Isi hati Rahfa

1 0 0
                                    

Assallamuallaikum,,,
Penasaran ga sama part selanjutnya? Hehehe...

Happy reading 😃

----------------------------------------------------

Sepertinya mereka paham, atau pura-pura paham. Entahlah, mungkin mereka sudah tak sabar ingin segera keluar kelas, beristirahat .

" baik kalo tidak yang ingin di tanyakan, saya anggap kalian sudah memahami materi hari ini. Terimakasih atas segala perhatiannya, mohon maaf apabila ada salah kata dan sikap yang menyinggung, saya akhiri wassalammualaikum."

Aku mengemas notebook dan buku materi ke dalam tas kecil,  anak-anak tak ada yang keluar sebelum aku keluar kelas
Mereka hanya duduk, samhil melihat jendela.

"Ayo, yang mau istrihat silahkan."
Baru setelah aku memberi aba-aba mereka berani keluar, ah anak-anak ini sungguh kalian membuat aku nyaman berada disini.

"Heeey.. tungguin."
Dena sedikit berlari mengejar langkah ku yang cepat.
"Eh, maaf aku lupa hehe."
"Aduh, mikirin apa sih sampe tega ninggalin sahabat sendiri." Nada suara Dena sedikit sinis, tapi aku yakin dia hanya pura-pura marah.

Sebenarnya hari ini aku ingin cepat-cepat pulang, merebahkan tubuh yang mulai sakit, karena mungkin kelelahan. Tapi aku ingat, hari ini Rahfa ingin aku menemaninya, mendengarkan keluh kesah nya, dan membantu mengurangi beban hidupnya.

"Aku di kantor dulu ya, pulang ke rumah mungkin sedikit sore, ada tugas tambahan yang harus aku selesai kan hari ini juga." Aku berbohong pada Dena,
"Aneh, kok bisa sih?" Nampaknya Dena sedikit tak percaya dengan alasan yang aku buat tadi.
"Aneh bagaimana? Serius kok, aku disuruh kepala aekolah buat bantuin mendata anak-anak." Aku berbohong lagi, kali ini sedikit serius agar terlihat begitu meyakinkan.
"Ohh, yasudah. Padahal aku pengen curhat sama kamu, aku duluan ya kalo gitu. Hati-hati kamu disini." Dena cemberut, lalu kemudian pergi meninggalkan aku sendirian di lorong sekolah.

Tak ku jawab apa-apa. Bagaimana mau di jawab, sebelum aku menyimak kata-katanya dia sudah pergi.

Aku duduk sendirian, di ruang guru. Sambil menunggu jam pulang.
~~~~~~~
Beberapa jam kemudian

Teeettt...teetttt..
Bel sekolah berbunyi, waktu nya anak-anak pulang. Aku segera berjalan menuju kelas 7a. Anak-anak semua berhamburan, aura kegembiraan terpancar begitu nyata, seperti kuda yang lepas dari kandangnya.  Mereka begitu bersemangat di waktu pulang sekolah.

Dari jauh sudah terlihat, seorang gadis duduk di bangku kelas sendirian, menundukan wajah nya diatas meja.

"Rahfa." Aku berjalan mendekatinya.
Dia langsung memeluk tubuhku, isak tangis nya semakin kencang.  Aku membiarkan dia meluapkan kesedihan nya, didalam rangkulannku.

Aku memang bukan siapa-siapa. Kenal saja baru beberapa hari, tapi rasa sayang dan peduli itu begitu terasa.
Mungkin karena aku punya seorang asik perempuan, sejak kecil kita sudah berpisah.

"Rahfa, sudah sayang jangan nangis, lebih baik sekarang Rahfa cerita ada apa sebenarnya? " aku coba menenangkan dia.  Namun bukannya berhenti dia malah menangis terus-terusan.
"Sudah sayang, sudah. Sekarang Rahfa minum dulu ya." Aku memberikan air mineral padanya. kemudian dia melepas rangkulan dan meminumnya.  Sedikit lega.

"Kak, aku benci sama semua orang yang ada disini.  Aku benci sama ibu sama bapak. Mereka tak pernah sedikit pun peduli sama Rahfa."
"Siapa yang bilang gitu? Ibu sama bapak Rahfa itu lagi cari uang buat sekolah Rahfa. Mereka sayang kok sama Rahfa."
"Enggak kak, semua orang ga ada yang sayang sama Rahfa."
"Nenek, Kakak, Kak Dena guru-guru sayang sama Rahfa." Aku mencoba membuat nya sedikit lebih tenang. Dia melamun tatapan matanya kosong, tapi wajah nya memerah mungkin masih ada amarah yang tak bisa ia luapkan.

Panjang sekali dia bercerita,  tentang hidupny. Sungguh aku pun mungkin tak akan kuat jika berada di posisinya. Tekad ku untuk terus berada disamping nya semakin kuat. Aku tak ingin terjadi apa-apa padanya. Rahfa harus sukses, Rahfa harus bisa lebih baik lagi.

"Sekarang sudah sore, lebih baik Rahfa pulang kasian nenek di rumah."
Rahfa beridiri, tangannya mengusap airmatanya dia mencoba tersenyum, senyum penuh menahan luka.

Kami berjalan beriringan, meninggalkan ke sekolah dan kembali ke rumah masing-masing.
"Terimakasih ya kak, sudah selalu ada buat Rahfa." Dia mencium tanganku dan berjalan lurus menuju rumahnya. Sedangkan aku berjalan ke arah kiri. Menuju tempat tinggal ku selama disini.


TSP_AK

 RAHFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang