Dunia kerja

0 0 0
                                    

Hari ini awal aku masuk ke dunia kerja. Kedekatan ku dengan kak Sinta dan kak Puteri, adiknya kak Sinta. Sudah tak canggung lagi. Kami sudah seperti, adik kakak sekandung.

Bulan ini akan menjadi bulan yang berbahagia untukku. Dimana aku masuk kerja, dan kak Sinta akan dilamar, dengan direktur salah satu perusahaan terkenal.

Tiga bulan setelahnya, kak puteri akan naik jabatan.

Sungguh benar apa yang selalu orang bilang, Allah punya rencana terbaik untuk hambaNya.

~~~~~

Hari-hari ku begitu sibuk, meski duduk di kantor dengan jabatan yang tinggi, tetap saja otak ku tak berhenti bekerja.

Aku memilih membeli apartemen,  dengan uang muka aku meminjam dari kak Sinta. Meskipun pada awalnya dia berniat memberi, tapi aku tak bisa selau menerimanya. Aku cukup banyak membuat susah kak Sinta. Sementara setoran perbulan, aku potomg dari gaji ku. Sisanya masih cukup banyak, sehingga bisa aku tabungkan, dan mengirim kepada keluarga ku disana, kadangkala aku megirim uang kepada orangtua kak Sinta, tanpa sepengetahuan kak Sinta sendiri.

Pekan depan, kak Sinta resmi dilamar. Bagaimana pun keadaannya,  aku harus bisa mengahadiri acara lamarannya.

"Pak, pekan depan saya minta cuti mungkin sekitar dua atau tiga hari."
Aku memberanikan diri,  memyampaikan maksud dan tujuanku menghadap nya.

Tapi, penuturanku seolah menggantung, lama tak ada jawaban.

"Terlalu lama, untuk waktu dua afau tiga hari itu." Beliau terdiam,  kemudian melanjutkan ucapannya.
"dua hari saja, saya izinkan."

Alhamdulillah,  lega rasanya. Nafas yang sempat berhenti tadi, kembali berfungsi dengan baik, bahkan lebih baik.

"Yeeee.. selamat ya kak."
Aku dan kak Puteri memeluk erat kak Sinta, yang hari ini memakai kebaya dress, anggun sekali.

Kami memberiarkan kak Sinta, banyak ngobrol dengan calon suaminya.  Sementara aku banyak bertukar pengalaman dengan kak Puteri.

Kak Puteri dan kak Sinta tak ada bedanya, mereka sama-sama baik, sama-sama perempuan cerdas,  dan mereka sama-sama cantik, hanya saja kak puteri lebih sedikit berkulit putih dari kak Sinta, selebihnya sama.

"Kamu gimana Rahfa? Kapan mau pulang kampung dulu?"
"Hehe, pulang kampung ke siapa kak? Nanti aku sudah pergi."
"Aduh, maaf kakak tidak bermaksud."
"Iya kak tidak apa-apa."

Kak puteri mengalihkan pembicaraan,  sebenarnya aku sedih, ingat nenek disana. Tapi aku tak enak hati dengan kak Puteri. Aku tetap tertawa, seperti dulu, tertawa untuk menutupo luka.

"Wah kak Puteri hebat,  sudah mau naik jabatan saja ya."
"Iya dong, kan direktur nya naksir kak Puteri."

Kami tertawa bersama, cara bercanda kaka beradik itu sama, selalu ringan dan apa adanya.

"Kalau Rahfa gimana, nyaman gak kerjanya?"
"Kalau Rahfa alhamdulillah kak, hanya belum seberuntung kak Puteri."
"Ah, kamu bisa saja."

Pertemuan kami saat itu adalah pertemuan yang sangat bermakna.
Aku sudah mendapatkan cuti dari kantor, dan akan aku habiskan waktu cuti itu bersama keluarga kak Sinta, yang sudah ku anggap keluarga ku sendiri.

~~~~~

Pergi jalan-jalan, berbelanja, kuliner dan mencari tempat wisata yang sejuk. Padat sekali kegiatan kami hari ini, berangkat pagi sampai rumah baru sekitar pukul sepuluh malam.

Berbeda, kali ini sudah tidak perlu menggunakan mobil umum lagi.
Kak Sinta dan kak Puteri,  sudah memiliki mobil masing-masing. Doakan, supaya aku cepat mengikuti jejak keduanya.

Sesampai dirumah aku langsung beristirahat,  persiapan besok pagi,  aku harus segera berangkat ke ibu kota.

Malam ini, kami tidur bertiga, aku berada ditengah,  antara kak Puteri dan kak Sinta.

Tanpa ada percakapan atau ucapan selamat malam sebelumnya,  semua langsung tertidur, mungkin lelah.

 RAHFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang