Hujan (2)

0 0 0
                                    

Malam itu berjalan dengan begitu cepat, bercanda tawa, bertukar cerita adalah hal yang tak pernah absen setiap kali kami  bertemu.

Mungkin aku butuh beberapa hari disini, untuk membuat skripsi agar kelulusan aku bisa lebih cepat.
Aku tak ingin menghabiskan waktu dengan terlalu santai. Lulus cepat adalah tujuan saat aku memutuskan untuk kuliah dulu.

Besoknya dengan antusias dan semangat yang kian membara itu, aku dedikasikan untuk tujuan utamaku datang kesini.
Seharian penuh aku beradu argumen dengan bu Rini.

Aku begitu berterimakasih kepada Tuhan, yang telah mempertemukan aku dengan orang-orang hebat seperti mereka.

Tiga hari sudah, kedekatan aku dengan Rahfa, kedekatan aku dengan keluarga bu Rini,  dengan anak-anak dan guru-guru sekolah semakin erat. Lebih dekat seolah kenal sudah lama, saling membantu, dan bersosial tanpa batas.

"Terimakasih ibu, buat bimbingan dan buat segalanya." Aku memeluk bu Rini,  seorang guru yang lemah lembut itu, sudah ku anggap seperti ibuku sendiri.
"Iya sama-sama sayang."

Sejak saat itu, aku tahu kenapa vu Rini begitu baik, pertama karena aku peduli kepada Rahfa, kedua karena bu Rini pernah kehilangan anak pertamanya, beliau dipanggil Yang Maha Kuasa saat masih balita. 

"Kalau dia masih ada, mungkin dia seumuran kamu."

Begitulah, kata pertama yang aku tangkap, pantas saja kebaikan bu Rini selalu terasa begitu tulus, tanpa ada pencitraan ataupun berharap imbalan.

"Mungkin besok Sinta mau pulang bu."
"Kok cepat sekali."
"Sudah beres bu, pengen cepat di serahkan dosen pembimbing."

Tangan lembutnya menyentuh kepalaku,  semakin nyaman dan enggan melangkah pergi dari sini.

Tapi waktu dan keadaan tak berpihak aku harus segera pergi,  agar aku bisa mewujudkan mimpi yang lama menjadi harapan terbesarku.

 RAHFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang