"Presensi sama daftar nama mentor udah lo print kan?" Tanya Doyoung kepada Ten yang sedang duduk di selasar gedung UKM.
Ten menepok jidatnya. "Doy, sorry nih sebelumya, tapi kayaknya presensi mentor engga di gue......" Jawab Ten dengan tangannya yang membentuk tanda 'peace'
Doyoung memejamkan matanya sebentar, kayaknya lagi mengatur kesabaran menghadapi keteledoran Ten ini.
"Sabar, Doy sabar. Biasanya lo juga suka nyusahin orang, sekarang gantian. Karma-karma." Bisik gue yang sengaja mendekat buat memancing emosi Doyoung.
Doyoung hanya menatap malas gue sekilas.
"Terus yang bawa siapa?" Tanya Doyoung.
"Sejeong, sekertaris yang bawa, Doy." Jawab Ten dengan santai kayak di pantai.
"Yuk ambil."
Bukan Ten yang diajak, tapi tangan Doyoung sudah bertengger indah di pergelangan tangan kiri gue.
"Lah kok gue? Apa hubungannya malih?" Tunjuk gue pada diri gue sendiri namun sambil ikut berjalan karena tubuh gue tertarik paksa oleh Doyoung.
"Chat Sejeong, tanya dia ada dimana" Perintah Doyoung, namun juga tidak segera gue diindahkan.
"Lo lah yang ngechat, susah amat kayak ngga punya hape sendiri" Jawab gue nyolot.
"Gue jalanin motor, gimana mau bawa hape?" Balas Doyoung dengan sengit sambil menyalakan mesin motornya.
Sambil berdecak gue merogoh kantong jaket untuk mengeluarkan ponsel, kemudian melakukan apa yang Doyoung suruh tadi, walau dengan mendumel pelan.
"Di kantin FEB katanya" Jawab gue membaca isi pesan dari Sejeong.
Motor Doyoung langsung berbelok ke kanan menuju gedung FEB yang terlihat paling mevvah diantara gedung fakultas lainnya.
"Lo gih yang mintain" Kata Doyoung tanpa menatap gue. Kebiasaan
Dengan mendelik gue menyahut. "Kok gue sih? Lo lah, yang butuh ngajak gue kesini kan lo, masa lo nyuruh gue ambil juga, heh! Denger ya, gue bukan pembantu, status kita sama-sama mahasiswa-"
"Jadi lo mau ikut apa tetep disini jaga parkir?" Kata Doyoung lagi.
Gue mengerucutkan bibir sambil cepat-cepat berjalan mengekor Doyoung yang telah berjalan terlebih dahulu meninggalkan gue. Sepanjang koridor kerjaan gue cuma mengumpat sambil mengepalkan tangan ingin meninju, tentu saja hal ini hanya dilakukan gue dari balik punggung Doyoung saja. Kalau Doyoung berbalik dan menatap gue, otomatis gue akan memasang wajah tanpa dosa sambil tersenyum memaksa seolah tidak terjadi apa-apa.
"Lo samperin sana" Kata Doyoung mendadak berhenti sebelum mereka memasuki kawasan kantin FEB yang kayaknya lebih mirip food court mall.
Nyaris saja gue menabrak punggung Doyoung jika tak refleks berhenti juga.
"Cie yang salting ketemu mantan"
Sontak Doyoung menoleh sambil melempar tatapan tajam ke arah gue.
Gue yang langsung tersadar akan situasi antara Doyoung dengan mulut lemes ini pun segera mengklarifikasi agar Doyoung tidak salah paham dan menganggap gue ini stalker, iya kan? Iya ngga sih?
"Waktu itu gue denger-denger aja- hehe- maapin. Iya deh gue yang mintain ya, gausah melotot gitu entar matanya copot" Jawab gue dengan bergurau
"Sabar sabar" Gumam Doyoung sambil mengelus dada.
"Tungguin sini, gue yang minta" Imbuhnya lalu berjalan menuju tempat duduk Sejeong.
"Se....." Panggil Doyoung membuat Sejeong menoleh sambil tersenyum pastinya. Teman-teman Sejeong juga terlihat berbisik sambil mesam-mesem melihat interaksi Doyoung dengan Sejeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panitia Ospek!
FanfictionTentang jadi panitia ospek dan suka dukanya. "Gausah baper yang jadi panitia bukan cuma lo doang" (Kolaborasi imajinasi lokal dan NCT) ©bloomyvivi, April 2020