saja?" Kushina melihat bayi dalam dekapanya tertidur dengan lelapnya.
"Tidak apa-apa bu, aku akan kesana berdua dengan Hinata." Naruto menoleh kearah istrinya. "kau tidak lelah kan sayang?"
"Ah tidak." Hinata tersenyum lembut, ia banyak tidur selama di pesawat karena Naruto begitu telaten untuk bergantian menjaga putri mereka yang masih begitu kecil.
"Kita berangkat sekarang saja, tidak jauh dari sini." Naruto merangkul pinggul istrinya. "kami titip anak-anak ya bu."
"Iya, tentu saja. Jangan khawatir." Kushina tersenyum tipis, ia mengusap pipi bayi cantik dalam dekapanya.
"Bolt, ayah dan ibu pergi dulu." Ujar Hinata pada putranya yang sudah berlari kearah meja makan lalu sibuk memakan kue yang dibawa maid dari dapur.
"Dah, ayah ibu.." Bolt melambaikan tangan dan menjawab dengan mulut penuh kue.
Mereka hanya terkekeh melihat kelakuan Bolt.
.
.Naruto meletakan buket bunga kedalam kotak kaca berisi foto ayahnya. Ini adalah makam memorial yang dibuat keluarganya untuk mengenang sang ayah, mengingat jasadnya tidak pernah ditemukan setelah kecelakaan pesawat itu.
'Ayah, maafkan aku jarang berkunjung kemari.'
Naruto menatap sendu kearah foto ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden
RomanceBulan madu panjang yang indah itu, berubah menjadi tragedi hanya dalam hitungan menit. Tak pernah terbayangkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, tragedi menyedihkan ini terjadi dan merenggut satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki.